Penanaman nilai- nilai karakter melalui pengembangan diri

71 nasional; 5 terbinanya peserta didik yang berkepribadian, berakhlak mulia, dan berbudaya. Jumlah siswa secara keseluruhan SD N Badran adalah 168 siswa yang terdiri dari 82 orang siswa laki- laki dan 80 orang siswa perempuan, sedangkan untuk kelas V sendiri, jumlah siswa laki- laki sebanyak 13 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 9 sehingga total siswa kelas V ada 22 orang. Kondisi fisik sekolah SD Negeri Badran bisa dikatakan cukup baik, misalnya tersedianya laboraturium TIK dan IPA, 6 ruang yaitu ruang kelas 1 hingga ruang kelas 6, ruang guru, ruang kepala sekolah, UKS, perpustakaan, mushola, kantin dan toilet. Untuk ruang TU jadi satu dengan ruang guru, sedangkan untuk melakukan pembelajaran agama non islam, sekolah menggunakan ruang perpustakaan. Di SD Negeri Badran ada beberapa fasilitas yang belum ada yaitu belum tersedianya tempat parkir dan kantin kejujuran yang terbengkalai.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Penanaman nilai- nilai karakter melalui pengembangan diri

Dalam penanaman nilai- nilai karakter yang dilakukan di SD N Badran khususnya bagi kelas V , hal- hal yang diteliti adalah penanaman nilai karakter ang dilakukan komponen sekolah melalui pengembangan diri, budaya sekolah, dan integrasi dalam mata pelajaran. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut. 72 1 Kegiatan yang diprogramkan a Kegiatan Rutin 1 Upacara hari Senin Setiap hari senin dari siswa kelas I- kelas VI dan guru- guru SD N Badran selalu melaksanakan upacara bendera. Upacara bendera dimulai pukul 07.00- 07. 35 WIB. Pada saat upacara semua siswa berpakaian lengkap, memakai topi, memakai dasi, sepatu hitam, berkaos kaki putih, dan memakai seragam merah- putih. Barisan siswa saat melaksanakan upacara yaitu menghadap ke barat. Kelas I berada di posisi paling selatan, kelas II, kelas III, kelas IV, dan paling utara adalah kelas VI. Untuk kelas V biasanya bergabung dengan kelas VI karena mengingat bahwa siswa kelas V hanya 22 orang dan sebagian harus bertugas, supaya tidak terlihat sedikit, maka kelas V digabungkan dengan kelas VI. Sebelum kegiatan upacara bendera berlangsung, ada salah seorang guru yang menyiapkan barisan siswa supaya barisan siswa terlihat rapi, namun untuk menyiapkan barisan tersebut guru membutuhkan banyak waktu, karena kondisi siswa yang ramai sehingga sulit utuk disiapkan. Selanjutnya untuk guru seragam yang dikenakan adalah seragam dinas berwarna kecoklatan dilengkapi dengan topi upacara. Melalui upacara hari senin kedisiplinan siswa benar- benar diperhatikan, terbukti bahwa bagi siswa yang tidak berpakaian lengkap seperti tidak memakai topi, tidak memakai dasi, tidak 73 memakai ikat pinggang, siswa tersebut ditempatkan dibarisan yang berbeda. Siswa tersebut diminta untuk maju dan berdiri menghadap ke arah timur. Tidak peduli siswa kelas berapapun jika tidak berpakaian lengkap maka harus menerima konsekuensi, sehingga dengan begitu siswa berusaha untuk selalu berpakaian lengkap dan sesuai aturan. Selain itu bagi yang bertugas upacara yaitu siswa kelas V mereka harus berlatih upacara terlebih dahulu pada hari Sabtu dan juga berkewajiban datang lebih awal dibanding dengan siswa yang tidak bertugas. Petugas upacara harus mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan seperti, peci, selempang bertuliskan „petugas‟, hasduk, teks UUD 1945, teks Pancasila, teks doa, teks susunan acara dan juga bendera merah- putih. Petugas upacara selalu dipesan oleh wali kelas untuk bertanggung jawab melaksanakan tugas dengan baik. Saat melaksanakan kegiatan upacara siswa- siswi belum dapat melaksanakan kegiatan dengan baik. Pada saat disiapkan berbaris terkadang siswa gaduh dan tidak memperhatikan guru. Pada saat amanat pembina upacara siswa berbicara dengan temannya, sehingga bapak ibu guru harus memantau siswa dengan berdiri dibarisan belakang siswa. Tidak hanya itu, terkadang ada satu atau dua siswa yang tidak membawa perlengkapan upacara sehingga harus menerima hukuman. Bagi petugas upacara, siswa yang bertugas memang sudah melaksanakan tugasnya dengan baik namun masih tetap harus ditingkatkan, dikarenakan ada beberapa petugas yang masih asal- 74 asalan dalam melaksanakan kewajibannya, sehingga tugasnya pun masih terlihat salah- salah. Melalui uraian di atas nilai yang dapat ditanamkan melalui upacara dapat dilihat melalui tabel di bawah ini. Tabel 9. Nilai karakter dalam upacara rutin hari Senin No Nilai yang ditanamkan Cara Kendala 1. Cinta tanah air Melalui serangkaian kegiatan upacara hormat kepada bendera, menyanyikan Indonesia Raya, meyanyikan lagu wajib nasional, dll Sudah tidak ada kendala 2. Disiplin Pemberian hukuman, monitoring dari bapak ibu guru. Masih ada siswa yang terkadang lupa membawa perlengkapan upacara, ada siswa yang terkadang masih berbicara dengan temannya saat upacara. 3. Tanggung jawab Menjadi petugas upacara dan menjalankannya dengan baik Masih ada siswa yang asal- asalan dalam menjalankan tugas kurang fokus sehingga masih terdapat kesalahn- kesalalahn dalam menjalankan tanggung jawabnya. Hal di atas diperkuat dengan wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah pada tanggal 3 Mei 2016 terkait dengan pelaksanaan upacara rutin hari senin. Kepala sekolah mengemukakan bahwa upacara rutin dilaksanakan setiap hari Senin. Melalui upacara tersebut nilai yang dapat ditanamkan adalah nilai karakter disiplin, 75 tanggung jawab, tekun, dan cinta tanah air. kepala sekolah menyatakan bahwa masih terdapat kendala dalam pelaksannaannya yaitu kedisiplinan siswa. Siswa masih sulit untuk tetap diam saat upacara berlangsung. Jawaban dari kepala sekolah tersebut didukung dengan jawaban dari guru As 22 April 2016 terkait dengan penanaman nilai melalui upacara rutin hari Senin As mengatakan, “Disiplin, tertib, cinta tanah air menyanyikan lagu Indonesia raya kan juga cinta tanah air.” Penanaman nilai karakter melalui kegiatan upacara guru As masih merasa mengalami kendala. Kendala yang dihadapinya yaitu tingkat kedisiplinan siswa yang masih rendah. Seperti pernyataan AS sebagai berikut. As menyatakan, “Lupa gak bawa ini lupa gak bawa sabuk. Biasanya berdirinya itu sendiri, tapi udah gak banyak. Kemarin cuma 2 jadi agak lumayan lah .” Demikian pula wawancara dengan Dr 29 April 2016 menyatakan hal yang memperkuat pernyataan dari kepala sekolah bahwa melalui kegiatan upacara dapat menanamkan nilai karakter kedisiplinan dan cinta tanah air. Kendala penanaman nilai karakter, Dr juga masih mengalami kendala dalam menanamkan nilai melalui kegiatan upacara rutin hari Senin, yaitu masih terkait dengan kedisiplinan siswa, seperti penuturan Dr berikut ini. Dr memberikan keterangan, “Banyak mbak anak- anak itu tetep gak bisa untuk tenang 76 untuk menarik perhatian itu susah. Kalau disiapkan itu walaupun sudah triak- triak yang menyiapkan siapapun yang menyiapkan tetep susah.” Selain dari kepala sekolah dan guru, siswa juga menyatakan bahwa kegiatan rutin sudah diselenggarakan di SD N Badran termasuk upacara hari Senin. Seperti jawaban ke enam siswa yang menyatakan bahwa kegiatan upacara rutin hari Senin sudah diselenggarakan di sekolah SD N Badran Yogyakarta. Melalui kegiatan upacara siswa mengatakan bahwa dapat menanamkan nilai kedisiplinan, tanggung jawab dan cinta terhadap tanah air. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan siswa berikut ini. Pada tanggal 21 April 2016 terdapat 3 orang siswa yang hampir memberikan jawaban yang sama. Ji mengatakan bahwa, “Disiplin, tanggung jawab.”, Ad menyatakan, “Lebih disiplin.”, dan So mengemukakan, “Disiplin, soalnya kan biasanya kelas V tugas datengnya tu harus awal, terus cinta sama bangsa Indonesia.” Hasil wawancara diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti semua komponen sekolah melaksanakan kegiatan upacara. Upacara dilakukan pada tanggal 18 April 2016 dan tanggal 2 Mei 2016. Cara yang dilakukan untuk menanamkan nilai karakter melalui kegiatan upacara adalah melalui teguran, dan juga melalui tindakan. Melalui tindakan nilai karakter yang dapat ditanamkan adalah disiplin, hal ini terlihat pada tanggal 18 April terlihat saat ada 1 orang siswa yang 77 diminta maju karena tidak memakai atribut upacara dengan lengkap, begitupun tanggal 2 Mei 2016 terdapat siswa yang tidak mengenakan topi sehingga maju dan berbaris sendiri, tetapi bukan siswa kelas V dan pada saat menyampaikan amanat, pembina juga mengingatkan siswa, karena terdapat siswa yang ribut dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh pembina. Wali kelas V pun juga mendekati siswa yang tertawa terbahak- bahak karena siswa tersebut bersendau gurau dengan siswa kelas VI, kemudian guru wali kelas V akan membawa siswa tersebut ke depan tetapi siswa tersebut tidak mau dan terus memberikan alasan. Dari hasil dokumentasi memang tidak ada dokumen yang menunjukkan bahwa melalui kegiatan upacara rutin yang dilaksanakan hari Senin dapat dijadikan cara penanaman nilai- nilai karakter. 2 Kegiatan keagamaan Kegiatan keagamaan yang rutin setiap hari dilaksanakan oleh siswa-siswi dan guru di SD N Badran adalah kegiatan sholat berjamaah. Sholat berjamaah dilakukan setelah siswa selesai melakukan pembelajaran di kelas. Sholat berjamaah dilakukan secara bergantian per kelas dan dilaksanakan di mushola sekolah. Dimulai dengan siswa kelas IV, dilanjutkan dengan siswa kelas V, kemudian terkahir siswa kelas VI. Sholat berjamaah biasanya diimami oleh salah seorang guru. Tetapi, apabila guru tersebut sudah melaksanakan sholat terlebih dahulu dan sudah memimpin sholat untuk kelas pertama yang mendapat giliran, maka kelas yang melaksanakan sholat terakhir, kegiatan sholat dipimpin 78 oleh ketua kelas atau salah seorang siswa yang ditunjuk oleh teman yang lain. Dalam menanamkan nilai karakter melalui kegiatan keagamaan guru berusaha setiap selesai pembelajaran selalu mengajak siswa dan memperingatkan siswa untuk melaksanakan sholat berjamaah sebelum pulang, apabila siswa belum melaksanakan sholat, maka siswa tidak diperbolehkan untuk pulang, meskipun sudah diperingatkan dan guru sudah mengajak siswa, tetapi ada siswa yang tidak langsung menuju ke mushola, ada siswa yang masih duduk- duduk di kelas, ada siswa yang masih bermain- main di halaman, dan ada siswa yang masih mengganggu temannya, dll. Agar semua siswa melaksanakan sholat berjamaah, guru harus beberapa kali mengajak siswa dan mendampingi siswa. Tidak hanya solat berjamaah, kegiatan keagamaan yang sudah dilaksanakan di SD N Badran antara lain dapat dilihat melalui tabel di bawah ini. Tabel 10. Jenis kegiatan ekstrakurikuler No Jenis Kegiatan Nilai Cara menanamkan nilai Kendala yang dihadapi 1. Kegiatan BTA baca tulis Al Qur‟an Cinta Al Qur‟an, kreatif Mendampingi siswa membaca dan melatih siswa membuat kaligrafi. guru sendiri masih mengalami kendala dalam menanamkan nilai karakter kepada siswa, namun dari pihak siswa, ada yang masih terkendala ada yang sudah tidak terkendala dalam melaksanakan 2. Mengaji Qiroah Cinta Al Quran Membenarkan siswa bagaiamana cara membaca Al Quran yang baik dan benar 3. Kegiatan sholat berjamaah Disiplin, taat beribadah Mengajak siswa melakukan solat jamaah, 79 zuhur menghimbau siswa untuk tidak pulang terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat. kegiatan keagamaan, namun untuk keaktifan siswa setelah melaksanakan kegiatan keagamaan setelah yang diselenggarakan di sekolah, siswa belum sepenuhnya aktif melaksanakan kegiatan keagamaan terutama dalam hal sholat , ini dikarenakan masing- masing anak memiliki sifat yang berbeda- beda. 4. Peringatan hari keagamaan pengajian. Sopan santun Melalui ceramah yang dilakukan oleh ustad. 5. Pembelajar an agama Iman senantiasa mengingat Allah dan rasulnya supaya mendapat syafaat di hari kiamat, cinta damai, kejujuran Bertanya kepada siswa siapa yang sudah sholat secara rutin, mengingatkan siswa untuk tidak saling mengejek antar teman, membaca syahadat dan surat- surat pendek sebelum pembelajaran dimulai Pemaparan di atas diperkuat dengan wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah pada tanggal 3 Mei 2016. Kepala sekolah mengatakan bahwa selalu berusaha untuk melaksanakan kegiatan keagamaan dengan rutin. Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan peringatan hari besar, TPA, melalui pembelajaran agama, dan sholat berjamaah. Melalui kegiatan keagamaan rutin yang diselenggarakan tersebut, nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa diantaranya adalah keimanan dan ketaqwaan. Kepala sekolah juga menuturkan bahwa dalam menanamkan nilai melalui kegiatan keagamaan tersebut masih terdapat kendala yang dihadapi terutama pribadi anak. 80 Pernyataan kepala sekolah tersebut didukung dengan pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa guru. Guru As 22 April 2016 mengatakan, “Sudah, sholat rutin, pelajaran agama rutin, ndarus dulu biasanya. Kalau pertaunnya ya pesantren kilat.” Melalui kegiatan kegamaan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan nilai religious di dalam diri siswa. Seperti pernyataan As yang mengatakan, “Ya harapann ya iman taqwanya lebih baik.” Untuk menanamkan nilai karakter melalui kegiatan agama, guru memberikan motivasi terhadap siswa- siswanya. Bukan tanpa kendala dalam menanamkan nilai karakter melalui kegiatan keagamaan, guru As menuturkan bahwa siswa belum memiliki kesadaran untuk melakukan kegiatan keagamaan harus dengan motivasi. Guru Dr 29 April 2016 menyatakan bahwa kegiatan rutin keagamaan sudah dilaksanakan di sekolah ini, dan untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa melalui kegiatan keagamaan guru menggunakan cara melalui kegiatan yang terdapat di dalamnya, seperti pernyataan Dr berikut ini. Dr menuturkan, “Jamaah, hari- hari besar agama, mengaji, kalau hari besar agama biasanya pengajian nggelar tikar di aula itu lalu mendatangkan ustad dari lua r”. Dr menuturkan bahwa melalui kegiatan keagamaan, dapat dijadikan media untuk menanamkan nilai karakter ketaqwaan kepada diri siswa, siswa bisa memiliki sopan santun dan memiliki rasa hormat terhadap orang yang lebih tua melalui ceramah- ceramah yang disampaikan oleh ustad. Sedangkan untuk 81 kendala yang dihadapi guru untuk menanamkan nilai karakter melalui kegiatan keagamaan yaitu sikap siswa yang masih merasa malas. Guru Wr 4 Mei 2016 juga menyatakan bahwa kegiatan keagamaan sudah dilaksanakan, ada ekstrakurikuler BTA, kemudian peringatan- peringatan hari besar, jika bulan romadhon setiap pagi 10- 15 menit sebelum pelajaran anak- anak mengaji terlebih dahulu membaca al quran bagi yang sudah bisa, dan membaca surat pendek apabila belum bisa membaca Al quran. Kegiatan ini dilaksanakan bersama guru kelas. Nilai yang dapat ditanamkan melalui kegiatan keagamaan adalah nilai spiritualitas dan religious. Tidak ada cara khusus untuk menanamakan nilai melalui kegaiatan keagamaan, biasanya siswa hanya diberi iming- imingi saja. Hal ini dapat diketahui melalui pernyataan Wr berikut ini. Wr memberikan keterangan, “Tidak ada cara khusus mbak biasanya saya iming- imingi anak- anak kamu belajar dapetnya 2 lho ilmu dapet pahala dapet. Tapi kalau tertib kalau disiplin. Saya paling nyaman memasukkan nilai karakter pada anak melalui jalur spiritual mbak.” Masih terdapat kendala yang dihadapi untuk menanamkan nilai karakter melalui kegiatan keagamaan terutama faktor lingkungan tempat tinggal. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan Wr sebagi berikut. Wr mengatakan, “Sama di rumah mbak, lingkungan kurang spiritual. Beberapa anak yang nilai spiritualnya dijaga ya apik mbak pinter juga akhlaknya juga bagus.” 82 Pada tanggal 3 Mei 2016 Tu juga menyatakan bahwa kegiatan keagamaan rutin yang diselenggarakan setiap harinya adalah sholat berjamaah. Nilai yang dapat ditanamakan melalui kegiatan keagamaan terutama adalah nilai religius. Namun Tu menyatakan bahwa tidak ada cara khusus yang digunakan guru untuk menanamkan nilai karakter, hanya melalui kegiatan- kegiatan keagamaan seperti mengaji dan sholat. sedangkan untuk kendala yang dihadapi, Tu mengatakan, “Kendalanya susah sekali kalau disuruh sholat harus berulang- ulang kali menyuruhnya.” Ji 21 April 2016 menyatakan bahwa kegiatan keagamaan sudah dilaksanakan secara rutin. Jenis kegiatan keagamaan yang dilaksanakan seperti mengaji, sholat, dan pelajaran agama. Sedangkan untuk cara yang digunakan guru untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa, Ji mengatakan melalui kegiatan membaca al‟ quran dan menghafalkan surat- surat pendek pada saat pembelajaran agama. Siswa Ji masih mengalami kendala dalam melaksanakan kegiatan kegamaan, ia mengatakan bahwa terkadang masih timbul rasa malas dalam dirinya. Ad 21 April 2016 menyatakan, “Sholat, ngajinya senin, jumat juga ada guru yang kesini. Melalui kegiatan keagamaan siswa Ad mengatakan bahwa dapat menanamkan nilai religious dan dapat lebih mengerti mengenai agama. Tidak ada cara khusus yang dilakukan guru untuk menanamkan niai karakter melalui kegiatan keagamaan seperti pernyataan Ad berikut ini. Ad mengatakan, “selalu mengajak sholat, 83 kalau belum solat gak boleh pulang dulu.” Untuk kendala yang dihadapi untuk melaksanakan kegiatan keagamaan, Ad sudah tidak merasa terkendala, namun Ad menyatak an, “solatnya masih bolong gak rutin.” Pernyataan Ad, didukung dengan hasil wawancara dengan Rt tanggal 20 Apri 2016 yang menyatakan, “iya, Sholat, TPA, sama ngaji Al Quran.” Melalui kegiatan rutin keagamaan Rt menyatakan bahwa dapat menambah pengalaman u ntuk belajar membaca Al‟ Quran. Tidak ada cara khusus yang dilakukan guru untuk menanamkan nilai karakter melalui kegiatan keagamaan, guru hanya selalu mengingatkan siswa untuk melaksanakan kegiatan keagamaan. Seperti penuturan Rt yang menyatakan bahwa guru selalu mengingatkan siswa agar melaksanakan sholat dan mengaji. Dalam melaksanakan kegaiatan keagamaan siswa Rt sudah tidak mengalami kendala lagi, namun Rt belum secara aktif melaksanakan kegaiatan keagamaan, dikarenakan sholat 5 waktu yang belum dapat dilaksanakan semua. Seperti pernyataan berikut ini, Rt mengatakan, “tidak tapi sholatnya kadang- kadang bolong tapi minimal 4 waktu. Subuhnya yang enggak.” Dari hasil wawancara di atas didukung dengan hasil observasi yang dilakukan selama penelitian. Hari Senin, 18 April 2016 Siswa dan guru Melaksanakan sholat jamaah zuhur. Hari selasa, 19 April 2016 Melaksanakan sholat jamaah zuhur. Hari Rabu, 20 April 2016 Melaksanakan jamaah zuhur, pada saat pembelajaran agama guru dan 84 siswa membaca surat- surat pendek terlebih dahulu dan guru mengingatkan mengenai manfaat membaca surat- surat pendek, selain itu guru juga menasehati siswa agar tidak saling mengejek antar teman. Hari Kamis, 21 April 2016 Melaksanakan apel pagi, berdoa membaca doa sebelum belajar. Saat sholat zuhur siswa melaksanakan sholat namun secara mandiri. Hari Jumat, 22 April 2016 Apel pagi, berdoa membaca doa sebelum belajar, tidak ada kegiatan sholat zuhur berjamaah. Hari Sabtu, 23 April 2016 Apel pagi, membaca doa sebelum belajar. Saat pembelajaran agama, guru selalu mengawali dengan membaca surat- surat pendek, mengingatkan siswa untuk berdoa dengan sikap yang baik, dengan penuh kekusyukan. Pada saat sholat zuhur melaksanakan sholat berjamaah. Hari Jumat, 29 April 2016 Apel pagi, berdoa membaca doa sebelum belajar, tidak ada sholat zuhur secara berjamaah dikarenakan hari Jumat. Hari Sabtu, 30 April 2016 Melaksanakan apel pagi, membaca doa sebelum belajar, membaca syahadat, dan surat- surat pendek. Guru mengingatkan untuk berbicara hal- hal yang bermanfaat, guru mengajarkan sopan santun seperti memberikan sesuatu menggunakan tangan kanan. Pada akhir pembelajaran siswa melaksanakan sholat zuhur. Hari senin, 2 Mei 2016 Melaksanakan ibadah sholat zuhur. Hari selasa, 3 Mei 2016 Melaksanakan apel pagi, berdoa. Saat memasuki waktu zuhur siswa dan guru melaksanakan sholat zuhur. Hari Rabu, 4 Mei 2016 Melaksanakan apel pagi, berdoa.Saat memasuki waktu zuhur siswa dan guru melaksanakan sholat zuhur. 85 Cara yang dilakukan guru untuk menanamkan nilai karakter melalui kegiatan keagamaan adalah selama 11x pengamatan selesai pembelajaran guru selalu mengajak siswa untuk melaksanakan sholat berjamaah. Apabila siswa belum melaksanakan sholat maka siswa tidak diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Guru selalu mengawasi siswa dan memastikan bahwa siswa sudah menuju ke tempat sholat. Guru pun mendampingi siswa untuk melaksanakan sholat. meskipun sudah diajak guru, namun setiap harinya masih saja ada siswa yang tidak langsung bergegas menuju mushola, ada anak yang duduk- duduk di depan kelas, ada anak yang masih mengobrol dengan teman bahkan berlari- larian dengan temannya. Dari hasil wawancara dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa penanaman nilai karakter religious dapat ditanamkan melalui kegiatan rutin keagamaan. Cara yang dilakukan sekolah untuk menanamkan nilai sebagai berikut. 3Kegiatan piket Kegiatan piket khususnya untuk siswa kelas V sudah berjalan. Kegiatan piket dilaksanakan sesuai jadwal, jadwal piket pun sudah terpasang di dalam kelas V. Setiap harinya ada 3- 4 siswa yang bertugas piket. Siswa yang bertugas piket menyapu ruangan kelas, membuang sampah yang disapu ke tempat sampah yang tersedia. Piket dilaksanakan setiap pagi dan setelah pembelajaran. Setelah pembelajaran yang bertugas piket selalu menaikkan kursi ke atas meja dan kelas kembali 86 disapu. Jika ada yang salah seorang dalam satu kelompok yang tidak melaksanakan piket, maka teman yang lain memperingatkan siswa tersebut agar menjalankan piket kelas. Alat kebersihan yang digunakan untuk piket pun sudah tersedia di kelas seperti sapu, serok sampah, kemoceng, penghapus, dll. Guru mendampingi siswa yang melaksanakan piket, memberikan pengarahan agar dapat menyapu ruang kelas dengan bersih. Dari paparan di atas, untuk mendapatkan data lebih lanjut mengenai pelaksanaan piket. Peneliti melakukan wawancara dengan pihak kepala sekolah pada tanggal 3 Mei 2016. Kepala sekolah menyatakan bahwa piket di SD N Badran ada piket guru dan piket siswa.Piket siswa sudah tidak ada kendala, siswa melaksanakan piket dengan baik, namun untuk piket guru belum berjalan maksimal ada yang sudah berlaku ada yang belum dikarenakan jarak rumah ke sekolah bagi guru yang cukup jauh. Piket yang dilaksanakan guru biasanya adalah salam sapa dengan siswa. Terdapat juga aturan mengenai piket yaitu jadwal piket. Untuk nilai yang dapat ditanamkan melalui kegiatan piket kepala sekolah menuturkan bahwa nilai tanggung jawab dan nilai disiplin dapat ditanamkan melalui kegiatan piket ini. Jawaban dari kepala sekolah di atas terkait dengan piket, diperkuat dengan beberapa jawaban dari guru. Guru As mengatakan bahwa, “Harus berjalan dengan baik. Tapi selama ini mereka nyapu, terus meja dinaikkan biar memudahkan yang piket. Ada juga piket guru, kalau guru sebenarnya ya salim 87 sama anak- anak. Aturannya ada, ngebel itu juga. tapi sebagian saja yang berjalan mbak untuk guru.” Terkait dengan aturan mengenai piket, guru As menuturkan bahwa Ada peraturan yang memuat pelaksanaan kegiatan piket, sehingga dibuat jadwal piket. Melalui kegiatan piket dapat dijadikan media untuk menanamakan nilai karakter kepada siswa. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan As. As menyatakan, “Tanggung jawab, disiplin.” Lain halnya dengan guru As, guru Wr menjawab bahwa “Piket siswa berjalan dengan baik, piket guru ada biasanya terima- terima telpon atau kalau ada tamu, sebenernya sama piket jabat tangan,tapi ada yang gak bisa datang pagi.” Guru Wr juga mengatakan bahwa ada peraturan yang memuat pelaksanaan kegiatan piket yaitu pada tata tertib sekolah dan diturunkan melalui jadwal piket kelas. Guru Wr sendiri masih mengalami kendala untuk melaksanakan piket, terutama piket guru seperti pernyataan berikut ini. Wr memberikan keterangan, “Kalau kendala saya sendiri kadang masih sulit untuk datang pagi, biasanya pas bel tapi gak terlambat. Saya berusaha untuk tidak terlambat.” Menurut Wr kegaiatan piket dapat menanamkan nilai ketertiban, kedisiplinan, dan tanggung jawab kepada diri siswa. Jawaban- jawaban dari beberapa guru di atas diperkuat pula dengan jawaban yang diberikan oleh beberapa siswa. Siswa Rt menyatakan bahwa kegiatan piket sudah dapat ia jalankan dengan baik dan sudah tidak ada kendala yang ia hadapi untuk menjalankan piket 20 April 2016. Siswa Ky, Al, Ji, dan juga So mengungkapkan jawaban 88 yang sama. Mereka menyatakan bahwa sudah melaksanakan tugas piket dengan baik dan tidak ada kendala yang dihadapi saat melaksanakan piket tersebut. Melalui kegiatan piket tersebut, siswa dapat belajar menjadi lebih disiplin dan lebih bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan. Hal ini dapat diketahui dari jawaban siswa seperti berikut ini. Rt : “Disiplin, tanggung jawab.” 20 Apil 2016 Ky : “Belajar tanggung jawab, menjaga kebersihan,” 20 April 2016 Al : “Disiplin, tanggung jawab.” 20 April 2016 Ji : “Lebih rajin, disiplin 21 April 2016 Ad : “Tanggung jawab, peduli lingkungan, menjaga kebersihan 21 April 2016. So : “Tanggung jawab, menjaga kebersihan.” 21 April 2016 Dari wawancara yang sudah dilakukan dengan kepala sekolah, guru, dan juga siswa, hasil wawancara diperkuat dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa. Tabel 11. Observasi kegiatan piket No Hari, Tanggal keterangan 1. Hari Senin, 18 April 2016 Siswa yang bertugas piket menyapu ruangan kelas sebelum bel masuk dan setelah pembelajaran. Setelah pembelajaran siswa tidak hanya menyapu namun juga menaikkan kursi ke meja. 2. Hari selasa, 19 April 2016 Siswa yang bertugas piket menyapu kelas dan membuang sampah. Piket guru terlihat Hanya satu orang guru yang melaksanakan kegiatan salam sapa di gerbang sekolah. 3. Hari Rabu, 20 April 2016 siswa kelas V berjumlah 4 orang melaksanakan piket sebelum bel masuk dan setelah pembelajaran. Setelah pembelajaran siswa tidak hanya menyapu namun juga menaikkan kursi ke meja. 4. Hari Kamis, 21 April 2016 Siswa yang mendapat giliran piket melaksanakan piket sebelum bel masuk dan setelah pembelajaran. Setelah pembelajaran siswa tidak hanya menyapu namun juga menaikkan kursi ke meja. 89 Lanjutan tabel 11. 5. Hari Jumat, 22 April 2016 Siswa melaksanakan tugas piket sesuai jadwal sebelum bel masuk dan setelah pembelajaran. Setelah pembelajaran siswa tidak hanya menyapu namun juga menaikkan kursi ke meja. 6. Hari Sabtu, 23 April 2016 Bagi siswa yang melaksanakan tugas piket membersihkan ruangan. Guru terlihat melaksanakan salam sapa di gerbang sekolah. 7. Hari Jumat, 29 April 2016 Siswa melaksanakan kegiatan piket setelah itu jalan- jalan keliling kampung Badran karena minggu ke V. 8. 30 April 2016- 4 Mei 2016 Melaksanakan tugas piket bagi siswa yang mendapat giliran piket baik sebelum bel berbunyi dan setelah selesai pembelajaran. Tugas piket siswa menyapu ruangan dan menaikkan kursi ke meja setelah selesai pembelajaran. Dari dokumentasi terlihat bahwa pada aturan tata tertib siswa yang ada di kelas menyebutkan bahwa siswa harus menjaga kebersihan lingkungan kelas, ini menunjukkan bahwa melalui kegiatan piket dapat dijadikan sebagai penanaman nilai karakter disiplin tertib, tanggung jawab dan peduli lingkungan. Dari hasil wawancara dan observasi dan dokumentasi terlihat bahwa kegiatan piket sudah dijalankan di SD N Badran. Di bawah ini disajikan tabel yang terkait dengan kegiatan piket khususnya di kelas V. 90 Tabel 12. Kegiatan piket Kegiatan Nilai Cara Kendala Piket kelas Disiplin Guru membagi regu piket kemudian dipasang jadwal piket, agar siswa dapat melaksanakan piket sesuai dengan jadwal yang tersedia Sudah tidak ada kendala dalam melaksanakan piket Peduli lingkungan Siswa menyapu membersihkan kelas, membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan laci. Tanggung jawab Siswa melaksanakan piket sesui dengan hari yang telah ditentukan b Pengintegrasian dalam kegiatan sehari- hari 1 Keteladanan contoh Semua komponen sekolah sudah berusaha untuk menjadi model yang baik dalam bertutur kata, meskipun tidak semua guru di SD N Badran berbicara dengan siswa menggunakan bahasa Indonesia, namun guru selalu bertutur kata halus dan baik. Tidak hanya dalam hal bertutur kata namun dalam hal berpakaian guru juga mencontohkan untuk berpakaian sopan dan rapi. Tetapi sayangnya, terkadang guru belum mengenakan seragam. Seragam dikenakan hari senin dan hari rabu. Hari senin guru mengenakan pakaian dinas berwarna cokelat, sedangkan hari rabu mengenakan seragam berwarna hijau, selain hari tersebut guru mengenakan pakaian batik bebas tetapi rapi. Dalam hal kedisiplinan guru selalu datang tepat 91 dengan bel masuk, tidak ada guru yang datang setelah bel tanda masuk berbunyi. Bahkan ada guru yang datang awal waktu, jam 06. 20 WIB sudah sampai di sekolah. Kepala sekolah maupun guru selalu pulang bersama- sama yaitu sekitar pukul 14.00 WIB. Tidak ada guru yang pulang terlebih dahulu kecuali akan ada tugas di luar sekolah. Saat masuk waktu sholat semua guru bergegas ke mushola untuk melaksanakan sholat zuhur ada salah seorang guru yang selalu menjadi imam dalam sholat. kepala sekolah dan beberapa guru setiap jam istirahat selalu melaksanakan sholat sunah. Untuk memperoleh data lebih lanjut mengenai keteladanan yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah maupun guru, peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah terkait dengan keteladanan. Kepala sekolah menuturkan bahwa kepala sekolah terus berusaha untuk menjadi teladan yang baik. Keteladanan yang dicontohkan datang ke sekolah tepat waktu sebelum bel berbunyi, meskipun mepet tapi berusaha untuk tidak datang terlambat. Selain itu memakai seragam, namun seragam tidak dikenakan setiap hari hanya jika ada acara di luar sekolah. Guru juga mengenakan pakaian rapi. Kepala sekolah juga berusaha untuk selalu mengingatkan jika terdapat penyimpangan yang dilakukan guru serta kepala sekolah berusaha untuk menjadi panutan yang baik. Nilai yang dapat ditanamkan melalui keteladanan tersebut kepala sekolah 92 mengatakan, “Yo kedisiplinan terutama mbak.” Kepala sekolah masih terkendala untuk menjadi teladan yang baik. Untuk kendala yang dihadapi dalam melakukan keteladanan, kepala sekolah menuturkan bahwa kendala tersebut seperti lupa. Hal ini dapat diket ahui melalui pernyataan beliau yang mengatakan, “Jenenge manungsa sok- sok lali. Aku yo sok lali, tapi aku pesen karo guru nek sering kali aku lupa aku diingatkan yo ra popo nek itu memang bener- bener aku salah. Yo dadi terbuka. Nek aku salah yo dielengke. Hasil wawancara dengan kepala sekolah tersebut diperkuat pula dengan wawancara yang dilakukan dengan pihak guru. pada tangal 22 April 2016 guru As menyatakan bahwa harus berusaha memberikan teladan yang baik untuk siswa. Untuk jenis keteladanan yang dicontohkan oleh guru. G uru As menjawab, “Ya kedisiplinan, berusaha kalau jam masuk ya sudah ada di dalam kelas, kerapian kan harus kasih contoh yang baik, perbuatan juga.” guru As juga selalu berusaha untuk berbuat sebaik mungkin untuk menjadi teladan yang baik. Sedangkan pada saat peneliti mengajukan pertaanyaan terkait dengan kendala yang dihadapi untuk menjadi teladan, guru As menjawab, “Ya karna kita tanggung jawab ngajar ya harus ngajar sampai akhir. Kalau kendala ya karna saya rumahnya jauh jadi saya ya berusaha maksimal supaya tidak terlambat saat jam pelajaran.” Guru As menyatakan bahwa melalui keteladanan tersebut diharapkan mampu menanamkan nilai karakter siswa seperti nilai tanggung jawab dan nilai kedisiplinan, sedangkan guru Wr 4 Mei 2016 saat peneliti mengajukan pertanyaan tentang apakah guru sudah dapat memberikan teladan yang baik, guru Wr menjawab 93 bahwa, “InsaAllah ya gak akan kita ngajak anak untuk berbuat jelek.” Jenis keteladanan yang dicontohkan oleh guru Wr menyatakan bahwa keteladanan meliputi semangat berprestasi, spiritualitasnya, kedisiplinannya, dan percaya dirinya. Nilai yang dapat ditanamkan melalui keteladanan Wr mengatakan, “Spiritualitas, nilai kerjasama, biar anak- anak semakin baik akhlaqnya bagus otaknya cerdas sosialnya juga bagus.” Untuk menanamkan itu semua, guru Wr berupaya untuk meningkatkan kualitas diri dengan memperbaiki diri sendiri. Namun terkadang semangat yang selalu berubah- ubah membuat guru Wr mengalami kendala untuk menanamkan nilai melalui keteladanan. Lain halnya dengan Wr, Tu 3 Mei 2016 menyatakan bahwa beliau selalu berusaha untuk menjadi teladan yang baik. Jenis keteladanan yang dilakukan berupa memberi contoh untuk datang awal waktu, memperhatikan pakaiannya untuk selalu rapi, lengkap, dan berseragam. Agar menjadi teladan yang baik, Tu memberikan keterangan. “Saya pernah jadi Pembina saya minta maaf kepada siswa karena saya tidak pakai ikat pinggang, saya ngasih contoh seperti itu mbak. Saya sebagai orang tua kalau saya salah saya minta maaf. Saya pramuka sama seperti itu, saya gak pakai stangan leher saya ijin anak, anak gak mau, saya gak ngisi, karena kita konsekuen. Kita memberi teladannya seperti itu. Anak harus pakai stangan leher maka saya juga harus pakai begitu mbak. Saya selalu tanamkan kalau saya ngasih contoh kalau kita berbuat salah maka kita harus berani mengakui kesalahan.” Saat peneliti mengajukan pertanyaan terkait dengan kendala yang dihadapi Tu untuk menjadi teladan yang baik Tu menjawab sebagai berikut. 94 Tu menjawab, “Kita belum dapat dukungan maksimal dari guru disini, ya contohnya gini saya pernah rapat kita sering negur anak masalah pakaian masalah datam terlambat pakaian harus begini, tapi kita sendiri belum bisa kasih contoh. Kalau anak pakai seragam ini kudungnya harus seperti, tapi kita sendiri masih obar- abir. Terus kalau rabu seragamnya pakai hijau semua, tapi belum bisa dilaksanakan karena pada belum jadi, yang kedua guru- guru belum bisa datang awal pasti mepet.” Pernyataan dari guru di atas diperkuat dengan wawancara yang dilakukan kepada perwakilan siswa kelas V. dari 6 orang siswa, yaitu siswa Rt, Ky, Al, Ji, Ad, dan So memberikan jawaban yang sama saat peneliti mengajukan pertanyaan terkait apakah bapak ibu guru sudah memberikan teladan yang baik? Dari 6 orang siswa mereka menjawab iya bapak ibu guru sudah memberikan teladan yang baik untuk siswa. Untuk jenis keteladanan yang dicontohkan oleh bapak ibu guru maupun kepala sekolah, siswa memberikan jawaban sebagai berikut. Al : “Membimbing supaya murid disiplin, tidak ejek- ejekan, hidup rukun dengan teman.” 20 April 2016. Ji : Berpakaian rapi, berkata sopan, datangnya tepat waktu.” 21 April 2016. Ad : “Disiplin, pakaiannya rapi, perkataannya baik.” 21 April 2016 So : “Mau berbagi ilmu, berseragam rapi, terus kalau datangnya terlambat tu ngasih alesan.” 21 April 2016 Sedangkan dari keteladanan yang dicontohkan oleh bapak ibu guru siswa dapat memetik nilai nilai karakter sperti nilai disiplin, tanggung jawab, rukun, dan percaya diri. Hal ini dapat diketahui saat peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut. 95 Al : “Kedisiplinan, rukun, percaya diri, tanggung jawab.” Ji : “disiplin.”, Ad : “Disiplin, tanggung jawab.”, dan So : “tertib.” Dalam menerapkan nilai karakter yang sudah didapatkan siswa melalui keteladanan yang diberikan oleh bapak ibu guru dan kepala sekolah, siswa masih mengalami kendala. Kendala yang ada seperti kemalasan yang terdapat dalam pribadi siswa serta tingkat kedisiplinan yang masih terus membutuhkan motivasi. Pernyatan ini didukung dengan pernyataan siswa seperti berikut ini. Al memberik an keterangan, “kalau misalnya sragamku belum kring itu, aku suka gak pake seragam. Misalnya pakai seragam biru, aku pakai merah- putih gitu.”, Ji menyatakan, “kadang- kadang aku tu suka lupa mbak.”, Ad mengutarakan, “aku kadang- kadang masih suka ngeyel mbak, kan gak boleh pake sepatu yang ada warnanya to, tapi aku masih pakai.”, dan So menjawab, “ ya kadang- kadang males aja mbak, sering nyelelek .” Dari hasil wawancara di atas, didukung dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti selama 11 kali pengamatan, yang menunjukkan bahwa Kepala sekolah dan bapak ibu guru sudah memberikan teladan yang baik untuk para siswa. Teladan yang sudah dicontohkan bapak ibu guru dan kepala sekolah seperti. 96 Tabel 13. Contoh keteladanan di SD N Badran Jenis keteladanan Hari tanggal Keterangan Nilai Datang ke sekolah tepat pada waktunya Tanggal 18, 23, dan 23 April 2016 . Pada tanggal 22 dan 23 April 2016 Semua guru datang sebelum bel tanda masuk berbunyi. Disiplin Menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya, Terlihat selama 11 kali pengamatan halaman maupun kantor guru terlihat bersih. Seluruh komponen sekolah membuang sampah pada tempatnya Peduli lingkungan Berpakaian seragam Hari senin tanggal 18 April 2016 dan tanggal 2 Mei 2016 dan hari Rabu 20 April 2016 dan 4 Mei 2016 Hari senin bapak ibu guru dan kepala sekolah mengenakan baju dinas berwarna cokelat, sedangkan pada hari rabu bapak ibu guru mengenakan seragam berwarna hijau. Untuk hari selasa, kamis, jumat, dan sabtu kepala sekolah dan bapak ibu guru mengenakan batik bebas. Disiplin tertib Selalu berkata dengan baik meskipun tidak menggunaka n bahasa Indonesia Terlihat pada tanggal 18 April 2016, 3 Mei 2016, 20 April 2016, tanggal 23 April 2016, dan 4 Mei 2016. Saat ekstrakurikuker batik, kepala sekolah berbicara dengan siswa menggunakan bahasa jawa. pada saat pembelajaran agama jika melihat siswa yang susah untuk dinasehati dan Sopan santun 97 melihat tingkah siswa yang tidak sesuai dengan nilai guru selalu beristigfar. Berani mengakui kesalahn dengan meminta maaf Pada tanggal 18 April 2016 salah seorang guru yang menjadi pembina upacara lupa tidak mengenakan ikat pinggang kemudian guru tersebut meminta maaf kepada siswa saat menyampaikan amanat Jujur Guru selalu melaksanaka n sholat zuhur berjamaah dengan siswa Tanggal 18 April 2016- 3 Mei 2016 Jika sudah tiba waktu sholat guru bergegas ke mushola untuk melaksanakan jamaah zuhur. Religius melaksana kan kewajiban ajaran agama yang dianutya. Dari hasil wawancara dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa guru sudah berusaha untuk memberikan keteladanan yang baik dengan cara datang tidak terlambat meskipun, berpakaian rapi dan berseragam, perbuatan yang harus selalu terpuji, mengajak siswa agar siswa dapat menanamkan sikap religius di dalam dirinya,, maupun semangat untuk selalu berprestasi. Guru berusaha memperbaiki diri, berani meminta maaf apabila salah, dan konsekuen terhadap perbuatan yang dilakukan. 2 Kegiatan Spontan Kegiatan spontan merupakan kegiatan yang dilaksanakan tanpa adanya suatu perencanaan terlebih dahulu, dan dilakukan pada 98 saat itu juga. kegiatan spontan yang dilaksanakan di SD N Badran seperti kegiatan penggalangan dana. Dalam melakukan penggalangan dana guru selalu memutarkan kotak infaq untuk mengumpulkan dana yang akan diberikan kepada orang yang membutuhkan, sebelum mengedarkan kotak infaq, guru selalu memberikan informasi terlebih dahulu sebelum melaksanakan penggalangan dana. Ketika penggalangan dana dilakukan, semua siswa- siswi menyisihkan sebagian uangnya untuk menyumbang, sebagai contoh apabila siswa menyumbang dengan uang Rp 5000, maka biasanya siswa meminta uang kembalian sebesar RP 4000, dan apabila guru ingin mengembalikan uang siswa Rp 3000, siswa akan menolaknya dengan alasan tidak bisa membeli jajan, karena hanya membawa uang saku sedikit. Hal ini yang menyebabkan dana yang terkumpul hanya sedikit. Dari paparan tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah terkait dengan kegiatan spontan yang terdapat di SD N Badran. Saat peneliti mengajukan pertanyaan mengenai kegiatan spontan sudah terlaksana ataukah belum, kepala sekolah menyatakan, “ada.” Kegiatan spontan seperti penggalangan dana dilakukan dengan sasaran siswa maupun orang tua siswa. Seperti diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai berikut. Kepala sekolah mengatakan, “Nek arep tarikan wong tuo nagnggo surat, ning nek bisane siswa sok ming gurune, misale e sisuk mbantu gunung meletus yo ono bencana gunung meletus, nggowo duit sik akeh yo. Terus nek hasile infaq 99 mengko biasane KR. Ketika ono tulisan Badran neng KR kui, mngko ditempel di papan pengumuman kita dapat berapa gitu.” 3 Mei 2016. Dalam melakukan penggalangan dana, nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada siswa adalah tolong menolong, peduli sosial, dan saling membantu. Sebagai sarana untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa, masih terdapat kendala yang dihadapi melalui kegiatan tersebut. Hal ini dapat diketahui ketika peneliti mengajukan pertanyaan terkait dengan kendala apa yang dihadapi saat menanamakan nilai karakter melalui penggalangan dana?” kepala sekolah menjawab, “Duite ora akeh sangune.” Dari wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru SD N Badran untuk memperkuat pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah bahwa kegiatan spontan seperti penggalangan dana sudah dilaksanakan seperti. Hal ini dapat diketahui melalui wawancara dari beberapa guru yang mengungkapkan seperti berikut ini. Guru As menayatakan bahwa, “Ada, kalau pas ada anak yang sakit ataupun ada yang harus kita melayat. Ada juga yang pas ada bencana, tapi kalau bencana biasanya di kasih tau karena di daerah ini ada bencana apa besok pagi kita berinfaq untuk membantu saudara kita yang terkena musibah.” Melalui kegiatan penggalangan dana tersebut, dapat dijadikan sarana untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa. Terutama 100 nilai sosial. Seperti yang diungkapkan guru As. As mengatakan, “Lebih mencintai sesama, kebersamaan, dan peduli sosial.” Untuk mengumpulkan dana tersebut, As menuturkan bahwa siswa diminta untuk berinfaq, kemudian dikumpulkan jadi satu dengan kelas yang lain jika itu dana untuk korban bencana. Tetapi jika dana untuk orang sakit, As mengatakan bahwa dana dikumpulkan per kelas. Dalam menanamkan nilai karakter melalui penggalangan dana, As masih mengalami kendala, seperti pernyataan berikut ini. As mengatakan, “Ada yang punya uang tapi harus dimotivasi, harus di dorong- dorong.” Senada dengan guru As, guru Dr mengatakan bahwa, “ada Kalau ada teman sakit, meninggal, biasanya diumumkan nanti infaq dikumpulkan untuk sumbangan ke sana.” Sedangkan saat peneliti mengajukan pertanyaa terkait dengan nilai apa yang dapat ditanamkan melalui kegiatan spontan seperti penggalangan dana tersebut, Dr menyatakan bahwa Rela berkorban dan peduli sosial. Untuk kendala dalam penanaman nilai karakter melalui penggalangan dana, sama halnya dengan As, Dr juga mengalami kendala. Kendala yang dihadapi yaitu uang saku siswa yang dipakai untuk membeli jajanan, sehingga siswa tidak bisa mengumpulkan dana. G uru Wr memberikan jawaban bahwa, “Ada kita beberapa bencana yang menimpa saudara- saudara kita kayak gunung meletus anak- anak kita umumkan terus infaq atau ada yang meninggal terus 101 infaq dikumpulkan.” Tu mengatakan bahwa, “Ada kalau bencana alam tapi tidak spontan diumumkan dulu sebelumnya. Tapi kalau teman sakit apa meninggal gitu kita spontan, kotak infaq itu diedarkan.” Melalui kegiatan penggalangan dana tersebut, guru Wr menyatakan bahwa penanaman nilai karakter dapat dilakukan tertuama nilai karakter kepedulian sosil. Guru Wr sendiri masih mengalami kendala untuk melaksanakan penggalangan dana. Kendala yang dihadapi yaitu masalah dana yang terkumpul. Pernyataan ini terlihat dari hasil wawancara. Wr mengatakan, “Cuman ya paling jumalahnya mentok, minimal, ya sesangunya anak- anak saja . ” Wawancara yang dilakukan dengan guru tersebut, diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh siswa. Siswa mengungkapkan bahwa penggalangan dana sudah terlaksana di SD N Badran khususnya di kelas V.Berikut pernyataannya, Pada tanggal 20 April 2016 R t menyatakan, “ada.”, Ky, “Pernah, kalau pas korban bencana sama pas ada temen yang sakit.”, Al,” Pernah kalau ada teman sakit, korban bencana.”, kemudian pada tanggal 21 April 2016 Ji memberikan jawaban, “Iya, kalau ada yang sakit.”, Ad,” Ada, kalau ada t emen yang kena bencana ditolong.”, dan So, “Ada, kalau teman yang sakit sama saudara yang meninggal.” Melalui kegiatan penggalangan dana tersebut, siswa dapat saling berbagi dan saling mengasihi terhadap sesama. Hal ini dapat diketahui dari jawaban siswa sebagai berikut. Rt : “berbagi.” Ky : “Mau mengasih, berbagi.” 102 Al : “berbagi.” Ji : “Peduli sosial.” Ad : “Peduli sosial, berbagi.” So : “Peduli sosial.” Proses kegiatan spontan seperti penggalangan dana tersebut, guru wali kelas selalu menghimbau untuk mengumpulkan dana melalui infaq yang tersedia di setiap kelas. Berikut pernyataan dari siswa. Rt, “Kalau misalnya ada musibah disiapin dana untuk membantu bisa uang, terkadang ada yang menyumbang barang.”, Ky, “Ngumpulin uang terus nanti uangnya sama gurunya dibeliin makanan.”, Al, “Dari infaq, terus kalau ada yang nyumbang barang.”, sedangkan siswa Ji, “Ya siswa disini yang ngumpulin Dibantu sama guru.”, Ad, “Infaqnya diputerin sama bu guru.”, dan So, “Kita nanti ngumpulin uang di guru.” Pelaksanaan kegiatan spontan seperti penggalangan dana siswa sudah tidak lagi mengalami kendala. Dari ke 6 siswa, semuanya menjawab bahwa tidak ada kesulitan kendala yang dihadapi saat melaksanakan kegiatan spontan seperti penggalangan dana tersebut. Wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan juga siswa diperkuat pula dengan hasil observasi selama 11 kali pengamatan yang menunjukkan bahwa, kegiatan spontan yang ada di SD N Badran tidak hanya berupa penggalangan dana bagi yang terkena musibah, namun juga ada doa bersama, ceramah, berlatih menyanyikan lagu untuk persiapan upacara, dan juga tindakan guru seperti mendisiplinkan siswa dengan merapikan jilbab maupun 103 pakaian yang dikenakan oleh siswa. Hal ini dapat diketahui melalui Hari selasa, 19 April 2016 Ibu guru mendatangi siswa dan memperbaiki jilbab yang tidak rapi, mendatangi siswa yang kemejanya keluar dan membantunya untuk merapikan. Hari Sabtu, 30 April 2016 Semua siswa berkumpul di halaman untuk berlatih menyanyikan lagu wajib belajar untuk persiapan upacara hari pendidikan nasional, termasuk siswa kelas V yang berlatih untuk menjadi dirigen. Hari senin, 2 Mei 2016. Siswa kelas V mengumpulkan dana untuk sumbangan orang tua ibu guru yang pada hari Minggu meinggal dunia, melakukan doa bersama untuk mendoakan orang tua dari ibu guru Nf, ceramah yang diisi oleh dai cilik dari kelas 3 mengenai membaca Al Quran. Dari hasil wawancara dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa masih ada kendala terutama untuk penggalangan dana, uang yang terkumpul dari siswa hanya sedikit. Untuk kegiatan spontan yang dilaksanakan di SD N Badran diantaraya adalah: Tabel 14. Kegiatan spontan di SD N Badran Yogyakarta Jenis kegiatan Nilai Cara Kendala penggalang an dana Peduli sosial siswa dapat melatih diri untuk berbagi dengan sesama Dilakukan per kelas, dapat juga dilakukan satu sekolah, sesuai dengan kebutuhan. Sudah tidak ada kendala Doa bersama Religius, hidup rukun Salah satu guru memimpin doa untuk mendoakan almarhumah orang tua guru Sudah tidak ada kendala 104 Lanjutan tabel 14. Ceramah untuk mengapresi asi prestasi siswa Religius Siswa duduk di halaman, setelah selesai upacara Sudah tidak ada kendala Guru membantu siswa untuk merapikan pakaiannya. Disiplin Guru mendekati siswa yang pakaiannya terlihat tidak rapi Sudah tidak ada kendala 3 Teguran Teguran selalu diberikan oleh guru, ketika guru melihat tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan nilai baik yang dilakukan siswa di dalam kelas maupun yang di lakukan di luar kelas, apabila guru mengetahui hal yang menyimpang pasti guru akan memberikan teguran kepada siswa. Teguran dimaksudkan agar siswa bisa kembali bertingkah laku seperti dengan nilai yang diharapkan. Seperti pernyataan dari kepala sekolah, saat peneliti mengajukan pertanyaan terkait dengan pemberian teguran kepada siswa. Pada tanggal 3 Mei 2016 kepala sekolah menjawab, “Iya, secara langsung.” Teguran dilakukan secara langsung apabila kesalahan yang dilakukan tidak terlalu berat, namun apabila kesalahan yang dilakukan oleh siswa termasuk ke dalam pelanggaran yang berat dan belum masuk kategori kriminal, maka siswa mendapatkan perlakuan khusus yaitu dengan dipanggil untuk menghadap kepala sekolah 105 ataupun guru wali kelas. SD N Badran juga sudah bekerjasama dengan pihak kepolisian, apabila penyimpangan yang dilakukan siswa sudah mengarah kepada tindak kriminal, maka pihak kepolisian lah yang berhak untuk menangani masalah tersebut. Dari paparan d atas dapat diketahui saat peneliti mengajukan pertanyaan terkait dengan cara yang digunakan untuk memberi teguran kepada siswa. Kepala sekolah meng ungkapkan, “Langsung. Tapi nek menjurus ke yang tidak boleh diketahui banyak orang kita sendirikan. Le negur tinggal kesalahane sik koyo ngopo, nek umum yo secara langsung. Nek sik menjurus ke laki perempuan didewekke. Kita juga MOU sama kepolisian. Kalau yang parah sekali misale njupuk yo hubungane karo polisi.” Kepala sekolah juga menuturkan bahwa teguran dapat memberikan pengaruh bagi siswa meskipun tidak secara langsung dapat dilihat namun membutuhkan proses. Sedangkan nilai yang ingin ditanamkan melalui teguran kepala sekolah menuturkan, “disiplin dan tertib.” Melalui teguran yang diberikan oleh bapak ibu guru maupun kepala sekolah, dapat dijadikan sarana untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa- siwi supaya siswa- siswi menjadi lebih disiplin dan memiliki rasa jera apabila melakukan kesalahan dan diingatkan oleh bapak ibu guru serta kepala sekolah. hal ini dapat diketahui melalui jawaban yang diberikan guru saat peneliti mengajukan pertanyaan terkait dengan nilai karakter yang 106 ditanamkan melalui teguran. Berikut jawaban dari beberapa guru. pada tanggal 22 April 2016 As mengatakan, “Nilai kedisiplinan, biar anak tertib lagi, nggak ejek- ejekan klau di sini mbak. ” Sedangkan pada tanggal 29 April 2016 Dr menyatakan, “Terutama kedisiplinan mbak.” Dan Tu mengatakan, “Memberi rasa jera kepada siswa yang melakukan kesalahan, walaupun jera itu belum maksimal merubah, tapi paling endak ada pengaruh oh ternyata kalau saya salah dibetulkan pak guru, diluruskan pak guru .” 3 Mei 2016. Dalam memberikan teguran kepada siswa, kepala sekolah maupun guru masih mengalami kendala. Saat peneliti mengajukan pertanyaan mengenai kendala apa yang dihadapi kepala sekolah untuk memberikan teguran kepada siswa, kepala sekolah menjawab, “Sok- sok anakke ki ngalihke kesalahan ke orang lain. Dewekke ki ra nyadari. Kesadaran anak belum tumbuh, sakdonge yo reti tapi iseh dialihkan ke temannya.” Hasil jawaban kepala sekolah tersebut, peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru untuk memperkuat pernyataan yang disampaikan kepala sekolah terkait dengan teguran, guru As menjawab, “jelas, lisan aja mbak biasanya tapi harus berkali- kali.”, Dr juga menyatakan, “Selalu ditegur. Dengan kata- kata saja. itu sampahnya ambil, buang ke tempatnya. Kalau sudah terlalu ya dengan tindakan kayak kemarin kan ada bunag sampah sembarangan banyak sekali trus saya suruh pulang terakhir nyapu dulu.” Pada 107 tanggal 3 mei 2016 Tu menjawab, “Iya, nek saya langsung tak tegur, Kadangkala saya foto seperti tadi, walaupun saya foto tok, tapi anak sudah bingung. Menggunakan itu secara langsung, secara lisan, secara halus, peringatan agak keras, peringatan keras.” Untuk memberi teguran kepada siswa, guru juga mengalami kendala. Kendala yang dihadapi yaitu masih terkait dengan siswa. Hal ini diketahui melalui pernyataan sebagia berikut. G uru As, “Masih ada anak yang ngulang perbuatan. Kadang ngasih peringatan sekali gak langsung jalan, harus 2- 3 kali.”, Dr menjawab, “Ya sepertinya anak- anak itu masih terpaksa mbak.”, dan Tu menyatakan, “Anak- anak masih banyak yang membantah, membuat argumentasi, walaupun argumentasinya tidak sesuai. Kadangkala kenapa gak pakai seragam, seragamnya baru dicuci padahal seragam pramuka kemarin, kan gak masuk akal masak merendamnya satu minggu. Terus ada lagi kadangkala kita negur anak melimpahkan orang lain atau menggait orang lain.” Setelah ditegur oleh bapak ibu guru biasanya siswa- siswi dapat merubah perbuatannya menjadi lebih tertib dan sesuai dengan nilai. Seperti yang dismapiakan oleh beberapa guru saat peneliti mengajukan pertanyaan mengenai dampak dari adanya teguran tersebut. Guru Dr menjawab, “Sering banget.” Diperkuat dengan guru Wr yang menyatajan, “Biasanya ya, e maemnya tangan kanan langsung pindah, sambil duduk langsung duduk.” Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru,peneliti juga melakukan wawancara dengan beberpa siswi SD N Badran khususnya untuk siswi kelas V terkait dengan teguran yang sudah dilakukan oleh guru. Berikut jawaban siswa. 108 Rt : “iya.” 20 April 2016 Ji : “ya.” 21 April 2016 Ad : “iya.” 21 April 2016 `So : “iya.” 21 April 2016 Melalui teguran yang diberikan oleh bapak ibu guru siswa dapat memetik nilai kedisiplinan. Siswa dapat terus belajar untuk memperbaiki diri dan mngerti mengenai kesalahannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara seperti berikut ini. Pada tan ggal 20 April 2016 Rt mengatakan, “Menjadi lebih tertib, disiplin.”, sedangkan pada tanggal 21 Aril 2016 siswa Ji menyatakan, “Disiplin, Tidak mengulanginya lagi.”, siswa Ad menjawab, “Lebih mengerti supaya gak diulangi lagi.” Dan siswa So mengatakan, “Jadi lebih tertib lagi.” Dengan adanya teguran yang diberikan kepala sekolah maupun bapak ibu guru, bagi siswa dapat memberikan efek jera supaya tidak mengulangi perbuatan yang menyimpang. Seperti pernyataan berikut ini. P ada tanggal 20 April 2016 Rt, “iya.”, Ky, “bisa.”, Al, “iya.” Sedangkan pada tanggal 21 April 2016, siswa Ji menjawab, “iya.”, Ad, “iya.”, So, “memberikan.” Dari hasil wawancara yang telah diperoleh, didukung dengan observasi yang menunjukan hasil sebagai berikut. Hari senin 18 April 2016 Guru As menegur siswa karena siswa tersebut berbicara dengan temannya disaat salah satu siswa sedang membaca, guru As menegur siswa saat siswa So tidak mengenakan jilbab seragam So kemudian mengganti jilbabnya. Namun setelah guru pergi, kemudian jilbab yang bukan seragam dikenakan kembali, guru Dr menegur siswa Fa dengan cubitan karena tugas yang diberikan tidak kunjung 109 diselesaikan, namun Fa menyalahkan teman sebangkunya dan berbicara kepada guru bahwa dia diajak berbicara dengan teman sebangkunya. Hari selasa, 19 April 2016 Guru As memberikan teguran terhadap siswa Eh karena bermain balsam dan membuat temannya pusing shingga harus dibawa ke UKS, kepala sekolah menegur siswa yang tidak membawa pola batik dan memintanya untuk pulang mengambil pola kain batik yang sudah digambar, kepala sekolah menegur siswa yang tidak didisiplin seperti mengeluarkan baju, duduk dengan kaki diangkat ke atas, duduk di atas meja, dan berbicara dengan bahasa yang tidak baik. Hari Rabu, 20 April 2016 Saat berdoa pada kegiatan apel pagi siswa kelas V Wl di tegur guru Dr karenakan saat berdoa masih bersendau gurau namun Wl tidak mengakui dan berbicara “kok aku to,padahal aku ra ngopo- ngopo”. Guru As menegur siswa Eh yang mengumpat dan diminta beristigfar sebanyak 3x, Guru As menegur siswa yang tidak didisiplin sperti siswa So yang mencoret- coret meja dan siswa Eh yang menaikkan kakinya di kursi, Guru Nf menjewer siswa Hn karena berbicara tanpa henti dan sudah diingatkan dengan lisan tidak bisa. Hari kamis, 21 April 2016, Guru Yl menegur siswa yang tidak disiplin seperti tidak memasukkan kemeja, gaduh di dalam kelas, sepatunya dilepas, dan pindah tempat duduk tetapi dengan menaiki kursi. Hari Jumat, 22 April 2016 Guru As memanggil 2 orang siswa Eh dan Hn karena mengejek temannya 110 dan jika masih diulangi maka akan dipanggil ke kantor untuk di siding. Hari Jumat, 29 April 2016, Guru menegur siswa Eh karena berbicara dengan orang yang lebih tua tidak mengunakan bahasa yang baik. Hari Sabtu, 30 April 2016 Guru Nf menegur siswa Fa karena berbicara dengan bahasa ngoko kepada ibu guru, kemudian siswa Fa meminta maaf, guru As menegur 2 orang siswa By dan Ws yang tidak memakai sepatu dan diminta untuk memakai kembali namun saat jam istirahat sepatu kembali dilepas, guru olahraga menegur siswa yang memakai pakaian tidak seragam. Hari senin, 2 Mei 2016, guru Dr menegur siswa yang ramai dengan temannya saat pembelajaran matematika dan meminta siswa untuk diam. Hari selasa, 3 Mei 2016, saat ekstrakurikuler pramuka guru Tu menegur siswa yang tidak memakai sepatu dengan cara difoto menggunakan kamera handphone. Lalu sepatu buru- buru dipakai oleh siswa tersebut. Hari Rabu, 4 Mei 2016, saat pembelajaran agama islam guru Nf menegur siswa yang gaduh. Dari hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa guru selalu menegur siswa apabila terdapat perilaku siswa yang tidak tertib, teguran dilakukan secara langsung dengan lisan, ada juga yang hanya ditegur menggunakan alat elektronik seperti handphone, dan ada juga yang ditegur menggunakan tindakan apabila sudah kelewat batas. Melalui teguran siswa dapat berperilaku 111 sesuai dengan nilai meskipun teguran harus berulang kali dilakukan oleh guru, sehingga siswa menjadi lebih disiplin, lebih tertib, memiliki rasa jera dan dapat memperbaiki diri supaya tidak mengulang perbuatannya kembali. 4 Pengkondisian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah, diperoleh data bahwa bentuk pengkondisian yang ada di SD N Badran meliputi pengkondisian yang ada di dalam kelas, dan pengkondisian yang ada di luar kelas. Pengkondisian yang dilakukan di kelas tergantung dengan pribadi bapak ibu guru. untuk di sekolah dengan adanya tata tertib itu, sarana prasana seperti tempat sampah, kran air, mushola, daftar 18 nilai karakter, dan tulisan- tulisan seperti “buang sampah ditempatnya. Kepala sekolah juga berusaha melengkapi yang belum ada dan belum tersedia di sekolah ini. Dengan adanya pengkondisian tersebut, kepala sekolah menuturkan bahwa penanaman nilai karakter terhadap siswa mudah untuk dilakukan karena setiap hari siswa akan dengan mudah membaca tata tertib yang tersedia. Kepala sekolah menuturkan melalui pengkondisian tersebut, nilai karakter yang ingin ditanamakan kepada siswa diantaranya adalah adalah nilai kedisiplinan, ketertiban, dan peduli sosial, serta tanggung jawab. Seperti pernyataan berikut ini. Kepala sekolah memberikan keterangan, “Ya supaya siswa lebih tertib mbak lebih disiplin, terus kui ono tulisan- 112 tulisan koyo buanglah sampah pada tempatnya itu bisa menanamkan nilai peduli lingkungan. Terus supaya siswa hidup bersih hidup sehat ono tulisane kui neng tembok cedak kantor.” Walaupun kepala sekolah sudah berusaha untuk melakukan pengkondisian , namun semua itu kembali kepada diri siswa, siswa masih sulit untuk dikondisikan, harus terus diperhatikan, harus selalu diberi motivasi, tidak hanya dengan pengkondisian saja nilai karakter dapat dengan mudah ditanamkan kepada diri siswa. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru sebagai berikut, pada tanggal 22 Apil 2016, As menyatakan bahwa jika berada di dalam kelas, guru selalu memberikan nasehat- nasehat kepada siswa, dan pengkondisian di luar kelas melalui tulisan- tulisan seperti senyum, salam. Cara guru As untuk menanamkan nilai karakter melalui pengkondisian dengan cara mengatur tempat duduk siswa supaya siswa tidak gaduh. Guru As menuturkan bahwa melalui pengkondisian nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada diri siswa diantaranya adalah ketertiban dan kedisiplinan. Dalam menanamkan nilai melalui pengkondisian guru As masih mengalami kendala seperti diungkapkan berikut ini. As menyatakan, “Seperti kalau tadi penempatan tempat duduk pas pelajaran saya tempat duduknya tertib, nanti pas pelajaran guru yang 113 lain pindah lagi, kadang seperti itu. Saya masuk wah wis ganti lagi tempat duduke .” Pada tanggal 29 April 2016, guru Dr juga menjawab, “Selalu menghimbau, selalu mengingatkan, memberi contoh.” Sedangkan cara yang digunakan untuk pengkondisian guru Dr selalu memantau dan memonitor siswa, jika ada yang melakukan penyimpangan diingatkan. Melalui pengkondisian yang dilakukan guru Dr, lagi- lagi nilai yang ditekankan untuk ditanamkan kepada siswa adalah nilai kedisiplinan. Dalam menanamkan nilai karakter melalui pengkondisian Dr masih mengalami kendala, seperti yang dingkapkan berikut ini. Dr, “Kemalasan anak- anak mbak. Walaupun setiap kali diingatkan tetep aja begitu terus jadi harus diingatkan.” Pada tanggal 4 mei 2016 guru Wr menyatakan jawabannya menge nai pengkondisian. Wr menyatakan, “Kalau di sekolah itu melalui sarana dan prasarana, tata tertib kalau di kelas itu mungkin tergantung dari masing- masing guru.” untuk cara yang digunakan dalam pengkondisian terutama di dalam kelas melalui ekstrakurikuler bahasa inggris, guru Wr menggunakan cara mengajar yang bervariasi. Hal ini diketahui melalui pernyataan Wr, Wr memberikan keterangan, “Melalui simulasi, lagu, biasanya anak- anak kalau sudah saya are you ready anak- anak kepekso yes I am, terus consentartion stand up sit down, tapi harus ada punishmentnya yang salah maju.” Melalui pengkondisian yang dilakukan oleh guru Wr, guru ingin menanamkan nilai kedisiplinan dan nilai ketertiban terutama 114 selama proses pembelajran. Sedangkan untuk kendala yang dihadapi, Wr mengungkapkan, “Waktunya aja mbak, waktu terbatas.” Jawaban dari guru di atas di dukung dengan jawaban yang dikemukakan oleh siswa, terkait dengan nilai karakter yang dapat dipetik serta kendala yang dihadapi untuk menerapkan nilai tersebut dalam aktivitas sehari- hari terutama pengkondisian melalui slogan maupun karakter yang terdapat di sekolah, berikut pernyatan siswa. Pada tanggal 20 April 2016 Rt mengatakan, “Membuat kita jadi tertib, kendalanya terkadang masih buang sampah sembrangan, kalau dulu ada yang buang sampah sembarangan denda 5000 sekarang enggak.” , Al menyatakan, “Disiplin, tanggung jawab.” Dalam menerapkan nilai karakter melalui aktivitas sehari- hari Al menyatakan masih mengalami kendala, masih banyak nilai karakter yang belum dapat ia terapkan dalam aktivitas sehari- hari. Sedangkan pada tanggal 21 April 2016 Ji menagatakan, “Peduli lingkungan, disiplin.” Ji juga menuturkan dalam menerapkan nilai karakter melalui aktivitas sehari- hari, terkadang masih mengalami kesulitan, Ji belum maksimal untuk menerapkan nilai tersebut. Untuk mendukung penanaman nilai karakter melalui pengkondisian, tidak lepas dari adanya sarana dan prasarana yang memadai. Di SD N Badran sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang penanaman nilai karakter. Meskipun demikian, tidak serta merta dengan adanya sarana dan 115 prasarana yang memadai, penanaman nilai karakter dapat dengan mudah dijalankan oleh bapak ibu guru maupun kepala sekolah. pemaparan di atas didukung dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah. kepala sekolah mengatakan, “lebih mudah, contone tata tertib nek dipasang mbendino moco, tapi yo kudu dipantau terus bocahe ora langsung iso diculke.” Pernyataan kepala sekolah didukung dengan pernyataan guru berikut ini. As : “Harus melalui perjuangan mbak. Gak henti- hentinya gak bosan- bosannya tidak semudah itu. Tapi kalau sarana prasarana sudah mendukung.” 22 April 2016 Dr : “Sudah cukup sarana prasaran, tapi untuk penanaman nilainya belum bisa 100.” 29 April 2016. Pernyataan dari kepala sekolah maupun guru di atas didukung dengan pernyataan dari siswa saat peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut. Peneliti : “Menurut pendapat anda, apakah sarana dan prasarana di sekolah ini sudah cukup memad ai?” Rt : “sudah.” 20 April 2016 Ky : “udah mbak.” 20 April 2016 Al : “iya sudah.” 20 April 2016 Ji : “sudah” 21 April 2016 Ad : “Udah mbak.” 21 April 2016 So : “Ya.” 21 April 2016 Hasil wawancara kepala sekolah dan guru, didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas V SD N Badran. Pengkondisian yang dilakukan di SD N Badran salah satunya adalah melalui slogan- slogan yang tersedia. Namun pengkondisian melalui slogan- slogan yang memuat mengenai nilai karakter belum 116 sepenuhnya dapat menamkan nilai karakter terhadap anak. Hal ini dapat diketahui melalui penuturan dari beberapa siswa sebagai berikut, tanggal 20 April 2016 Rt menyatakan, “Terkadang masih buang sampah sembrangan. Kalau dulu ada yang buang sampah sembarangan denda 5000 sekarang enggak.”, Al, “Iya tapi masih banyak yang belum bisa.” Sedangkan pada tanggal 21 April 2016, Ji menjawab, “terkadang.” Hasil wawancara yang telah didapat didukung dengan hasil observasi yang dilakukan, yang menunjukkan. Tabel 15. Pengkondisian yang dilakukan di SD N Badran Pengkondisian yang dilakukan Nilai yang ditanamkan Hari tanggal Pengkondisian di dalam kelas guru mengatur tempat duduk siswa sebelum memulai pembelajaran, terdapat tempat pemasangan hasil karya siswa, terdapat tata tertib kelas, dan terdapat alat kebersihan. terdapat slogan buanglah sampah pada tempatnya di dalam kelas V. Disiplin, peduli lingkungan, dan menghargai prestasi Hari Senin, 18 April 2016 Pengkondisian yang terdapat dilingkup sekolah seperti tempat sampah, tempat cuci tangan kran di setiap kelas, mushola, toilet. , Indonesia membaca, budaya 5S, 18 Nilai karakter, saya bangga menjadi anak Indonesia, lingkungan bersih tanpa sampah membuat hidup lebih indah dan sehat, keluarga besar SD Negeri Badran selalu menerapkan Peduli lingkungan, gemar membaca, cinta tanah air, tanggung jawab, dan disiplin Hari selasa, 19 April 2016 117 hidup perilaku hidup bersih dan sehat, dan buanglah sampah pada tempatnya. Terdapat pula tata tertib yang terpasang dekat dengan ruang kelas VI yang cukup besar. Dalam kelas tersedia keranjang kecil untuk meletakkan tugas siswa yang tidak dibawa pulang. Per anak mendapatkan satu keranjang. Pemasangan foto presiden, wakil, garuda pancasila, dan bendera merah putih melalui nasehat agar siswa memiliki kedisiplinan, Cinta tanah air Hari Kamis, 21 April 2016 Guru Nf memindahkan beberapa tempat duduk supaya tidak gaduh. Disiplin Hari sabtu, 23 April 2016 Guru As mengatur tempat duduk siswa. Hari Senin, 2 Mei 2016 guru Wr melakukan pengkondisian dengan tepuk konsentrasi, standup- sit down, are you ready? Kreatif, disiplin Hari selasa, 3 Mei 2016 Hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa dalam menanamkan nilai karakter melalui pengkondisian di lakukan di dalam kelas dan di luar kelas. Di dalam kelas seperti guru mengatur tempat duduk siswa sebelum memulai pembelajaran, terdapat tempat pemasangan hasil karya siswa, terdapat tata tertib kelas, dan terdapat alat kebersihan. terdapat slogan buanglah sampah pada tempatnya di dalam kelas V, Pemasangan foto presiden, wakil, garuda pancasila, dan bendera merah putih melalui nasehat agar 118 siswa memiliki kedisiplinan, tepuk konsentrasi, standup- sit down, are you ready? Pengkondisian di luar kelas seperti tempat sampah, tempat cuci tangan kran di setiap kelas, mushola, toilet. , Indonesia membaca, budaya 5S, 18 Nilai karakter, saya bangga menjadi anak Indonesia, lingkungan bersih tanpa sampah membuat hidup lebih indah dan sehat, keluarga besar SD Negeri Badran selalu menerapkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat, dan buanglah sampah pada tempatnya. Terdapat pula tata tertib yang terpasang dekat dengan ruang kelas VI yang cukup besar. Nilai yang ditanamkan melalui pengkondisian diantaranya adalah Peduli lingkungan, gemar membaca, cinta tanah air, tanggung jawab, kreatif, dan disiplin. Dalam melaksanakan pengkondisian masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu waktu, guru yag tidak selalu ada di dalam kelas, dan karateristik siswa.

b. Penanaman nilai- nilai karakter melalui budaya sekolah