50 nampak berulang- ulang, emosi anak berbeda- beda, emosi anak dapat
diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya, emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya, serta perubahan dalam
ungkapan- ungkapan emosional. 6.
Perkembangan sosial Perkembangan sosial anak memberikan peluang dan pelajaran
kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesama temannya, dan permainan yang disukai oleh anak- anak akhir adalah
permainan secara kelompok. Anak- anak yang telah mencapai tugas- tugas perkembangan, akan
memiliki beberapa keterampilan. Keterampilan yang dicapai diantaranya, social help skills dan play skill. Social- help skill berguna untuk membantu
orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi. Keterampilan ini akan
menambah perasaan harga diri dan menjadikannya sebagai anak yang berguna sehingga anak suka bekerja sama. Keterampilan play skill
menjadikan anak terampil dalam membuat penyesuaian- penyesuaian di sekolah maupun masyarakat Novan Ardy Wiyani, 2013: 148.
2. Perkembangan Moral Anak Sekolah Dasar
Moral berasal dari kata Latin “mos” Moris, yang memiliki arti adat istiadat, kebiasaan, peraturan nilai- nilai atau tata cara kehidupan.
Moralitas sendiri adalah kemauan untuk melakukan peraturan, melaksanakan nilai- nilai maupun prinsip- prinsip moral Syamsu Yusuf,
51 2014: 132. Moral tentunya harus dimiliki oleh semua manusia dan moral
juga harus dibiasakan dalam menjalani kehidupan sehari- hari, dengan adanya moral manusia dapat mengontrol dirinya agar berada dijalan yang
benar dan dapat bertindak sesuai dengan nilai- nilai yang ada di dalam suatu masyarakat.
Moral merupakan hal yang penting yang perlu diajarkan kepada anak sejak kecil atau anak berada pada masa usia sekolah, karena pada
masa ini informasi yang diterima anak mengenai sesuatu yang baik ataupun yang buruk, yang benar ataupun yang salah akan menjadi
pedoman dalam tingkah lakunya kelak. Anna Freud Robert Coles, 2000: 119 mengatakan bahwa inilah masa di mana kata hati seorang anak
dibentuk atau tidak dibentuk, inilah masa ketika watak anak dibentuk dan dimantapkan, atau tidak dibentuk dan tidak dimantapkan. Pendapat Anna
Freud dapat dijelaskan bahwa pada masa kanak- kanak merupakan pondasi dari sebuah pembentukan watak, apabila lingkungan maupun orang tua
dapat memberi contoh bagi anak mengenai hal- hal yang baik bukan tidak mungkin apabila nantinya anak juga akan memiliki watak maupaun suara
hati yang selalu mendorong anak untuk berbuat sesuai dengan nilai yang benar, tetapi sebaliknya apabila lingkungan maupun orang tua tidak dapat
memberi contoh yang baik bagi anak, bukan tidak mungkin anak akan memiliki watak maupun memiliki kecenderungan untuk selalu berbuat
yang tidak sesuai dengan nilai yang benar.
52 Anak mengenal konsep moral tentunya berawal dari lingkungan
keluarga, dan disini orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan moral anak dan berpengaruh terhadap perkembangan moral
bagi anak, untuk itu orang tua harus memperhatikan hal- hal agar perkembangan moral anak dapat berjalan dengan baik. Menurut Syamsu
Yusuf 2014: 133 hal- hal tersebut diantaranya adalah: 1
Konsisten dalam mendidik anak, orang tua harus perlakuan yang sama terhadap anak, misalnya apabila anak dilarang atau
diperbolehkan melakukan sesuatu hal, dan apabila perbuatan itu dilarang maka apabila dilakukan dilain waktu juga harus
dilarang kembali
2 Sikap orang tua dan keluarga juga dapat memberikan pengaruh
bagi perkembangan moral anak, sikap orang tua tersebut diantaranya adalah pola asuh, karena dengan pola asuh anak
dapat meniru perilaku orang tua. Apabila orang tua otoriter maka akan melahirkan moral yang disiplin, apabila orang tua
acuh tak acuh maka anak juga dapat berkembang menjadi sosok yang kurang bertanggung jawab.
3 Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut, apabila di
dalam sebuah keluarga orang tua selalu menanamakan nilai religius mulai sejak dini, maka anak akan memiliki moral yang
baik, mereka akan bertindak sesuai dengan nilai ajaran agama yang dianutnya
4 Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma, orang tua
yang selalu mengajarkan anaknya untuk berkata jujur dan tidak berbohong, maka orang tua juga harus selalu berkata jujur,
tetapi apabila orang tua meminta anak untuk selalu berkata jujur tetapi orang tua tidak mencontohkan hal demikian, maka
dalam diri anak akan mengalami sebuah konflik. Anak tidak akan melakukan apa yang orang tua mau karena ketidak
konsistenan permintaan orang tua dengan perbuatan orang tua.
Perkembangan moral seorang anak dapat berlangsung melalui beberapa cara. menurut Lawrence Kohlerg Syamsu Yusuf, 2014: 134
cara tersebut adalah sebagai berikut:
53 1
Pendidikan langsung, penanaman nilai moral melalui pendidikan langsung ini dapat dilakukan melalui keteladanan
dari orang tua, guru, maupun orang dewasa lainnya. 2
Identifikasi, dengan cara meniru penampilan maupun tingkah laku orang yang diidolakannya. Orang yang diidolakan ini
seperti artis, gurunya, ataupun orang tuanya sendiri. 3
Proses coba- coba, proses coba- coba ini dapat berlangsung apabila tingkah laku yang anak lakukan mendapat pujian
ataupun penghargaan dari orang lain maka perbuatan tersebut akan terus dilakukan dan dikembangkan, sedangkan apabila
tingkah laku atau perbuatan tersebut dicela oleh orang lain maka seorang anak tidak akan melakukan perbuatan tersebut
dan cenderung menghentikan perbuatan tersebut.
Proses perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlerg Penny Upton, 2012: 180- 181 mengklasifikasikannya ke dalam
tiga tahapan perkembangan, yaitu sebagai berikut. Tabel 3. Tahapan Perkembangan Moral
Tingkat Tahap
Deskripsi Tingkat I:
Penalaran Pra Konvensional
Tahap 1:
Moralitas heteronomus
Perilaku moral
dikaitkan dengan
hukuman. Apa pun yang dihargai adalah
baik apa pun yang jelek maka dihukum.
Anak-
anak mematuhinya karena
mereka takut dihukum Tahap
2: Individualisme,
tujuan dan
pertukaran instrumental
Mengejar kepentingan-
kepentingan individual dipandang
sebagai hal yang besar untuk
dilakukan. Karena itu, perilaku
dinilai baik
bila memenuhi kebutuhan-
kebutuhan atau
kepentingan- kepentingan
pribadi. Ketimbalbalikan
dipandang sebagai
suatu kebutuhan
54 Lanjutan tabel 3.
Tingkat II Konvenional
Tahap 3: Ekspetasi- ekspetasi antarpribadi
timbal balik,
keselarasan hubungan antar pribadi
Rasa percaya, kasih sayang dan kesetiaan
dihargai dan
dipandang sebagai
basis penilaian moral. Anak-
anak dan
remaja mungkin
mengadopsi standar- standar moral orang
tua mereka
agar dianggap sebagai anak
yang baik. Tahap 4: moralitas sistem-
sistem sosial “baik” ditentukan oleh
hukum- hukum
masyarakat, dengan
melakukan tugas
masing- masing.
Hukum harus
dipatuhi, bahkan jika itu tidak adil. Aturan
dan hukum dipatuhi karena
diperlukan untuk menjaga tatanan
sosial. Keadilan harus dipandang sebagai hal
yang
harus ditegakkan.
Tingkat III Pasca
Konvensional Tahap 5: kontak sosial dan
hak- hak individual Nilai- nilai, hak- hak,
dan prinsip- prinsip melampaui
hukum. “baik”
dipahami dalam kaitan dengan
nilai- nilai
dan prinsip- prinsip yang
telah disepakati
masyarakat. Validitas hukum dievaluasi dan
diyakini bahwa itu harus diubah jika tidak
mempertahankan dan melindungi hak- hak
dan nilai- nilai dasar manusia.
55 Tahap 6: prinsip- prinsip etika
universal individu
telah mengembangkan
suatu kode
moral internal
yang didasarkan pada nilai-
universal dan hak- hak manusia
yang mendahului
aturan dan
hukum sosial.
Ketika dihadapkan
pada konflik antara hukum dan nurani,
nurani akan diikuti
Selain Lawrence Kohlberg, terdapat satu tokoh yang mengemukakan mengenai teori perkembangan kognitif tentang penalaran moral. Tokoh
tersebut adalah John Piaget, John Piaget membagi proses berfikir menjadi 4 tingkatan, yaitu sebagai berikut.
Tabel 4. Tahapan Proses Berfikir Tingkat penalaran
moral Usia
Tahap perkembangan kognitif
Penilaian pra- moral 0-
5 tahun Tahap sensorimotorik dan
tahap praoperasional
keberfungsian simbolik Moralitas
heteronomous 5- 7+ tahun
Tahap praoperasional
berfikir intuitif dan tahap operasional konkret
Moralitas otonomous 10- 12 tahun
Tahap operasional formal
56 Penelitian yang akan dilakukan di SD N Badran ini akan
mengambil subjek kelas V, yang mana kelas V ini memiliki usia sekitar 12 tahun. Usia 12 tahun ini anak mengembangkan konsep yang mereka
anggap perlu dalam kehidupannya sehari- hari, mengembangkan kata hatinya dan moral agar anak dapat memiliki kepekaan terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain dan memiliki sifat yang baik agar dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, mengembangkan nilai- nilai
untuk dapat menjadi bekal bagi anak bertindak dalam kehidupan sosialnya, karena pada masa proses interaksi anak semakin meluas.
Perkembangan moralitas anak usia 12 tahun masuk ke dalam moral otonomous. Tahap perkembangan moralitas otonomous dimana
anak- anak yang berkembang menuju ke masa remaja tidak lagi menilai sesuatu yang benar maupun sesuatu yang salah berdasarkan sebab,
malainkan dalam proses penilaiannya didasarkan pada niat, sedangkan cara perkembangan moral yang biasanya dilakukan oleh anak usia 12
tahun ini adalah identifikasi dan pendidikan langsung. Baik buruk moral anak tergantung pada kondisi sekitar anak tersebut, apabila lingkungan
terdapat sosok yang baik yang dapat diteladani oleh si anak tersebut maka bukan tidak mungkin jika anak tersebut akan memiliki moral yang baik.
Begitupun sebaliknya apabila di lingkungan terdapat sosok yang disenangi anak, merupakan sosok yang memberikan contoh buruk, bukan tidak
mungkin jika moral anak juga akan berkembang dengan buruk.
57
D. Pertanyaan Penelitian