perubahan status karena terjadi peningkatan aktivitas dari Tipe B menjadi Tipe A sejak meletus pada tahun 2010.
2.2.4. Klasifikasi Gunung Api di Indonesia
Berdasarkan tipenya, gunung api dapat dibedakan menjadi 3 tipe PVMBG, 2007
: 1. Tipe A : gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya
satu kali sesudah tahun 1600.
2. Tipe B : gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi
magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
3. Tipe C : gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun
masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatarafumarola pada tingkah lemah.
2.2.5. Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunung Berapi menurut PVMBG
Menurut PVMBG ada prosedur tetap yang harus dilaksanakan dalam mengantisipasi kegiatan gunung api, sebagai berikut:
1. Aktif Normal Level I
Keadaan aman, penduduk melakukan kegiatan dengan tenang. Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma. Tindakan yang dilakukan adalah pengamatan rutin,
survey dan penyelidikan.
2. Waspada Level II
Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya. Terdapat kenaikan
Universitas Sumatera Utara
level aktivitas di atas normal dan sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal. Tindakan yang dilakukan adalah
penyuluhan sosialisasi, penilaian resiko, pengecekan sarana dan pelaksanaan piket terbatas.
3. Siaga Level III
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visualpemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan
kegiatan cenderung diikuti letusan. Tindakan yag dilakukan adalah sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian dan piket penuh.
4. Awas Level IV
Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abuasap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.
Menandakan gunung api yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan ktritis yang menimbulkan bencana. Tindakan yang dilakukan adalah merekomendasikan
wilayah yang terancam untuk dikosongkan. Koordinasi dilakukan harian, dengan piket penuh.
2.3. Landasan Teori
Implementasi kebijakan kesehatan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145 Tahun 2007.
Implementasi proses penerapan dan pelaksanaan dari kebijakan pemerintah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo sebagai implementor dari Kebijakan penanggulangan bencana di bidang kesehatan.
Implementasi kebijakan tersebut akan dinilai berdasarkan analisa segitiga kebijakan meliputi: konteks, isi, proses dan actor yang melaksanakan kebijakan
tersebut. Actor pelaku: istilah sementara yang digunakan untuk merujuk ke individu, organisasi atau bahkan negara, beserta tindakan mereka yang
mempengaruhi kebijakan. Content isi: subtansi dari suatu kebijakan yang memperinci bagian-bagian dalam kebijakan. Context konteks: faktor-faktor
sistematis – politik, ekonomi, sosial atau budaya, baik nasional maupun internasional yang dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan.
Lalu kebijakan dievaluasi dengan fungsi evaluasi menurut William N. Dunn yang memiliki empat fungsi, yaitu eksplanasi, kepatuhan, audit, dan
akunting. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan generalisasi tentang pola-pola hubungan antar-berbagai dimensi realitas yang
diamatinya. 1 Eksplanasi, evaluator dapat mengindetifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan; 2 Kepatuhan,
melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan kebijakan; 3 Audit,
Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai kekelompok saran kebijakan, atau ada kebocoran, atau penyimpangan; 4 Akunting, melalui
evaluasi dapat diketahui apa akibat ekonomi dari kebijakan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Berpikir
Gambar 2.5. Kerangka Pikir Penelitian
Uji Implementasi dengan Analisa Segitiga
Kebijakan Kesehatan : ‐ Konteks
‐ Isi ‐ Proses
‐
Aktor
Uji Implementasi Dunn: Eksplanasi
Kepatuhan Audit
Akunting KMK Nomor 145
Tahun 2007 tentang:Kebijakan
Pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan studi fenomenologi. Menurut Moleong 2006 penelitian kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel yang timbul pada saat implementasi kebijakan pedoman penanggulangan bencana pada
masa tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan diri peneliti sebagai observer dan mengedepankan makna dan masalah
yang akan dideskripsikan dalam hasil penelitian.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang menjadi penelitian ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Puskesmas Tiganderket, Puskesmas Payung, Puskesmas Brastagi dan Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Karo. Waktu penelitian direncanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2014.
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian No
Waktu Kegiatan
Keterangan
1. Bulan Februari Pembuatan dan pengajuan judul Minggu I
Penyusunan proposal Seminar Proposal
Revisi Proposal Penyusunan Instrumen
Minggu II, III. IV
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Lanjutan No
Waktu Kegiatan
Keterangan
2 Bulan Maret - April
Pengumpulan data Minggu I,II,III,IV
3 Bulan Mei Analisis data
Minggu I, II Seminar hasil
Minggu II Revisi hasil
Minggu III Ujian
Minggu IV Revisi laporan hasil
Minggu IV Pelaporan laporan jadi
Minggu IV
3.3. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, keadaan yang akan digambarkan adalah Implementasi Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 145 Tahun 2007. Kebijakan yang diteliti di fokuskan pada masa tanggap darurat fase saat terjadi bencana dalam skala Kabupaten, dengan
indikator analisa segitiga kebijakan menurut Buse 2005 meliputi: 1. Actor pelaku: latar belakang pendidikan, situasi dan budaya dan pendapat
pelaku kebijakan yaitu Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karo, dan Kepala Puskesmas yang wilayahnya terdampak
mempengaruhi tindakan mereka dalam mengaplikasikan kebijakan. 2. Content isi: subtansi dari suatu Kebijakan Nomor 145 Tahun 2007 yang
memperinci bagian-bagian dalam kebijakan. 3. Context konteks: faktor-faktor sistematis–politik, ekonomi, sosial atau budaya,
baik nasional maupun internasional yang dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Proses: bagaimana cara pelaksanaan dari kebijakan tersebut. Untuk evaluasi yang dinilai berdasarkan evaluasi kebijakan menurut Dunn
2004 adalah sebagai berikut: 1. Eksplanasi, yaitu mengindetifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung
keberhasilan atau kegagalan kebijakan; 2. Kepatuhan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan para pelaku, baik
birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan kebijakan;
3. Audit, melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai kekelompok saran kebijakan, atau ada kebocoran, atau penyimpangan;
4. Akunting, melalui evaluasi dapat diketahui apa akibat ekonomi dari kebijakan tersebut.
3.4. Sumber Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder. Menurut Arikunto 2010, data primer diperoleh secara langsung dari
informan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentas dan data tertulis . Data primer adalah data berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui
wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya dan dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan analisis deskripsi hasil
wawancara. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kata-kata dan Tindakan Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui data tertulis atau melalui perekaman atau pengambilan foto. Dalam penelitian ini, objek yang
diamati atau diwawancarai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Ka. Bid Pelayanan Kesehatan, Kepala Puskesmas dan Kepala Rumah Sakit.
2. Sumber Tertulis Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan
sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dalam penelitian ini, sumber tertulis meliputi sumber buku, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen
resmi yang berkaitan dengan penelitian ini. Data Sekunder adalah data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh
peneliti dengan cara membaca, melihat, mendengarkan Moleong, 2006. Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah berupa data hasil
observasi dan dokumentasi berupa, foto atau rekaman video, data statistik. Dengan adanya data statistik akan dapat membantu memberikan gambaran
tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian. Pada penelitian ini, penulis juga menggunakan sumber data statistik supaya hasil penelitian dapat lebih lengkap dan
valid.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, proses pengumpulan data akan digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1. Metode Wawancara Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa
pedoman wawancara yaitu instrumen-instrumen berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada responden yang terlibat, yaitu pihak Kepala
Dinas Kesehatan Kab. Karo, Kepala Rumah Sakit Kab. Karo, dan Kepala Puskesmas. 2. Metode Observasi
Pada penelitian ini yang akan diobservasikan pegawai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan staf, Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Karo dan
staf, dan Kepala Puskesmas dan Staf yang berhubungan dengan implementasi KMK Nomor 145 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang
Kesehatan. 3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi mewrupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yangg
diteliti sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan Basrowi dan Suwandi, 2008. Jenis dokumen yang akan di gunakan dalam
penelitian ini adalah dokumen berupa foto dan laporan penelitian dan telaah dokumen.
Universitas Sumatera Utara
3.6. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara sistematik. Wawancara
sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman guide tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada
responden. Pedoman wawancara tersebut digunakan oleh pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir wawancara, karena biasanya
pedoman tersebut telah tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan sederetan pertanyaan, mulai dari hal-hal yang mudah dijawab oleh responden sampai dengan
hal-hal yang lebih kompleks. Kemudian dilakukan observasi berupa pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian, data penelitian dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti dengan menggunakan
panca indra. Langkah selanjutnya adalah melakukan studi dokumen dokumentasi yaitu
cara pengumpulan data dengan telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa
literatur, laporan tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah, dokumen peraturan pemerintah dan undang-undang yang telah tersedia pada lembaga yang
terkait dipelajari, dikaji dan disusundikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Teknik Analisis Data
Moleong 2006, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
diceritakan kepada orang lain. Analisis data pada penelitian ini mengunakan analisis penelitian deskriptif kualitatif yang hanya mengumpulkan, menulis, dan
menyimpulkan tanggapan dari sumber yang diperoleh penulis dengan cara melakukan observasi, wawancara langsung, dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian ini. Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman 1992 dalam Basrowi dan
Suwandi 2008 mencakup tiga kegiatan yang bersamaan yaitu : 1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstrasian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini
berlangsung penelitian dilakukan, dari awal ampai akhir penelitian. Dalam proses reduksi ini peneliti mencari data yang benar-benar valid.
2. Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk mencari kesimpulan dan pegambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, jaringan, dan bagan.
Universitas Sumatera Utara
3. Penarikan Kesimpulan Data-data yang telah dilakukan, direduksi dan disajikan dengan cara yang
mudah dipahami, kemudian ditarik suatu kesimpulan berdasarkan pengamatan yang menyeluruh dari data-data tersebut.
4. Analisa Data Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data dengan
menggunakan metode analisis deskritif kualitatif atau menganalisis data dengan menjelaskan dalam bentuk-bentuk kalimat yang mudah dipahami, tanpa
menggunakan perhitungan angka. Berdasarkan uraian di atas, maka langkah analisis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
3.8. Teknik Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teknik Triangulasi.
Metode yang digunakan dalam triangulasi ini antara lain : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara
b. Membandingkan persepsi dan perilaku seseorang dengan orang lain c. Membandingkan data dokumentasi dengan wawancara
d. Melakukan perbandingan dengan teman sejawat e. Membandingkan hasil temuan dengan teori
f. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara dalam bentuk
diskusi dengan pembimbing, penguji, dan teman sejawat.
Universitas Sumatera Utara
4 4
s j
d
4.1. Gamba 4.1.1. Letak
Kabu salah satu K
jajaran Data dengan Sam
aran Umum k Geografis
upaten Karo Kabupaten y
aran Tinggi mudera Indon
HASI
Kabupaten Kabupaten
Gambar 4.
o yang juga ang terdapat
Bukit Baris nesia serta m
BAB 4 IL PENEL
n Karo n Karo
1. Peta Kab
dikenal den t di Provins
san dan seb merupakan
LITIAN
bupaten Kar
ngan nama K si Sumatera
belah barat d daerah hulu
ro
Karo Simale Utara, yang
daya berbat u sungai. Se
em merupak g terletak pa
tasan langsu ecara geogra
kan ada
ung afis
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Karo terletak pada koordinat 2 50’–3
19’ Lintang Utara dan 97 55’-
98 38’ Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir
Sebelah Barat : Provinsi Nangroe Aceh Darusalam
Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun.
Kabupaten Karo secara geografis terletak pada jajaran bukit barisan dan sebagian besar merupakan dataran tinggi. Menurut data BPS Karo tahun 2009,
wilayah kabupaten Karo berada 120-1420 diatas permukaan laut. Kabupaten Karo mempunyai wilayah seluas 2.127,25 Km
2
atau 2,97 dari luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musin kemarau.
Suhu udara di Kabupaten Karo berkisar 16,4 C-23,9
C dengan kelembapan udara tahun 2010 rata-rata setinggi 84,66 tersebar antara 61,8 sampai dengan 87,8
Profil Kesehatan Dinkes Karo, 2012. Terdapat dua gunung aktif di Kabupaten Karo yaitu: Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Gunung Sinabung saat ini sedang
mendapat perhatian khusus karena statusnya yang sudah pernah berada pada level Awas Januari 2014 dan turun menjadi Siaga 8 April 2014.
4.1.2. Demografi
Penduduk Kabupaten Karo sangatlah heterogen karena terdiri dari berbagai macam etnis yaitu Suku Karo sebagai suku yang mayoritas, Toba, Padang, Tionghoa,
Jawa dan lain-lain. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk Tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Karo adalah 358.823 orang, Dari hasil SP tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
tersebut Kecamatan Kabanjahe, Brastagi dan Tigapanah merupakan 3 kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu masing-masing berjumlah 64.746 orang
18,06, 43.494 orang 12,14, dan 29.976 orang 8,39. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Kabanjahe yakni sebanyak
1.450 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Kuta Buluh yakni sebanyak 55 orang per kilo meter persegi BPS, 2013.
Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2012
Kecamatan Sub District
Luas Wilayah
Area Km
2
Penduduk Population
Kepadatan Penduduk
Population Density
Km
2
1. Mardingding 267,11
17 445 65,31
2. Laubaleng 252,60
18 110 71,69
3. Tigabinanga 160,38
20 346 126,86
4. Juhar 218,56
13 540 61,95
5. Munte 125,64
20 127 160,20
6. Kutabuluh 195,70
10 823 55,30
7. Payung 47,24
11 079 234,53
8. Tiga nderket 86,76
13 474 155,30
9. Simpang Empat 93,48
19 440 207,96
10. Naman Teran 87,82
13 083 148,98
11. Merdeka 44,17
13 607 308,06
12. Kabanjahe 44,65
64 746 1 450,08
13. Berastagi 30,50
43 494 1 426,03
14. Tigapanah 186,84
29 976 160,44
15. Dolat Rayat 32,25
8 482 263,01
16. Merek 125,51
18 458 147,06
17 Barusjahe 128,04
22 593 176,45
Karo 2 127,25
358 823 168,68
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
Menurut jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan sebanyak 180.750 orang yang lebih banyak dari laki-laki sebanyak 178.073 orang Gunung Data demografi
penduduk berdasarkan jenis kelamin menurut kecamatan dan sex rasio dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2012
Kecamatan Sub District
Laki-Laki Male
Perempuan Female
Jumlah Total
Sex Rasio
Sex Ratio
1. Mardingding 8 705
8 740 17 445
99,60 2. Laubaleng
9 092 9 018
18 110 100,82 3. Tigabinanga
10 122 10 224
20 346 99,00
4. Juhar 6 730
6 810 13 540
98,83 5. Munte
9 943 10 184
20 127 97,63
6. Kutabuluh 5 351
5 472 10 823
97,79 7. Payung
5 476 5 603
11 079 97,73
8. Tiga nderket 6 569
6 905 13 474
95,13 9. Simpang Empat
9 714 9 726
19 440 99,88
10. Naman Teran 6 659
6 424 13 083 103,66
11. Merdeka 6 821
6 786 13 607 100,52
12. Kabanjahe 31 639
33 107 64 746
95,57 13. Berastagi
21 651 21 843
43 494 99,12
14. Tigapanah 14 823
15 153 29 976
97,82 15. Dolat Rayat
4 194 4 288
8 482 97,81
16. Merek 9 453
9 005 18 458 104,98
17. Barusjahe 11 131
11 462 22 593
97,11
Karo 178 073
180 750 358 823
98,52
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Berdasarkan jumlah rumah tangga, Kabanjahe berada pada posisi pertama
yaitu sebanya 16.314 diikuti Brastagi di posisi kedua sebanyak 10.897 dan yang ketiga yaitu Kecamatan Tigapanah sebanyak 8.423 rumah tangga. Data tersebut dapat
dilihat menurut tabel di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga menurut Kecamatan Tahun 2012
Kecamatan Sub District
Jumlah Penduduk
Population Jumlah
Rumah Tangga
Household Rata-rata Jiwa Per
Rumah Tangga Average Househild
Size
1. Mardingding 17 445
4 555 3,83
2. Laubaleng 18 110
4 966 3,65
3. Tigabinanga 20 346
5 983 3,40
4. Juhar 13 540
4 343 3,12
5. Munte 20 127
5 955 3,38
6. Kutabuluh 10 823
3 506 3,09
7. Payung 11 079
3 325 3,33
8. Tiga nderket 13 474
3 944 3,42
9. Simpang Empat 19 440
5 531 3,51
10. Naman Teran 13 083
3 502 3,74
11. Merdeka 13 607
3 563 3,82
12. Kabanjahe 64 746
16 314 3,97
13. Berastagi 43 494
10 897 3,99
14. Tigapanah 29 976
8 423 3,56
15. Dolat Rayat 8 482
2 288 3,71
16. Merek 18 458
4 660 3,96
17. Barusjahe 22 593
6 546 3,45
Karo 358 823
98 301 3,65
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Jumlah penduduk yang paling banyak berdasarkan kategori usia adalah balita
bawah lima tahun yaitu 20.747 orang dan diikuti usia 5-9 tahun sebanyak 19.327 orang sementara kelompok umur yang paling sedikit adalah 75 tahun ke atas yaitu
sebanyak 1.806 oranGunung Kelompok usia produktif cukup tinggi di Kabupaten Karo. Distribusi penduduk berdasarkan usia tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Jumlah penduduk Kabupaten Karo Berdasarkan Usia Tahun 2012
Kelompok umurAge Group
Laki-Laki Male
Perempuan Female
Laki-laki + Perempuan
Male + Female
0 - 4 20 747
19 926 40 673
5 - 9 19 327
18 531 37 858
10 - 14 18 609
17 455 36 064
15 - 19 15 007
13 950 28 957
20 - 24 12 292
11 832 24 124
25 - 29 13 791
14 018 27 809
30 - 34 14 939
14 692 29 631
35 - 39 14 031
13 926 27 957
40 - 44 12 404
12 511 24 915
45 - 49 9 990
10 875 20 865
50 - 54 8 293
9 059 17 352
55 - 59 6 865
7 689 14 554
60 - 64 4 816
5 319 10 135
65 - 69 3 080
4 257 7 337
70 - 74 2 076
2 779 4 855
75 + 1 806
3 931 5 737
Karo 178073
180 750 358 823
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013
4.1.3 Sosial, Ekonomi dan Budaya
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Indeks HDI pada suatu
negara. Pendidikan yang dinilai melalui pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yang akhirnya akan mempengaruhi derajat kesehatan. Data dari
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 354.242 penduduk di tahun 2011 persentase tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan
penduduk di Kabupaten Karo yang berusia 10 tahun ke atas paling banyak adalah SD sebesar 25,11. Sedangkan tingkat pendidikan terakhir yang paling sedikit adalah
Universitas Sumatera Utara
penduduk yang tidakbelum pernah sekolah yakni sebanyak 2,18 dan yang lulus pendidikan tinggi 5,18. Sementara itu, angka melek huruf pada tahun 2010 98,57
lebih tinggi dari angka melek huruf Sumatera Utara yaitu 98,26. Angka partisipasi penduduk yang mengikuti pendidikan menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Partisipasi penduduk untuk Sekolah Berdasarkan Usia Dalam Persen
Usia 2011
2012
7-12 13-15
16-18 19-24
98,19 94,54
69,47 11,99
99,67 88,32
72,65 6,87
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Partisipasi penduduk berdasarkan kecamatan dan tingkat pendidikan diuraikan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk yang Bersekolah per Kecamatan Tahun 2013 No Kecamatan TK
SDMI NegeriSwasta
SMP SMA
SMK Total
1 Mardingding
199 2 629
974 229
4031 2
Laubaleng 225
3014 1 686
594 5519
3 Tigabinanga
238 3124
1 272 923
5647 4
Juhar 89
1 683 543
137 2462
5 Munte
2 671 739
361 3771
6 Kutabuluh
66 1 341
659 82
2148 7
Payung 15
1 411 470
1896 8
Tiga nderket 127
1 932 624
436 3119
9 Simpang
Empat 209
2 259 1 245
293 4006
10 Naman Teran
1 726 586
2312 11 Merdeka
60 940
1149 2149
12 Kabanjahe 1 042
9 887 5 526
5231 21686
13 Berastagi 572
7095 3 631
3004 14302
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Lanjutan No Kecamatan TK
SDMI NegeriSwasta
SMP SMA
SMK Total
14 Tigapanah 172
3 490 1 314
85213291 5828
15 Dolat Rayat 41
1 031 79
1151
16 Merek 25
2 800 636
751 4212
17 Barusjahe 141
2 958 1 227
360 4686
Total 3 221
49.991 21211
14402 88925
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013
4.1.4. Agama
Pada tahun 2012 persentase berdasarkan agama yang dianut penduduk Kabupaten adalah 54,04 bergama Kristen Protestan, sebanyak 23,67 bergama
Islam, Agama Hindu dan Budha masing-masing 1,97 dan 0,23 dan lain-lain 1,02 Profil Dinkes Kabupaten Karo, 2012. Dalam menjalankan ibadahnya tentu
dibutuhkan sarana untuk memenuhi kebutuhan rohani pemeluknya. Terdapat 195 Mesjid dan 408 Gereja Kristen Protestan, serta 121 Gereja katolik yang ada di
Kabupaten Karo.
4.1.5. Perekonomian
Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan
menjadi daerah tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di daerah pegunungan, air terjun, air
panas, dan kebudayaan yang unik. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk
Universitas Sumatera Utara
yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99 persen dari
luas Kabupaten Karo Kabupaten Karo dalam angka tahun 2013. Pendapatan daerah Kabupaten Karo tahun 2012 paling tinggi diperoleh dari
pertanian sebesar Rp 5.190.654.560 dan kedua berasal dari sektor jasaservice sebesar Rp 1.184.434.160 dan ketiga berasal dari sektor pariwisata sebesar Rp 977.881.000.
Namun kejadian erupsi Gunung Sinabung sejak September 2013 hingga Januari 2014 telah menghancurkan keadaan perekonomian masayarakat Kabupaten Karo. Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berdasarkan perhitungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo, kerugian di sektor
pertanian dan perkebunan sejak Gunung Sinabung erupsi hingga 6 Januari 2014 diperkirakan mencapai Rp 712,2 miliar. Sebagian besar dari lahan seluas 10.406 Ha
merupakan lahan pertanian dan perkebunan puso. Luas lahan pertanian dan perkebunan itu meliputi tanaman pangan 1.837 Ha, hortikultura 5.716 Ha, tanaman
buah 1.630 Ha, biofarmaka 1,7 Ha, dan perkebunan 2.856 Ha Harian Media Indonesia, 2014.
4.2. Keadaan Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Karo
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo saat ini dipimpin oleh Dr. Jansen Perangin- angin dan beralamat Jl. Kapten Selamat Ketaren No. 9, Kabanjahe, Sumatera Utara.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo membawahi 19 Puskesmas, 155 poskesdes dan 377 posyandu Profil Dinas Kesehatan tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencapai pembangunan kesehatan, Kabupaten Karo telah menetapkan Visi Misi yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesheatan Kabupaten Karo tahun 2011-
2015. Adapaun visinya adalah: “Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,
terjangkau dan berkesinambungan serta didukung perilaku hidup bersih dan sehat untuk menuju Indonesia sehat 2015”
. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau pada individu, keluarga dan masyarakat.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk ber-Prilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS dalam lingkup yang sehat.
3. Menumbuhkembangkan keikutsertaan masyarakat dan swasta dalam pembangunan berwawasan kesehatan termasuk pendanaan.
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
S
Gamb
Sumber: Din
bar 4.2. Stru
nas Kesehata
uktur Orga
an Kabupate
anisasi Dina
en Karo
as Kesehatann Kabupateen Karo
Universitas Sumatera Utara
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Rekapitulasi Tenaga Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2013
No Profesi
Jumlah PNS
NON PNSPTT
Total
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Strata II :
KesmasPublic Health Dokter :
Dokter Umum Dokter Gigi
Keperawatan: Perawat S-1Ners
Perawat S-1S.Kep Perawat DIII
SPK Kebidanan:
Bidan DIV Bidan DIII
Bidan DI Perawat Gigi:
Perawat Gigi DIII SPRG
Kefarmasian: Apoteker S-I
Asisten Apoteker DIII SAASMF
Analis: Analis DIII
SMAK Gizi:
Gizi DIV Gizi DIII
SPAG Kesmas Penyuluh:
SI Kesmas DIII Kesmas
6 73
17 6
10 73
121 3
128 221
9 18
2 5
26 10
9 1
16 18
36 5
6 73
22 6
10 73
121 3
128 221
9 18
2 5
26 10
9 1
16 18
36
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Lanjutan
No Profesi
Jumlah PNS
NON PNSPTT
Total
10 Sanitarian :
SI Kesling DIII Kesling
DI Kesling 1
12 22
1 12
22 Sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Karo telah ada sejak zaman
Belanda, hal ini membuktikan bahwa masyarakat Karo sejak dahulu telah perduli dengan kesehatan. Hal ini bisa dibuktikan dengan keberadaan Rumah Sakit Umum
Kabupaten Karo yang sudah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Karo tahun 2012, jumlah
puskesmas sebanyak 19 buah. Setiap kecamatan telah memiliki paling sedikit 1 puskesmas, bahkan Kecamatan Berastagi dan Tiga Panah memiliki dua puskesmas.
Dengan jumlah penduduk sebanyak 358.823 jiwa maka setiap puskesmas melayani 18.885 jiwa, yang berarti melebihi kemampuan standar nasional sebanyak 30.000
jiwa setiap 1 Puskesmas. Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di seluruh Puskesmas Kabupaten Karo sebanyak 204.621 jiwa.
Sumber daya kesehatan di Kabupaten Karo sampai tahun 2012 memiliki 8 delapan rumah sakit dengan rincian, 1 satu rumah sakit umum daerah milik
pemerintah, 4 empat rumah sakit umum swasta, 2 dua rumah sakit ibu dan anak dan 1 rumah sakit khusus yaitu Rumah Sakit Kusta Lau Simomo.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karo
Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan salah satu unit kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dipimpin oleh Bapak Dr. Jasura Pinem, M. Kes yang
terletak di pusat kota Kabanjahe yang sudah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1921 dengan nama “Bataks Institute”. Tahun 1945 RSU
Kabanjahe resmi diserah untuk dikelola kepada pemerintah Kabupaten Karo. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Kabanjahe berfungsi untuk penyembuhan dan
pemulihan penyakit penderita, melalui usaha pemberian kesempatan yang lebih luas lagi bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai dan
terjangkau. Jumlah kunjungan pasien rawat inap sebanyak 38.147 orang dan rawat jalan sebanyak 4.116 oranGunung
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Karo, maka Rumah Sakit Umum Kabupaten Karo menetapkan visi misi. Visinya adalah “Menjadi
Rumah Sakit Umum Kabupaten yang terbaik di Provinsi Sumatera Utara”. Untuk
mencapai visi tersebut, maka ditetapkan misinya sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan rumah sakit yang prima.
2. Melengkapi sarana dan prasaran rumah sakit secara bertahap. 3. Meningkatkan profesionalisme pegawai.
4. Melaksanakan akreditasi dan sertifikasi. Untuk mempercepat pencapaian visi dan misi tersebut ditetapkan motto yaitu
“MALEM” yaitu, Murah, Akurat, Lemah Lembut, Efisien, dan Memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
Saat ini RSU Kabanjahe merupakan Rumah Sakit Daerah yang sudah terakreditasi penuh berdasarkan SK Menkes RI No: YM 01.10III516009 tanggal 23
Desember 2009 yaitu berdasarkan penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit KARS yakni:
1. Pelayanan administrasi dan manajemen 2. Pelayanan medis
3. Pelayanan Keperawatan 4. Pelayanan Gawat Darurat
5. Rekam Medis Selain itu, RSU Kabanjahe juga pernah mendapatkan penghargaan dari
Gubernur Sumatera Utara Nomor: 445.5213.KTahun 2009 tanggal 8 Desember 2009 tentang pemenang pertama penampilan kerja Rumah Sakit Umum pemerintah kelas C
tingkat Provinsi Sumatera Utara. Sumber Daya Manusia penting dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi RSU Kabanjahe. Sebanyak 252 SDM yang ada di RSU Kabanjahe per Desember 2013 dengan komposisi berikut ini:
Tabel 4.8. Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Kabanjahe Berdasarkan Pendidikan Tahun 2013
No Pendidikan
Jumlah PNS
1 Dokter Spesialis Obgin
3 2
Dokter Spesialis Anak 1
3 Dokter Spesialis P.Dalam
2 4
Dokter Spesialis Bedah 1
5 Dokter Spesialis Paru
2 6
Dokter Spesialis THT 1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Lanjutan No
Pendidikan Jumlah PNS
7 Dokter Spesialis Syaraf
2 8
Dokter Spesialis Patologi Klinik 3
9 Dokter Spesialis Radiologi
1 10
Dokter Spesialis Penyakit Kulit Kelamin 1
11 Dokter Spesialis Patologi Anatomi
1 12
Dokter Spesialis Anastesi -
13 S2 Kesehatan
2 14
Dokter Umum 12
15 Dokter Gigi
3 16
Apoteker 2
17 S1 Keperawatan
10 18
S1 Keperawatan Ners 18
19 SKM
21 20
SH 2
21 APK
4 22
Akademi Perawat Gigi -
23 ATRO
5 24
ATEM 4
25 Akademi Gizi
4 26
Akademi Perawat 32
27 D3 Kebidanan
11 28
D3 Akuntansi 1
29 D3 Rekam Medik
2 30
D3 Farmasi 1
31 D3 Analisis
5 32
Asisten Apoteker SMFSAA 9
33 Perawat Gigi SPRG
6 34
Pelaksana Gizi SPAG 5
35 SPPH
2 36
Anastesi -
37 D3 Fisioterapi
3 38
LCPK 1
39 BidanPerawat Bidan
9 40
AnalisisSMAK 8
41 DIV Kebidanan
2 42
D III Komputer 2
43 SPK SPRA
32 44
SMEA 1
45 STMSMK Tehknik
4
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Lanjutan No
Pendidikan Jumlah PNS
46 SMA
6 47
SMP 4
48 SD
1 Total
252 Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2013
Fasilitas sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang prima. Fasilitas yang ada di RSU Kabanjahe yang dibedakan atas fasilitas pelayanan rawat
jalan, rawat inap, dan instalasi penunjang non medismedis. Jenis pelayanan rawat jalan yang ada di RSU Kabanjahe yaitu: Unit Gawat Darurat, Poliklinik Umum,
Poliklinik THT, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Kulit Kelamin, Poliklinik Mata, Poliklinik Bedah, Poliklinik Gigi, Poliklinik Fisioterapi, Poliklinik Neurologi,
Poliklinik Paru, PK BRS BKIA, Poliklinik Anak, Klinik VCT. Fasilitas yang ada pada pelayanan rawat inap dan jumlah tempat tidur yang
ada dapat di jelaskan dengan tabel berikut ini:
Tabel 4.9. Jenis Pelayanan Rawat Inap dan Jumlah Tempat Tidur yang Ada di RSU Kabanjahe
No Uraian
Jumlah Tempat Tidur
1 Ruang I Perinatologi I
19 2
Ruang Pavilium Umum dan Askes 12
3 Ruang VIP Umum dan Askes
11 4
Ruang VIBedah Umum, Askes, dan jamkesmas 18
5 Ruang V Umum, Askes, dan Jamkesmas
36 6
Ruang IV Anak Umum, Askes, dan Jamkesmas 14
7 Ruang Kelas Umum dan Askes
21 8
Ruang ICU 4
9 Ruang Hemodialisa
3 10 Ruang Isolasi Flu Burung
3
Total 141
Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2013
Universitas Sumatera Utara
Instalasi penunjang medis dan non medis yang ada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe terdiri dari rekam medis, instalasi laboratorium, UTDRS, instalasi
radiologi, farmasi, gizi, sarana dan prasarana, bedah sentral, instalasi gawat darurat, kamar jenazah, penunjang diagnostik endoscopy, broncocopy, colonoscopy, USG,
EKG, EEG, laser kulit, TCD, dan mobil ambulans. Berdasarkan data pada profil RSU Kabanjahe tahun 2013 penyakit yang
paling tinggi menyebabkan rawat inap adalah dyspepsia 19,2, stroke 16,95, PJK 10,84. Sepuluh penyakit tertinggi rawat inap Rumah Sakit Kabanjahe tahun
2013 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.10. Sepuluh Penyakit Tertinggi Rawat Inap RSU Kabanjahe Tahun 2013
No Kode
Jenis Penyakit Jumlah
1 K30 Dyspepsia
380 19,2
2 I64 Stroke
336 16,95
3 I25 PJK
215 10,84
4 A09 Gastro Enteritis
212 10,69
5 A15 TB Paru
195 9,84
6 E14 DM
167 8,43
7 I10 Hipertensi
155 7,82
8 D50 Anemia
139 7,01
9 R50 Febris
109 5,4
10 K29 Gastritis
74 3,73
Jumlah 1982
100
Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2013
4.4. Masalah Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung
Erupsi Gunung Sinabung sejak September 2013 mengakibatkan pengungsian yang cukup lama. Jumlah pengungsi mencapai puncaknya pada tanggal 21 Januari
Universitas Sumatera Utara
2014 yaitu sebanyak 42 titik pengungsian dengan jumlah pengungsi sebanyak 28.715 jiwa 9.045 KK dengan jumlah kelompok rentan lansia sebanyak 1.620 jiwa, 204
jiwa ibu hamil dan 884 jiwa balita. Untuk mengetahui jumlah pengungsi dalam kategori dapat diketahui dari data pengungsi media center tanggal 20 Januari yang
ditunjukkan dengan tabel berikut:
Tabel 4.11. Data Pengungsi berdasarkan Usia No
Usia Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Bayi 0-12 bulan
295 308
603 2
Balita 12-59 bulan 1096
1223 2.289
3 TK
367 4
Ibu Hamil 172
5 Ibu Menyusui
777 6
Lansia 60 tahun 2.055
7 Dewasa
21.881
Total 28.144
Jlh KK 8811
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2014 Dinas Kesehatan melalui Puskesmas membuka posko kesehatan di masing-
masing titik pengungsian. Berdasarkan kunjungan pasien di posko kesehatan sampai tanggal 22 Maret 2014 secara kumulatif ada 143.446 kunjungan Data Media Center
didapatkan 6 penyakit yang dominan ada di pengungsian yaitu ISPA yang merupakan jenis penyakit yang tertinggi sebanyak 88.986 orang, gastritis sebanyak 25.607 orang,
diare 5.315 orang, hipertensi 4.409 orang, dan conjunctivitis 3.834 orang dan penyakit lainnya yang tidak tercakup dalam keenam penyakit tersebut sebanyak
13.785 orang Gunung.
Universitas Sumatera Utara
Korban meninggal dunia pada umumnya merupakan akibat tidak langsung dari bencana ataupun diakibatkan penyakit bawaan sebelum mengungsi sebanyak 31
orang sejak September 2013 hingga 21 Januari 2014. Namun kejadian awan panas pada tanggal 11 Februari mengakibatkan 17 orang meninggal dunia. Sejak tanggal 15
September 2013 hingga 15 Januari 2014 terdapat 187 orang pengungsi yang dirujuk ke RSUD Kabupaten Karo untuk menjalani rawat inap.
4.5. Kegiatan Pelayanan Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung
Kegiatan pelayanan kesehatan yang paling utama dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo adalah menyediakan posko kesehatan di setiap titik
pengungsian. Kegiatan pelayanan kesehatan bagi Puskesmas yang tidak terdampak langsung erupsi dilakukan sebagaimana biasanya, namun bagi beberapa Puskesmas
yang terdampak langsung dimana petugas kesehatan turut mengungsi seperti Puskesmas Naman Teran, Tiga nderket, Payung, maka kegiatan pelayanan kesehatan
dipindahkan di lokasi pengungsian bekerja sama dengan puskesmas setempat. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan sejak bulan September
Sampai januari 2014 adalah sebagai berikut: - Pembagian logistik dan masker
- Pelayanan kesehatan dan kunjungan ke Pos Kesehatan - Mengikuti Rapat Evaluasi di Pos Media Center
- Membuat laporan kunjungan pasien dan merekam data - Melayani rujukan dan pemakaian ambulan
Universitas Sumatera Utara
- Distribusi plastik kantong sampah - Distribusi PMT Bumil dan MP-ASI
- Distribusi lem perangkap lalat - Melakukan pemantauan kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara - Melakukan pemantauan Kesehatan Lingkungan dan Pemeriksaan Kualitas
Udara dan Air bersama dengan BTKL Medan - Distribusi pembersih air cepat
- Penempatan tenaga bantuanrelawan MER-C Medical Emergency Rescue Comitee
- Pengendalian vektor penyakit - Mendampingi kunjungan PPKK Kementerian Kesehatan
- dll Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh masing-masing bidang di
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo yang dilakukan sampai Desember 2013 dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 4.12. Kegiatan Pelayanan Kesehatan sampai dengan Desember 2013 Seksi
Kegiatan Hasil
Keterangan P2PL
1. P2
1. Vec. Control Foging terhadap lalat dan nyamuk
2. Surveilans terhadap PM dan PTM
DBD dan KLB nihil
FoGunung DBD= 1x
Fog lalat= 3x
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Lanjutan Seksi
Kegiatan Hasil
Keterangan 2. Imunisasi
dan Surveilans
3. KESLING
4. Kesga: Gizi dan Usila