Tipe B : gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi Tipe C : gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun Aktif Normal Level I Waspada Level II Siaga Level III P2 KESLING

perubahan status karena terjadi peningkatan aktivitas dari Tipe B menjadi Tipe A sejak meletus pada tahun 2010.

2.2.4. Klasifikasi Gunung Api di Indonesia

Berdasarkan tipenya, gunung api dapat dibedakan menjadi 3 tipe PVMBG, 2007 : 1. Tipe A : gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.

2. Tipe B : gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi

magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.

3. Tipe C : gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun

masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatarafumarola pada tingkah lemah.

2.2.5. Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunung Berapi menurut PVMBG

Menurut PVMBG ada prosedur tetap yang harus dilaksanakan dalam mengantisipasi kegiatan gunung api, sebagai berikut:

1. Aktif Normal Level I

Keadaan aman, penduduk melakukan kegiatan dengan tenang. Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma. Tindakan yang dilakukan adalah pengamatan rutin, survey dan penyelidikan.

2. Waspada Level II

Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya. Terdapat kenaikan Universitas Sumatera Utara level aktivitas di atas normal dan sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal. Tindakan yang dilakukan adalah penyuluhan sosialisasi, penilaian resiko, pengecekan sarana dan pelaksanaan piket terbatas.

3. Siaga Level III

Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visualpemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan. Tindakan yag dilakukan adalah sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian dan piket penuh.

4. Awas Level IV

Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abuasap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama. Menandakan gunung api yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan ktritis yang menimbulkan bencana. Tindakan yang dilakukan adalah merekomendasikan wilayah yang terancam untuk dikosongkan. Koordinasi dilakukan harian, dengan piket penuh.

2.3. Landasan Teori

Implementasi kebijakan kesehatan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145 Tahun 2007. Implementasi proses penerapan dan pelaksanaan dari kebijakan pemerintah dilakukan Universitas Sumatera Utara oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo sebagai implementor dari Kebijakan penanggulangan bencana di bidang kesehatan. Implementasi kebijakan tersebut akan dinilai berdasarkan analisa segitiga kebijakan meliputi: konteks, isi, proses dan actor yang melaksanakan kebijakan tersebut. Actor pelaku: istilah sementara yang digunakan untuk merujuk ke individu, organisasi atau bahkan negara, beserta tindakan mereka yang mempengaruhi kebijakan. Content isi: subtansi dari suatu kebijakan yang memperinci bagian-bagian dalam kebijakan. Context konteks: faktor-faktor sistematis – politik, ekonomi, sosial atau budaya, baik nasional maupun internasional yang dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan. Lalu kebijakan dievaluasi dengan fungsi evaluasi menurut William N. Dunn yang memiliki empat fungsi, yaitu eksplanasi, kepatuhan, audit, dan akunting. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan generalisasi tentang pola-pola hubungan antar-berbagai dimensi realitas yang diamatinya. 1 Eksplanasi, evaluator dapat mengindetifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan; 2 Kepatuhan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan kebijakan; 3 Audit, Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai kekelompok saran kebijakan, atau ada kebocoran, atau penyimpangan; 4 Akunting, melalui evaluasi dapat diketahui apa akibat ekonomi dari kebijakan tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.4. Kerangka Berpikir

Gambar 2.5. Kerangka Pikir Penelitian Uji Implementasi dengan Analisa Segitiga Kebijakan Kesehatan : ‐ Konteks ‐ Isi ‐ Proses ‐ Aktor Uji Implementasi Dunn: Eksplanasi Kepatuhan Audit Akunting KMK Nomor 145 Tahun 2007 tentang:Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan studi fenomenologi. Menurut Moleong 2006 penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel yang timbul pada saat implementasi kebijakan pedoman penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan diri peneliti sebagai observer dan mengedepankan makna dan masalah yang akan dideskripsikan dalam hasil penelitian.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang menjadi penelitian ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Puskesmas Tiganderket, Puskesmas Payung, Puskesmas Brastagi dan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Karo. Waktu penelitian direncanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2014. Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian No Waktu Kegiatan Keterangan 1. Bulan Februari Pembuatan dan pengajuan judul Minggu I Penyusunan proposal Seminar Proposal Revisi Proposal Penyusunan Instrumen Minggu II, III. IV Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Lanjutan No Waktu Kegiatan Keterangan 2 Bulan Maret - April Pengumpulan data Minggu I,II,III,IV 3 Bulan Mei Analisis data Minggu I, II Seminar hasil Minggu II Revisi hasil Minggu III Ujian Minggu IV Revisi laporan hasil Minggu IV Pelaporan laporan jadi Minggu IV

3.3. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, keadaan yang akan digambarkan adalah Implementasi Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145 Tahun 2007. Kebijakan yang diteliti di fokuskan pada masa tanggap darurat fase saat terjadi bencana dalam skala Kabupaten, dengan indikator analisa segitiga kebijakan menurut Buse 2005 meliputi: 1. Actor pelaku: latar belakang pendidikan, situasi dan budaya dan pendapat pelaku kebijakan yaitu Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karo, dan Kepala Puskesmas yang wilayahnya terdampak mempengaruhi tindakan mereka dalam mengaplikasikan kebijakan. 2. Content isi: subtansi dari suatu Kebijakan Nomor 145 Tahun 2007 yang memperinci bagian-bagian dalam kebijakan. 3. Context konteks: faktor-faktor sistematis–politik, ekonomi, sosial atau budaya, baik nasional maupun internasional yang dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan. Universitas Sumatera Utara 4. Proses: bagaimana cara pelaksanaan dari kebijakan tersebut. Untuk evaluasi yang dinilai berdasarkan evaluasi kebijakan menurut Dunn 2004 adalah sebagai berikut: 1. Eksplanasi, yaitu mengindetifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan; 2. Kepatuhan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan kebijakan; 3. Audit, melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai kekelompok saran kebijakan, atau ada kebocoran, atau penyimpangan; 4. Akunting, melalui evaluasi dapat diketahui apa akibat ekonomi dari kebijakan tersebut.

3.4. Sumber Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder. Menurut Arikunto 2010, data primer diperoleh secara langsung dari informan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentas dan data tertulis . Data primer adalah data berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya dan dapat direkam atau dicatat oleh peneliti. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan analisis deskripsi hasil wawancara. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Kata-kata dan Tindakan Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui data tertulis atau melalui perekaman atau pengambilan foto. Dalam penelitian ini, objek yang diamati atau diwawancarai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Ka. Bid Pelayanan Kesehatan, Kepala Puskesmas dan Kepala Rumah Sakit. 2. Sumber Tertulis Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dalam penelitian ini, sumber tertulis meliputi sumber buku, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi yang berkaitan dengan penelitian ini. Data Sekunder adalah data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat, mendengarkan Moleong, 2006. Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah berupa data hasil observasi dan dokumentasi berupa, foto atau rekaman video, data statistik. Dengan adanya data statistik akan dapat membantu memberikan gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian. Pada penelitian ini, penulis juga menggunakan sumber data statistik supaya hasil penelitian dapat lebih lengkap dan valid. Universitas Sumatera Utara

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, proses pengumpulan data akan digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. 1. Metode Wawancara Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara yaitu instrumen-instrumen berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada responden yang terlibat, yaitu pihak Kepala Dinas Kesehatan Kab. Karo, Kepala Rumah Sakit Kab. Karo, dan Kepala Puskesmas. 2. Metode Observasi Pada penelitian ini yang akan diobservasikan pegawai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan staf, Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Karo dan staf, dan Kepala Puskesmas dan Staf yang berhubungan dengan implementasi KMK Nomor 145 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi mewrupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yangg diteliti sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan Basrowi dan Suwandi, 2008. Jenis dokumen yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah dokumen berupa foto dan laporan penelitian dan telaah dokumen. Universitas Sumatera Utara

3.6. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara sistematik. Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman guide tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman wawancara tersebut digunakan oleh pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir wawancara, karena biasanya pedoman tersebut telah tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan sederetan pertanyaan, mulai dari hal-hal yang mudah dijawab oleh responden sampai dengan hal-hal yang lebih kompleks. Kemudian dilakukan observasi berupa pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data penelitian dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti dengan menggunakan panca indra. Langkah selanjutnya adalah melakukan studi dokumen dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah, dokumen peraturan pemerintah dan undang-undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan disusundikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Universitas Sumatera Utara

3.7. Teknik Analisis Data

Moleong 2006, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Analisis data pada penelitian ini mengunakan analisis penelitian deskriptif kualitatif yang hanya mengumpulkan, menulis, dan menyimpulkan tanggapan dari sumber yang diperoleh penulis dengan cara melakukan observasi, wawancara langsung, dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman 1992 dalam Basrowi dan Suwandi 2008 mencakup tiga kegiatan yang bersamaan yaitu : 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstrasian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung penelitian dilakukan, dari awal ampai akhir penelitian. Dalam proses reduksi ini peneliti mencari data yang benar-benar valid. 2. Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk mencari kesimpulan dan pegambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, jaringan, dan bagan. Universitas Sumatera Utara 3. Penarikan Kesimpulan Data-data yang telah dilakukan, direduksi dan disajikan dengan cara yang mudah dipahami, kemudian ditarik suatu kesimpulan berdasarkan pengamatan yang menyeluruh dari data-data tersebut. 4. Analisa Data Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis deskritif kualitatif atau menganalisis data dengan menjelaskan dalam bentuk-bentuk kalimat yang mudah dipahami, tanpa menggunakan perhitungan angka. Berdasarkan uraian di atas, maka langkah analisis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

3.8. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teknik Triangulasi. Metode yang digunakan dalam triangulasi ini antara lain : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara b. Membandingkan persepsi dan perilaku seseorang dengan orang lain c. Membandingkan data dokumentasi dengan wawancara d. Melakukan perbandingan dengan teman sejawat e. Membandingkan hasil temuan dengan teori f. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara dalam bentuk diskusi dengan pembimbing, penguji, dan teman sejawat. Universitas Sumatera Utara 4 4 s j d 4.1. Gamba 4.1.1. Letak Kabu salah satu K jajaran Data dengan Sam aran Umum k Geografis upaten Karo Kabupaten y aran Tinggi mudera Indon HASI Kabupaten Kabupaten Gambar 4. o yang juga ang terdapat Bukit Baris nesia serta m BAB 4 IL PENEL n Karo n Karo

1. Peta Kab

dikenal den t di Provins san dan seb merupakan LITIAN bupaten Kar ngan nama K si Sumatera belah barat d daerah hulu ro Karo Simale Utara, yang daya berbat u sungai. Se em merupak g terletak pa tasan langsu ecara geogra kan ada ung afis Universitas Sumatera Utara Kabupaten Karo terletak pada koordinat 2 50’–3 19’ Lintang Utara dan 97 55’- 98 38’ Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir Sebelah Barat : Provinsi Nangroe Aceh Darusalam Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun. Kabupaten Karo secara geografis terletak pada jajaran bukit barisan dan sebagian besar merupakan dataran tinggi. Menurut data BPS Karo tahun 2009, wilayah kabupaten Karo berada 120-1420 diatas permukaan laut. Kabupaten Karo mempunyai wilayah seluas 2.127,25 Km 2 atau 2,97 dari luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musin kemarau. Suhu udara di Kabupaten Karo berkisar 16,4 C-23,9 C dengan kelembapan udara tahun 2010 rata-rata setinggi 84,66 tersebar antara 61,8 sampai dengan 87,8 Profil Kesehatan Dinkes Karo, 2012. Terdapat dua gunung aktif di Kabupaten Karo yaitu: Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Gunung Sinabung saat ini sedang mendapat perhatian khusus karena statusnya yang sudah pernah berada pada level Awas Januari 2014 dan turun menjadi Siaga 8 April 2014.

4.1.2. Demografi

Penduduk Kabupaten Karo sangatlah heterogen karena terdiri dari berbagai macam etnis yaitu Suku Karo sebagai suku yang mayoritas, Toba, Padang, Tionghoa, Jawa dan lain-lain. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk Tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Karo adalah 358.823 orang, Dari hasil SP tahun 2010 Universitas Sumatera Utara tersebut Kecamatan Kabanjahe, Brastagi dan Tigapanah merupakan 3 kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu masing-masing berjumlah 64.746 orang 18,06, 43.494 orang 12,14, dan 29.976 orang 8,39. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Kabanjahe yakni sebanyak 1.450 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Kuta Buluh yakni sebanyak 55 orang per kilo meter persegi BPS, 2013. Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Sub District Luas Wilayah Area Km 2 Penduduk Population Kepadatan Penduduk Population Density Km 2 1. Mardingding 267,11 17 445 65,31 2. Laubaleng 252,60 18 110 71,69 3. Tigabinanga 160,38 20 346 126,86 4. Juhar 218,56 13 540 61,95 5. Munte 125,64 20 127 160,20 6. Kutabuluh 195,70 10 823 55,30 7. Payung 47,24 11 079 234,53 8. Tiga nderket 86,76 13 474 155,30 9. Simpang Empat 93,48 19 440 207,96 10. Naman Teran 87,82 13 083 148,98 11. Merdeka 44,17 13 607 308,06 12. Kabanjahe 44,65 64 746 1 450,08 13. Berastagi 30,50 43 494 1 426,03 14. Tigapanah 186,84 29 976 160,44 15. Dolat Rayat 32,25 8 482 263,01 16. Merek 125,51 18 458 147,06 17 Barusjahe 128,04 22 593 176,45 Karo 2 127,25 358 823 168,68 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Universitas Sumatera Utara Menurut jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan sebanyak 180.750 orang yang lebih banyak dari laki-laki sebanyak 178.073 orang Gunung Data demografi penduduk berdasarkan jenis kelamin menurut kecamatan dan sex rasio dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini: Tabel 4.2. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Sub District Laki-Laki Male Perempuan Female Jumlah Total Sex Rasio Sex Ratio 1. Mardingding 8 705 8 740 17 445 99,60 2. Laubaleng 9 092 9 018 18 110 100,82 3. Tigabinanga 10 122 10 224 20 346 99,00 4. Juhar 6 730 6 810 13 540 98,83 5. Munte 9 943 10 184 20 127 97,63 6. Kutabuluh 5 351 5 472 10 823 97,79 7. Payung 5 476 5 603 11 079 97,73 8. Tiga nderket 6 569 6 905 13 474 95,13 9. Simpang Empat 9 714 9 726 19 440 99,88 10. Naman Teran 6 659 6 424 13 083 103,66 11. Merdeka 6 821 6 786 13 607 100,52 12. Kabanjahe 31 639 33 107 64 746 95,57 13. Berastagi 21 651 21 843 43 494 99,12 14. Tigapanah 14 823 15 153 29 976 97,82 15. Dolat Rayat 4 194 4 288 8 482 97,81 16. Merek 9 453 9 005 18 458 104,98 17. Barusjahe 11 131 11 462 22 593 97,11 Karo 178 073 180 750 358 823 98,52 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Berdasarkan jumlah rumah tangga, Kabanjahe berada pada posisi pertama yaitu sebanya 16.314 diikuti Brastagi di posisi kedua sebanyak 10.897 dan yang ketiga yaitu Kecamatan Tigapanah sebanyak 8.423 rumah tangga. Data tersebut dapat dilihat menurut tabel di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Sub District Jumlah Penduduk Population Jumlah Rumah Tangga Household Rata-rata Jiwa Per Rumah Tangga Average Househild Size 1. Mardingding 17 445 4 555 3,83 2. Laubaleng 18 110 4 966 3,65 3. Tigabinanga 20 346 5 983 3,40 4. Juhar 13 540 4 343 3,12 5. Munte 20 127 5 955 3,38 6. Kutabuluh 10 823 3 506 3,09 7. Payung 11 079 3 325 3,33 8. Tiga nderket 13 474 3 944 3,42 9. Simpang Empat 19 440 5 531 3,51 10. Naman Teran 13 083 3 502 3,74 11. Merdeka 13 607 3 563 3,82 12. Kabanjahe 64 746 16 314 3,97 13. Berastagi 43 494 10 897 3,99 14. Tigapanah 29 976 8 423 3,56 15. Dolat Rayat 8 482 2 288 3,71 16. Merek 18 458 4 660 3,96 17. Barusjahe 22 593 6 546 3,45 Karo 358 823 98 301 3,65 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Jumlah penduduk yang paling banyak berdasarkan kategori usia adalah balita bawah lima tahun yaitu 20.747 orang dan diikuti usia 5-9 tahun sebanyak 19.327 orang sementara kelompok umur yang paling sedikit adalah 75 tahun ke atas yaitu sebanyak 1.806 oranGunung Kelompok usia produktif cukup tinggi di Kabupaten Karo. Distribusi penduduk berdasarkan usia tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Jumlah penduduk Kabupaten Karo Berdasarkan Usia Tahun 2012 Kelompok umurAge Group Laki-Laki Male Perempuan Female Laki-laki + Perempuan Male + Female 0 - 4 20 747 19 926 40 673 5 - 9 19 327 18 531 37 858 10 - 14 18 609 17 455 36 064 15 - 19 15 007 13 950 28 957 20 - 24 12 292 11 832 24 124 25 - 29 13 791 14 018 27 809 30 - 34 14 939 14 692 29 631 35 - 39 14 031 13 926 27 957 40 - 44 12 404 12 511 24 915 45 - 49 9 990 10 875 20 865 50 - 54 8 293 9 059 17 352 55 - 59 6 865 7 689 14 554 60 - 64 4 816 5 319 10 135 65 - 69 3 080 4 257 7 337 70 - 74 2 076 2 779 4 855 75 + 1 806 3 931 5 737 Karo 178073 180 750 358 823 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013

4.1.3 Sosial, Ekonomi dan Budaya

Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Indeks HDI pada suatu negara. Pendidikan yang dinilai melalui pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan yang akhirnya akan mempengaruhi derajat kesehatan. Data dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 354.242 penduduk di tahun 2011 persentase tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan penduduk di Kabupaten Karo yang berusia 10 tahun ke atas paling banyak adalah SD sebesar 25,11. Sedangkan tingkat pendidikan terakhir yang paling sedikit adalah Universitas Sumatera Utara penduduk yang tidakbelum pernah sekolah yakni sebanyak 2,18 dan yang lulus pendidikan tinggi 5,18. Sementara itu, angka melek huruf pada tahun 2010 98,57 lebih tinggi dari angka melek huruf Sumatera Utara yaitu 98,26. Angka partisipasi penduduk yang mengikuti pendidikan menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5. Partisipasi penduduk untuk Sekolah Berdasarkan Usia Dalam Persen Usia 2011 2012 7-12 13-15 16-18 19-24 98,19 94,54 69,47 11,99 99,67 88,32 72,65 6,87 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013 Partisipasi penduduk berdasarkan kecamatan dan tingkat pendidikan diuraikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.6. Jumlah Penduduk yang Bersekolah per Kecamatan Tahun 2013 No Kecamatan TK SDMI NegeriSwasta SMP SMA SMK Total 1 Mardingding 199 2 629 974 229 4031 2 Laubaleng 225 3014 1 686 594 5519 3 Tigabinanga 238 3124 1 272 923 5647 4 Juhar 89 1 683 543 137 2462 5 Munte 2 671 739 361 3771 6 Kutabuluh 66 1 341 659 82 2148 7 Payung 15 1 411 470 1896 8 Tiga nderket 127 1 932 624 436 3119 9 Simpang Empat 209 2 259 1 245 293 4006 10 Naman Teran 1 726 586 2312 11 Merdeka 60 940 1149 2149 12 Kabanjahe 1 042 9 887 5 526 5231 21686 13 Berastagi 572 7095 3 631 3004 14302 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Lanjutan No Kecamatan TK SDMI NegeriSwasta SMP SMA SMK Total 14 Tigapanah 172 3 490 1 314 85213291 5828 15 Dolat Rayat 41 1 031 79 1151 16 Merek 25 2 800 636 751 4212 17 Barusjahe 141 2 958 1 227 360 4686 Total 3 221 49.991 21211 14402 88925 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2013

4.1.4. Agama

Pada tahun 2012 persentase berdasarkan agama yang dianut penduduk Kabupaten adalah 54,04 bergama Kristen Protestan, sebanyak 23,67 bergama Islam, Agama Hindu dan Budha masing-masing 1,97 dan 0,23 dan lain-lain 1,02 Profil Dinkes Kabupaten Karo, 2012. Dalam menjalankan ibadahnya tentu dibutuhkan sarana untuk memenuhi kebutuhan rohani pemeluknya. Terdapat 195 Mesjid dan 408 Gereja Kristen Protestan, serta 121 Gereja katolik yang ada di Kabupaten Karo.

4.1.5. Perekonomian

Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan yang unik. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk Universitas Sumatera Utara yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo Kabupaten Karo dalam angka tahun 2013. Pendapatan daerah Kabupaten Karo tahun 2012 paling tinggi diperoleh dari pertanian sebesar Rp 5.190.654.560 dan kedua berasal dari sektor jasaservice sebesar Rp 1.184.434.160 dan ketiga berasal dari sektor pariwisata sebesar Rp 977.881.000. Namun kejadian erupsi Gunung Sinabung sejak September 2013 hingga Januari 2014 telah menghancurkan keadaan perekonomian masayarakat Kabupaten Karo. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berdasarkan perhitungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo, kerugian di sektor pertanian dan perkebunan sejak Gunung Sinabung erupsi hingga 6 Januari 2014 diperkirakan mencapai Rp 712,2 miliar. Sebagian besar dari lahan seluas 10.406 Ha merupakan lahan pertanian dan perkebunan puso. Luas lahan pertanian dan perkebunan itu meliputi tanaman pangan 1.837 Ha, hortikultura 5.716 Ha, tanaman buah 1.630 Ha, biofarmaka 1,7 Ha, dan perkebunan 2.856 Ha Harian Media Indonesia, 2014.

4.2. Keadaan Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

Dinas Kesehatan Kabupaten Karo saat ini dipimpin oleh Dr. Jansen Perangin- angin dan beralamat Jl. Kapten Selamat Ketaren No. 9, Kabanjahe, Sumatera Utara. Dinas Kesehatan Kabupaten Karo membawahi 19 Puskesmas, 155 poskesdes dan 377 posyandu Profil Dinas Kesehatan tahun 2012. Universitas Sumatera Utara Untuk mencapai pembangunan kesehatan, Kabupaten Karo telah menetapkan Visi Misi yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesheatan Kabupaten Karo tahun 2011- 2015. Adapaun visinya adalah: “Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui upaya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau dan berkesinambungan serta didukung perilaku hidup bersih dan sehat untuk menuju Indonesia sehat 2015” . Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi sebagai berikut: 1. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau pada individu, keluarga dan masyarakat. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk ber-Prilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS dalam lingkup yang sehat. 3. Menumbuhkembangkan keikutsertaan masyarakat dan swasta dalam pembangunan berwawasan kesehatan termasuk pendanaan. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dapat dilihat dari gambar di bawah ini: Universitas Sumatera Utara S Gamb Sumber: Din bar 4.2. Stru nas Kesehata uktur Orga an Kabupate anisasi Dina en Karo as Kesehatann Kabupateen Karo Universitas Sumatera Utara Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7. Rekapitulasi Tenaga Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2013 No Profesi Jumlah PNS NON PNSPTT Total 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Strata II : KesmasPublic Health Dokter : Dokter Umum Dokter Gigi Keperawatan: Perawat S-1Ners Perawat S-1S.Kep Perawat DIII SPK Kebidanan: Bidan DIV Bidan DIII Bidan DI Perawat Gigi: Perawat Gigi DIII SPRG Kefarmasian: Apoteker S-I Asisten Apoteker DIII SAASMF Analis: Analis DIII SMAK Gizi: Gizi DIV Gizi DIII SPAG Kesmas Penyuluh: SI Kesmas DIII Kesmas 6 73 17 6 10 73 121 3 128 221 9 18 2 5 26 10 9 1 16 18 36 5 6 73 22 6 10 73 121 3 128 221 9 18 2 5 26 10 9 1 16 18 36 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Lanjutan No Profesi Jumlah PNS NON PNSPTT Total 10 Sanitarian : SI Kesling DIII Kesling DI Kesling 1 12 22 1 12 22 Sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Karo telah ada sejak zaman Belanda, hal ini membuktikan bahwa masyarakat Karo sejak dahulu telah perduli dengan kesehatan. Hal ini bisa dibuktikan dengan keberadaan Rumah Sakit Umum Kabupaten Karo yang sudah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Karo tahun 2012, jumlah puskesmas sebanyak 19 buah. Setiap kecamatan telah memiliki paling sedikit 1 puskesmas, bahkan Kecamatan Berastagi dan Tiga Panah memiliki dua puskesmas. Dengan jumlah penduduk sebanyak 358.823 jiwa maka setiap puskesmas melayani 18.885 jiwa, yang berarti melebihi kemampuan standar nasional sebanyak 30.000 jiwa setiap 1 Puskesmas. Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di seluruh Puskesmas Kabupaten Karo sebanyak 204.621 jiwa. Sumber daya kesehatan di Kabupaten Karo sampai tahun 2012 memiliki 8 delapan rumah sakit dengan rincian, 1 satu rumah sakit umum daerah milik pemerintah, 4 empat rumah sakit umum swasta, 2 dua rumah sakit ibu dan anak dan 1 rumah sakit khusus yaitu Rumah Sakit Kusta Lau Simomo. Universitas Sumatera Utara

4.3. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karo

Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan salah satu unit kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dipimpin oleh Bapak Dr. Jasura Pinem, M. Kes yang terletak di pusat kota Kabanjahe yang sudah berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1921 dengan nama “Bataks Institute”. Tahun 1945 RSU Kabanjahe resmi diserah untuk dikelola kepada pemerintah Kabupaten Karo. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Kabanjahe berfungsi untuk penyembuhan dan pemulihan penyakit penderita, melalui usaha pemberian kesempatan yang lebih luas lagi bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau. Jumlah kunjungan pasien rawat inap sebanyak 38.147 orang dan rawat jalan sebanyak 4.116 oranGunung Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Karo, maka Rumah Sakit Umum Kabupaten Karo menetapkan visi misi. Visinya adalah “Menjadi Rumah Sakit Umum Kabupaten yang terbaik di Provinsi Sumatera Utara”. Untuk mencapai visi tersebut, maka ditetapkan misinya sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan rumah sakit yang prima. 2. Melengkapi sarana dan prasaran rumah sakit secara bertahap. 3. Meningkatkan profesionalisme pegawai. 4. Melaksanakan akreditasi dan sertifikasi. Untuk mempercepat pencapaian visi dan misi tersebut ditetapkan motto yaitu “MALEM” yaitu, Murah, Akurat, Lemah Lembut, Efisien, dan Memuaskan. Universitas Sumatera Utara Saat ini RSU Kabanjahe merupakan Rumah Sakit Daerah yang sudah terakreditasi penuh berdasarkan SK Menkes RI No: YM 01.10III516009 tanggal 23 Desember 2009 yaitu berdasarkan penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit KARS yakni: 1. Pelayanan administrasi dan manajemen 2. Pelayanan medis 3. Pelayanan Keperawatan 4. Pelayanan Gawat Darurat 5. Rekam Medis Selain itu, RSU Kabanjahe juga pernah mendapatkan penghargaan dari Gubernur Sumatera Utara Nomor: 445.5213.KTahun 2009 tanggal 8 Desember 2009 tentang pemenang pertama penampilan kerja Rumah Sakit Umum pemerintah kelas C tingkat Provinsi Sumatera Utara. Sumber Daya Manusia penting dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi RSU Kabanjahe. Sebanyak 252 SDM yang ada di RSU Kabanjahe per Desember 2013 dengan komposisi berikut ini: Tabel 4.8. Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Kabanjahe Berdasarkan Pendidikan Tahun 2013 No Pendidikan Jumlah PNS 1 Dokter Spesialis Obgin 3 2 Dokter Spesialis Anak 1 3 Dokter Spesialis P.Dalam 2 4 Dokter Spesialis Bedah 1 5 Dokter Spesialis Paru 2 6 Dokter Spesialis THT 1 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Lanjutan No Pendidikan Jumlah PNS 7 Dokter Spesialis Syaraf 2 8 Dokter Spesialis Patologi Klinik 3 9 Dokter Spesialis Radiologi 1 10 Dokter Spesialis Penyakit Kulit Kelamin 1 11 Dokter Spesialis Patologi Anatomi 1 12 Dokter Spesialis Anastesi - 13 S2 Kesehatan 2 14 Dokter Umum 12 15 Dokter Gigi 3 16 Apoteker 2 17 S1 Keperawatan 10 18 S1 Keperawatan Ners 18 19 SKM 21 20 SH 2 21 APK 4 22 Akademi Perawat Gigi - 23 ATRO 5 24 ATEM 4 25 Akademi Gizi 4 26 Akademi Perawat 32 27 D3 Kebidanan 11 28 D3 Akuntansi 1 29 D3 Rekam Medik 2 30 D3 Farmasi 1 31 D3 Analisis 5 32 Asisten Apoteker SMFSAA 9 33 Perawat Gigi SPRG 6 34 Pelaksana Gizi SPAG 5 35 SPPH 2 36 Anastesi - 37 D3 Fisioterapi 3 38 LCPK 1 39 BidanPerawat Bidan 9 40 AnalisisSMAK 8 41 DIV Kebidanan 2 42 D III Komputer 2 43 SPK SPRA 32 44 SMEA 1 45 STMSMK Tehknik 4 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Lanjutan No Pendidikan Jumlah PNS 46 SMA 6 47 SMP 4 48 SD 1 Total 252 Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2013 Fasilitas sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang prima. Fasilitas yang ada di RSU Kabanjahe yang dibedakan atas fasilitas pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan instalasi penunjang non medismedis. Jenis pelayanan rawat jalan yang ada di RSU Kabanjahe yaitu: Unit Gawat Darurat, Poliklinik Umum, Poliklinik THT, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Kulit Kelamin, Poliklinik Mata, Poliklinik Bedah, Poliklinik Gigi, Poliklinik Fisioterapi, Poliklinik Neurologi, Poliklinik Paru, PK BRS BKIA, Poliklinik Anak, Klinik VCT. Fasilitas yang ada pada pelayanan rawat inap dan jumlah tempat tidur yang ada dapat di jelaskan dengan tabel berikut ini: Tabel 4.9. Jenis Pelayanan Rawat Inap dan Jumlah Tempat Tidur yang Ada di RSU Kabanjahe No Uraian Jumlah Tempat Tidur 1 Ruang I Perinatologi I 19 2 Ruang Pavilium Umum dan Askes 12 3 Ruang VIP Umum dan Askes 11 4 Ruang VIBedah Umum, Askes, dan jamkesmas 18 5 Ruang V Umum, Askes, dan Jamkesmas 36 6 Ruang IV Anak Umum, Askes, dan Jamkesmas 14 7 Ruang Kelas Umum dan Askes 21 8 Ruang ICU 4 9 Ruang Hemodialisa 3 10 Ruang Isolasi Flu Burung 3 Total 141 Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2013 Universitas Sumatera Utara Instalasi penunjang medis dan non medis yang ada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe terdiri dari rekam medis, instalasi laboratorium, UTDRS, instalasi radiologi, farmasi, gizi, sarana dan prasarana, bedah sentral, instalasi gawat darurat, kamar jenazah, penunjang diagnostik endoscopy, broncocopy, colonoscopy, USG, EKG, EEG, laser kulit, TCD, dan mobil ambulans. Berdasarkan data pada profil RSU Kabanjahe tahun 2013 penyakit yang paling tinggi menyebabkan rawat inap adalah dyspepsia 19,2, stroke 16,95, PJK 10,84. Sepuluh penyakit tertinggi rawat inap Rumah Sakit Kabanjahe tahun 2013 dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.10. Sepuluh Penyakit Tertinggi Rawat Inap RSU Kabanjahe Tahun 2013 No Kode Jenis Penyakit Jumlah 1 K30 Dyspepsia 380 19,2 2 I64 Stroke 336 16,95 3 I25 PJK 215 10,84 4 A09 Gastro Enteritis 212 10,69 5 A15 TB Paru 195 9,84 6 E14 DM 167 8,43 7 I10 Hipertensi 155 7,82 8 D50 Anemia 139 7,01 9 R50 Febris 109 5,4 10 K29 Gastritis 74 3,73 Jumlah 1982 100 Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2013

4.4. Masalah Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung

Erupsi Gunung Sinabung sejak September 2013 mengakibatkan pengungsian yang cukup lama. Jumlah pengungsi mencapai puncaknya pada tanggal 21 Januari Universitas Sumatera Utara 2014 yaitu sebanyak 42 titik pengungsian dengan jumlah pengungsi sebanyak 28.715 jiwa 9.045 KK dengan jumlah kelompok rentan lansia sebanyak 1.620 jiwa, 204 jiwa ibu hamil dan 884 jiwa balita. Untuk mengetahui jumlah pengungsi dalam kategori dapat diketahui dari data pengungsi media center tanggal 20 Januari yang ditunjukkan dengan tabel berikut: Tabel 4.11. Data Pengungsi berdasarkan Usia No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Bayi 0-12 bulan 295 308 603 2 Balita 12-59 bulan 1096 1223 2.289 3 TK 367 4 Ibu Hamil 172 5 Ibu Menyusui 777 6 Lansia 60 tahun 2.055 7 Dewasa 21.881 Total 28.144 Jlh KK 8811 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2014 Dinas Kesehatan melalui Puskesmas membuka posko kesehatan di masing- masing titik pengungsian. Berdasarkan kunjungan pasien di posko kesehatan sampai tanggal 22 Maret 2014 secara kumulatif ada 143.446 kunjungan Data Media Center didapatkan 6 penyakit yang dominan ada di pengungsian yaitu ISPA yang merupakan jenis penyakit yang tertinggi sebanyak 88.986 orang, gastritis sebanyak 25.607 orang, diare 5.315 orang, hipertensi 4.409 orang, dan conjunctivitis 3.834 orang dan penyakit lainnya yang tidak tercakup dalam keenam penyakit tersebut sebanyak 13.785 orang Gunung. Universitas Sumatera Utara Korban meninggal dunia pada umumnya merupakan akibat tidak langsung dari bencana ataupun diakibatkan penyakit bawaan sebelum mengungsi sebanyak 31 orang sejak September 2013 hingga 21 Januari 2014. Namun kejadian awan panas pada tanggal 11 Februari mengakibatkan 17 orang meninggal dunia. Sejak tanggal 15 September 2013 hingga 15 Januari 2014 terdapat 187 orang pengungsi yang dirujuk ke RSUD Kabupaten Karo untuk menjalani rawat inap.

4.5. Kegiatan Pelayanan Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung

Kegiatan pelayanan kesehatan yang paling utama dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo adalah menyediakan posko kesehatan di setiap titik pengungsian. Kegiatan pelayanan kesehatan bagi Puskesmas yang tidak terdampak langsung erupsi dilakukan sebagaimana biasanya, namun bagi beberapa Puskesmas yang terdampak langsung dimana petugas kesehatan turut mengungsi seperti Puskesmas Naman Teran, Tiga nderket, Payung, maka kegiatan pelayanan kesehatan dipindahkan di lokasi pengungsian bekerja sama dengan puskesmas setempat. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan sejak bulan September Sampai januari 2014 adalah sebagai berikut: - Pembagian logistik dan masker - Pelayanan kesehatan dan kunjungan ke Pos Kesehatan - Mengikuti Rapat Evaluasi di Pos Media Center - Membuat laporan kunjungan pasien dan merekam data - Melayani rujukan dan pemakaian ambulan Universitas Sumatera Utara - Distribusi plastik kantong sampah - Distribusi PMT Bumil dan MP-ASI - Distribusi lem perangkap lalat - Melakukan pemantauan kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara - Melakukan pemantauan Kesehatan Lingkungan dan Pemeriksaan Kualitas Udara dan Air bersama dengan BTKL Medan - Distribusi pembersih air cepat - Penempatan tenaga bantuanrelawan MER-C Medical Emergency Rescue Comitee - Pengendalian vektor penyakit - Mendampingi kunjungan PPKK Kementerian Kesehatan - dll Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh masing-masing bidang di Dinas Kesehatan Kabupaten Karo yang dilakukan sampai Desember 2013 dapat dilihat melalui tabel berikut: Tabel 4.12. Kegiatan Pelayanan Kesehatan sampai dengan Desember 2013 Seksi Kegiatan Hasil Keterangan P2PL

1. P2

1. Vec. Control Foging terhadap lalat dan nyamuk 2. Surveilans terhadap PM dan PTM DBD dan KLB nihil FoGunung DBD= 1x Fog lalat= 3x Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12. Lanjutan Seksi Kegiatan Hasil Keterangan 2. Imunisasi dan Surveilans

3. KESLING

4. Kesga: Gizi dan Usila