Implementasi Kebijakan Berdasarkan Fungsi Evaluasi Menurut Dunn

Kepala Puskesmas untuk menentukan sendiri keputusan yang diambil untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana di wilayah kerjanya.

4.7.5. Implementasi Kebijakan Berdasarkan Fungsi Evaluasi Menurut Dunn

Dalam implementasi kebijakan yang dianalisa menurut teori Dunn berdasarkan fungsi evaluasi akan dinilai berdasarkan eksplanasi, kepatuhan, audit dan akuntinGunung a. Eksplanasi Hal yang ditanyakan dalam eksplanasi adalah ada tidaknya masalah yang dihadapi dan faktor-faktor yang mempercepat dan memperlambat proses implementasi. Berikut pendapat responden tentang eksplanasi. Tabel 4.27. Pendapat Informan tentang Eksplanasi No Informan Pendapat 1 Ka. Dinas Kesehatan “Yang mempercepat adalah rasa persaudaraan yang dalam orang Karo dikenal dengan dalihen natellu dalam orang Karo beruba hubungan antar marga. Sebut marga, maka bisa jadi saudara. Jadi, meski dana belum cair, kami semua tetap bekerja karena kami merasa Itu Saudara. Selain itu, keberadaan jambur sangat membantu, kita tidak sulit lagi mencari tempat untuk pengungsi dan membuka pos kesehatan. Kendalanya adalah kadang memang staf saya tidak mengerti yang saya harapkan, jadi saya harus selalu membuka pemahaman mereka terlebih dahulu tentang apa saya maksud untuk dilaksanakan. Bencana memang sudah dua kali terjadi, ini kan lama, ya adalah yang mau direlokasi, banyak sudah instansi atau organisasi yang turun, jadi ramailah...” Universitas Sumatera Utara Tabel 4.27. Lanjutan No Informan Pendapat 2 Ka. Rumah Sakit “Yang membantu adalah rasa persaudaraan yang kita kenal dengan aron, aron itu kayak kita pergi ke lading gotong royonGunung Jadi, gotong royonglah kita ngerjakan ini, dan adanya jambur. Terus terang, kalau tidak ada jambur, bisa saja pengungsi tinggal di tenda. Saya pribadi tidak mendapatkan hambatan dalam pelaksanaannya.” 3 Ka. Bid. Yankes “Kita orang kesehatan ini punya banyak jalur untuk membantu kita, ada orang Provinsi yang menurut kita sangat membantu, demikian juga yang dari Kementerian, mereka turun tangan juga. Jadi tidak adalah hambatannya, semua saling mendukunGunung Memang pada awal-awalnya kita kan belum tahu yaa, belum begitu paham, namun sekarang, seiring berjalannya waktu, kita sudah tahu.. Kalau sudah mengerti kan mudah mengerjakannya. Memang lamanya masa tanggap darurat dan pengungsian membuat orang jadi stres. Contohnya kita pernah turun bawa orang dari Kementerian, tapi masyarakat enggan ditanya apa kebutuhannya. Ada juga kebijakan yang menganjurkan supaya kita memperhatikan kebutuhan biologis pengungsi, dibuatlah rumah pengantin, tapi tidak jalankan karena tidak sesuai dengan budaya kita. Mereka juga tidak mau.” 3 Ka. Puskesmas Payung “Kita semua saudara jadi harus saling tolong- menolonGunung Selain itu, mereka juga kita.” 4 Ka. Puskesmas Tiga nderket “Rasa persaudaraanlah yang menguatkan kita. Di sini kita beritaukan marga kita apa, sudah ada saudara kita. “ 5 Ka. Puskesmas Brastagi “Moralitas kita lah dan rasa persaudaraan kita yang menguatkan dan membuat kita saling membantu.” Universitas Sumatera Utara Menurut Kepala Dinas Kesehatan budaya Karo membuat keterikatan dalam diri mereka dengan pengungsi sehingga menganggap pengungsi sebagai saudara. Perasaan seperti ini sangat membantu petugas kesehatan untuk menjalankan fungsinya dalam situasi bencana. Meskipun saat itu Dinas Kesehatan belum mendaptkan bantuan dana untuk operasional tenaga kesehatan, hal itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk melakukan pelayan kesehatan dan mendirikan posko kesehatan. Selain itu jambur sangat membantu Dinas Kesehatan karena tidak perlu menyediakan tempat khusus untuk mendirikan posko kesehatan karena sudah terintegrasi dengan jambur. Yang menjadi kendala adalah munculnya ketidakpahaman dari staf akan arahan yang dia sampaikan. Oleh karenanya Beliau harus membuka pemahaman staf akan kebijakan yang dia maksudkan untuk dilaksanakan. Selain itu, keadaan bencana saat ini berbeda dengan bencana erupsi sebelumnya di tahun 2010 karena saat ini banyak instansi yang berperan dan keadaan yang lebih rumit di tengah-tengah keputusan pemerintah yang harus melaksanakan relokasi pengungsi. Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala RSUD Kab. Karo. Bahkan Beliau menambahkan budaya “aron” yang berarti rasa gotong royong yang selama ini diterapkan dalam pertanian, menimbulkan rasa persaudaraan dalam mereka sehingga pengungsi itu harus ditolong selayaknya Saudara. Kepala Puskesmas menuturkan bahwa moralitas menjadi penggerak dalam diri mereka untuk mau menolong sesama. Secara khusus, budaya Karo yang sangat bermanfaat adalah keberadaan jambur di tengah-tengah asyarakat Karo. Menurut Deputi BNPB, Jambur membantu Universitas Sumatera Utara pekerjaan BNPB melalui Komando Tanggap Darurat untuk tempat pengungsi yang cukup banyak, dimana di daerah lain, pusat kemeriah tradisional sudah jarang ditemukan. Rasa persaudaraan dan moralitas turut menjadi faktor pendukung yang dirasakan oleh Kepala Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatans meskipun mereka tidak diperlengkapi dengan biaya operasional pada awal terjadinya bencana. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan merasakan kesulitas ketika dia tidak paham dengan kebijakan yang harus dilaksanakan. Namun seiring berjalannya waktu mereka mulai mengerti apa yang harus dilakukan. Selain faktor di atas, pihak-pihak yang terkait khususnya Kementerian Kesehatan melalui PPKK dan Dinas Kesehatan Provinsi dirasakan cukup mendukung terlaksananya kebijakan ini. Hal itu dapat diketahui dari pendapat Ka. Bid Yankes, yang merasakan bahwa pekerjaannya terbantu karena keterlibatan instansi tersebut. b. Kepatuhan Kepatuhan yang ditanyakan dalam penelitian ini adalah amanat yang ingin disampaikan oleh undang-undang benar-benar tercapai dan benar-benar dilaksanakan. Berikut pendapat informan: Tabel 4.28. Tabel Pendapat Informan tentang Kepatuhan No Informan Pendapat 1 Ka. Dinas Kesehatan “Sebenarnya saya kurang familiar dengan kebijakan ini, terus terang kami hanya berpedoman dengan ketentuan yang sudah ada.” 2 Ka. Rumah Sakit “Saya tahu. Itu yang kami kerjakan di sini.” Universitas Sumatera Utara Tabel 4.28. Lanjutan No Informan Pendapat 3 Ka. Bid. Yankes “Iya kita tahu, Ada pedoman yang membantu kita. Itu bagus… Itu yang kita kerjakan tapi dalam kondisi darurat. Memang Kementerian memberikan pedoman untuk kita ikuti. Itu bagus memang, tetapi dalam keadaan darurat begini susahlah kita mengikutinya. Kita belum terlatih untuk situasi seperti ini, BPBD juga belum terbentuk, keadaan bencana juga belum dianggarkan, dan kita juga tidak tahu kalau Gunung Sinabung bakal begini. Saat-saat begini yang penting bagi kita adalah bagaimana pengungsi punya tempat, bisa makan, dan kalau sakit bisa diobati. Intinya begini, kebijakan itu adalah dasar kita melakukan kegiatan dan latar belakang dan data yang menjadi dasar untuk dilaksanakan. Tapi kebijakan itu menyesuaikan jugalah dengan kita. 4 Ka. Puskesmas Payung “Belum tahu saya itu.” 5 Ka. Puskesmas Tiga nderket “Yang bagaimana? Oh..., saya kurang familiar dengan itu, padahal bagus yaa. Mungkin kurang sosialisasi. Saya saja belum tahu kalau ada pedomannya. Tapi setalah saya baca, ya penting juga karena untuk bencana. “ 6 Ka. Puskesmas Brastagi “Oh..., saya kurang tahu juga, tapi kalau saya baca, ya itulah yang kita kerjakan di sini dan kita upayakan sebaik mungkin meskipun tetap masih ada kekurangan di sana-sini.” Kepala Dinas Kesehatan sudah tahu tentang kebijakan pedoman penanggulangan bencana, namun tidak terlalu memahaminya. Pendapat yang sama ditunjukkan oleh Kepala Puskesmas PayunGunung Berbeda dengan pendapat Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Karo yang sudah mengetahui kebijakan ini dan sudah dilakukan dengan baik. Bagi Ka. Puskesmas Tiga nderket dan Brastagi, kebijakan ini Universitas Sumatera Utara belum mereka ketahui, namun setelah membaca isi dari kebijakan, mereka mengakui bahwa yang mereka laksanakan sudah sesuai meskipun memiliki kekurangan. Pendapat berbeda ditunjukkan oleh Ka. Bid Yankes, seperti halnya diungkapkan mengenai konteks kebijakan. Ka. Bid Yankes menekankan bahwa pelaksanaan kebijakan tersebut seharusnya disesuaikan dengan keadaan di daerah Karo karena situasi bencana di setiap daerah itu berbeda-beda. Apalagi situasi politk di Karo yang kurang kondusif, dan APBD yang tidak menganggarkan situasi bencana karena ketiadaan BPBD. Peristiwa erupsi Gunung Sinabung juga di luar perkiraan karena sudah ratusan tahun tidak meletus. Sehingga hal ini menjadi faktor-faktor ini ketidakmampuan Dinas Kesehatan memenuhi amanat kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan. Ketiga Kepala Puskesmas mengakui belum tahu tentang Kebijakan penanggulangan bencana bidang kesehatan. Namun setelah membacanya mereka mengatakan bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan sudah dilaksanakan sesuai dengan arahan dari Dinas Kesehatan dan amanat Kebijakan meskipun masih banyak kekurangan. c. Audit Untuk melakukan audit kebijakan dapat dibuktikan dengan Surat Keputusan dan laporan yang ada. Berikut pendapat informan : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.29. Pendapat Informan tentang Audit No Informan Pendapat 1 Ka. Dinas Kesehatan “Laporan kita selalu kasih, bagi yang perlu kita kasih juga, Biar tranparan ya. Karena itu pentinGunung Biar kita mengetahui kebutuhan kita.” 2 Ka. Rumah Sakit “Sama semua kita kasih laporan, baik ke Dinkes, ke Provinsi pun.” 3 Ka. Bid. Yankes “Kita membuat laporan ke Dinas Kesehatan Provinsi ke PPK, sampai juga itu ke Kementerian Kesehatan. Termasuk usulan- usulan kita ajukan juga ke Kementerian Kesehatan, seperti ini lah untuk memeriksa sarana dan prasarana yang rusak untuk diperbaiki, pihak Kepmenkes datanGunung Itu semua karena kita membuat usulan.” 3 Ka. Puskesmas Payung “Kita selalu melaporkan kegiatan ke Dinas Kesehatan dan ke media center tentang jumlah pengungsi yang sakit.” 4 Ka. Puskesmas Tiga nderket “Ya ke Dinkes, ke media center juga, tetapi sebatas laporan yang sakit.” 5 Ka. Puskesmas Brastagi “Ya, kita laporkan ke Dinas Kesehatan.” Menurut Kepala Dinas Kesehatan mekanisme pelporan kegiatan yang mereka lakukan adalah laporan rutin ke Pemerintah Daerah, lalu ke Provinsi melalui Dinas Kesehatan kemudian kepada Kementrian Kesehatan secara langsunGunung Namun,bila ada instansi atau LSM yang menginginkan transparansi maka dapt juga diberikan selama tidak menyalahi aturan. Hal yang sama dilakukan oleh Kepala Rumah Sakit bahkan mereka juga harus membuat laporan kepada Dinas Kesehatan. Kepala Pelayanan Kesehatan menambahkan bahwa selain laporan mereka juga mengajukan ususlan diantaranya Universitas Sumatera Utara dengan membuat permintaan pemeriksaan sarana dan prasarana kesehatan dan permintaan perbaikan kepada Kementrian Kesehatan melalui PPK. Kepala Puskemas Payung menambahkan bahwa laporan juga disampaikan setiap hari kepada Media Center kemudian kepada Dinas Kesehatan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Kepala Puskesmas Tiga nderket dan Brastagi. Mekanisme ini sudah sesuai dengan arahan kebijakan yang menyatakan bahwa Puskesmas harus melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan khususnya bila kejadian bencana sudah melampaui batas wilayah yang menjadi tanggungnjawabnya. d. Akunting Akunting adalah cara mengetahui sumber dana, peruntukannya dan bagaimana mekanisme pelaporannya. Tabel 4.30. Pendapat Informan tentang Akunting No Informan Pendapat 1 Ka. Dinas Kesehatan “Sumber dana kita dari APBD Pemda, memang belum ada direncanakan anggaran untuk kejadian bencana pada waktu tahun lalu, apalagi BPBD belum ada. Tetapi sampai saat ini Pemda masih berperan, dana itulah untuk menuhi kebutuhan obat dan pelayanan kesehatan kita. Untuk transportasi tenaga kesehatan kita ada bantuan dari PPK, dan kita juga ada ajukan ke Kementerian Kesehatan. BNPB juga pernah membantu memberikan uang minyak, misalnya untuk melakukan fogginGunung.. Kita laporkan keuangan kita ke semua, baik pemda, Provinsi dan Kementerian juga, atau siapapun yang membutuhkan laporannya.” Universitas Sumatera Utara Tabel 4.30. Lanjutan No Informan Pendapat 2 Ka. Rumah Sakit “Tidak ada kita terima dana, semua kebutuhan ini kita dapat dari Pemda. Kalau ada nanti cair bantuan, ya kita lihat nantilah... Kalau laporan ya kita laporkan ke semuanya, ke dinas iya, Provinsi iya, pemda juga pastilah. Inspektorat juga ada yang periksa.” 3 Ka. Puskesmas Payung “Tidak ada kita terima dana khusus, tapi kita pernah dapat uang transportasi, selebihnya ya kita-kita saja. Laporan dananya ke Dinaslah.” 4 Ka. Puskesmas Tiga nderket “Kalau dana khususnya tidak adalah dikasih. Anggaran yang ada di puskesmas nya kita gunakan. Obat kita minta dari Dinas Kesehatan. Memang adalah uang tranportasi kita dapatkan. Semua kita kasih laporan ke Dinas, nanti Dinas yang meneruskan.” 5 Ka. Puskesmas Brastagi “Susahlah kalau menunggu dana baru bisa jalan. alaupun ada kami terima hanya sekedar uang transportasi staf saya. Itupun tetap kami memberikan pelayanan, sampai sekarang, sampai tidak ada lagi pengungsian. Laporannya ada ke Dinas.” Sumber dana penanggulangan bencana di Kabupaten Karo bersumber dari APBD. Namun kenyataan di lapangan anggaran bencana tidak ada pada tahun 2013 dikarenakan tidak ada BPBD Kabupaten Karo. Hal ini menimbulkan kekurangan dana di Dinas Kesehatan , Rumah Sakit dan Puskesmas. Namun, seluruh informan berpendapat yang sama bahwa pada awal terjadi bencana dana menjadi masalah, namun tidak menjadi hambatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di pengungsian karena kesadaran dari para pemangku kebijakan untuk tidak bergerak hanya kalau ada bantuan dana. Universitas Sumatera Utara Pada bulan Februari Kementerian Kesehatan memberikan bantuan transportasi kepada tenaga kesehatan. Bantuan tersebut sebenarnya kurang mencukupi, namun dirasakan sangat bermanfaat. BNPB melalui pos pendampingan juga turut berperan dalam memberikan bantuan dengan memberikan dana operasional untuk fogginGunung Mekanisme pelaporannya diberikan ke Dinas Kesehatan jika berasal dari Puskesmas, Dinas Kesehatan melaporkan ke Pemerintah Daerah, Dinas Provinsi dan Kementerian Kesehatan. Kebijakan nomor 145 Tahun 2007 menjelaskan bahwa pada dasarnya anggaran penanggulangan bencana dialokasikan oleh Kabupaten masing-masing melalui APBD. Dalam hal kekurangan dapat mengusulkan secara berjenjang dari tingkat KabupatenKota, Propinsi dan Pusat. Dalam penanggulangan bencana, setiap kegiatan harus dibuat pertanggungjawaban dan laporan. Setiap kegiatan harus didukung dengan bukti-bukti pengeluaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban oleh unit pelaksana kegiatan disampaikan paling lama satu minggu setelah selesainya kegiatan. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Implementasi Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung Menurut Analisa Segitiga Kebijakan Hasil dari suatu kebijakan bermuara pada out put yang dihasilkan dari implementasi kebijakan itu sendiri dalam bentuk suatu kegiatan, data statistik serta keputusan yang diambil berkenaan dengan kebijakan tersebut. Kebijakan kesehatan itu adalah tujuan dan sasaran, sebagai instrumen, proses dan gaya dari suatu keputusan oleh pengambil keputusan, termasuk implementasi serta penilaian Lee, Buse dan Fustukian, 2002. Sesuai dengan harapan dan akibat dari kebijakan yang dirasakan DeLeon, 1999. Implementasi kebijakan cenderung untuk memobilisasi keberadaan lembaga Blakie dan Soussan, 2001. Lembaga yang diarahkan dalam kebijakan penanggulangan bencana ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan Rumah Sakit Umum Kabupaten Karo. Tujuan dari Kepmenkes Nomor 145 Tahun 2007 tentang pedoman penanggulangan bencana bidang kesehatan adalah untuk memberikan gambaran tentang peran semua unit dan jajaran kesehatan dalam penanggulangan bencana, sedangkan tujuannya adalah agar semua unit jajaran kesehatan tersebut dapat mempelajari, memahami dana melaksanakan tugas penanggulangan bencana dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Maksud dan tujuan tersebut akan tercapai jika semua pihak yang terlibat dalam penanggulangan Erupsi Universitas Sumatera Utara Gunung Sinabung pada masa tanggap darurat memiliki persepsi yang sama dan tujuan yang sama yaitu melaksanakan kebijakan tersebut dengan baik dan sesuai dengan pedoman kebijakan. Untuk menilai hal tersebut akan dianalisa implementasi kebijakan dengan metode analisa segitiga kebijakan kesehatan berdasarkan konteks, aktor, isi dan proses.

5.1.1. Konteks