Desa Siaga bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat di desa yang rawan bencana dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat dapat berperan aktif untuk
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan akibat bencana secara mandiri maupun saat bencana dalam situasi kegawatdaruratan serta saat berada di pengungsian. Bila
hal itu diterapkan maka partisipasi masyarakat akan sangat membantu Dinas Kesehatan dalam melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana bidang
kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Thomas R. Dye dalam Howlet dan
ramesh 2005 bahwa kebijakan itu dipengaruhi oleh aktor dan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh aktor. Dalam kegiatan implementasi ini dipengaruhi oleh
serangkaian kegiatan yang diusulkan, hambatan-hambatan yang memengaruhi pencapaian tujuan dan faktor yang mempercepat pelaksanaan kebijakan.
5.2.2. Kepatuhan
Penilaian akan kepatuhan dilihat dari kemampuan implementor untuk mewujudkan amanat dari kebijakan. Menurut informan amanat tersebut sudah
disampaikan, namun ada beberapa hal yang masih belum sesuai yaitu pelaksanaan gizi yang belum sesuai dengan kedaruratan, sanitasi pengungsi yang belum sesuai
standar, promosi kesehatan yang kurang tepat sasaran, imunisasi campak yang hanya samapai umur 5 tahun seharusnya 15 tahun, dan surveilans penyakit dimana
ditemukn KLB penyakit campak karena deteksi dini yang agak lambat.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Audit
Untuk legalitas kegiatan maka Kepala Dinas Kesehatan membuat Satgas dengan SK Kepala Dinas Kesehatan. Puskesmas dan Rumah Sakit laporan kegiatan
dan kasus kepada Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan membuat laporan kepada Dinas Kesehatan Provinsi, PPKK, Dan Kementerian Kesehatan. Kementerian kesehatan
juga melakukan supervisi kepada Dinas Kesehatan. Selain itu laporan kesehatan disampaikan secara terbuka melalui media center, dan laporan kepada Komando
Taggap Darurat.
5.2.4. Akunting
Pada awalnya Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum memang mengalami masalah dalam hal anggaran karena tidak merencanakan masalah penanggulangan
bencana di APBD, ditambah lagi masalah ketiadaan BPBD Karo. Bantuan dana untuk transportasi diterima dari Kementerian Kesehatan melalui PPKK berdasarkan
permintaan yang dibuat oleh Dinas Kesehatan. Laporan diberikan secara tertulis kepada Kementerian Kesehatan. Lembaga yang memberikan pengawasan adalah
BPK Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten Karo. Penanggulangan bencana khususnya bidang kesehatan harus memperhatikan
banyak aspek yaitu hak asasi manusia, perlindungan terhadap kekerasan, kesetaraan, dan memperhatikan martabat Sphere International, 2012. Namun dalam
pelaksanaannya masih belum seperti itu. Kenyataan di lapangan pasangan suami-istri belum difasilitasi haknya untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Kelompok
rentan terutama Ibu hamil, Ibu menyusui, balita dan lansia adalah kelompok yang
Universitas Sumatera Utara
perlu mendapatkan perhatian khusus. Mereka sebaiknya tidak ditempatkan satu ruangan dengan kelompok laki-laki dewasa. Fatimah 2008 dalam penelitian tentang
Gender dalam Pengelolaan Merapi mengatakanaspek perlilaku dan fisik sangat berperan dalam kerentanan. Anak, sebagaimanan Ibu hamil dan lansia memiliki
mobilitas fisik yang lebih rendah dan karenanya lebih terpapar dengan resiko bahaya. Begitu juga dengan perempuan dewasa, lebih karena perna gender sehingga
bertanggungjawab terhadap keselamatan anak dan lansia membuatnya punya kerentanan secara fisik.
Pedoman kebijakan Kepmenkes Nomor 145 tahun 2007 membantu pemangku kebijakan untuk mewujudkannya sehingga Dinas Kesehatan mampu memenuhi
kebutuhan pengungsi akan kesehatan. Dengan imlementasi kebijakan dengan baik maka kita dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan Gaffar, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan