14 desa berasal dari 3 kecamatan yaitu: Payung, Simpang Empat dan Naman Teran. Desa yang masih mengungsi sebagai berikut:
1. Kecamatan Payung: Desa Gurukinayan, Selandi. 2. Kecamatan Simpang Empat: Desa Berastepu, Sibintun, Gamber dan Kutatengah.
3. Kecamatan Namanteran: Dusun Lau Kawar, Kutarakyat, Sigaranggarang, Kuta tonggal, Kutagugung, dan Sukanalu.
4.7.4. Implementasi Kebijakan Berdasarkan Analisa Segitiga Kebijakan
Implementasi Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan Nomor 145 Tahun 2007 dianalisa dengan pendekatan Analisa Segitiga Kebijakan
menurut Buse 2005, meliputi konteks, isi, proses, dan aktor yang melaksanakan kebijakan.
a. Konteks
KMK 145 Tahun 2007 dibuat dengan maksud memberikan gambaran tentang peran unit jajaran kesehatan, sedangkan tujuannya agar semua unit jajaran tersebut
dapat mempelajari, memahami dan melaksanakan tugas penangggulangan bencana dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peran fungsi masing-masinGunung Untuk
mencapai maksud dan tujuan tersebut, konteks kebijakan sangat dipengaruhi oleh politik, budaya, dan organisasinya. Berikut hasil wawancara peneliti tentang konteks
kebijakan:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Pendapat Informan tentang Konteks Kebijakan No
Informan Pendapat
1. Kepala Dinas Kesehatan
“Kebijakan ini memang membantu kita, tapi memang kita tidak terlalu fokus ke situ. Tapi, inikan tanggap
darurat, yang penting ajalah dulu yang kita kerjakan, yaitu pelayanan kesehatan. Meskipun keadaan politik
Kabupaten Karo sedang tidak baik, kita tetap melaksanakan kebijakan Pemda. Gak ada pengaruh.”
2. Ka. Rumah Sakit
“ Saya tahu kebijakan itu. Ya pada pelaksanaanya bisalah kita lakukan. Semua staf kita ini saling mendukungnya.
Kan ada tupoksi. Dan setiap rumah sakit yang sudah terakreditasi memang sudah ada untuk tim satgas nya
kalau bencana. 3.
Ka. Bid Yankes “Ya saya tahu. Memang Kementerian memberikan
pedoman untuk kita ikuti. Itu bagus memang, tapi dalam keadaan darurat begini susahlah kita mengikutinya. Kita
belum terlatih untuk situasi seperti ini, BPBD juga belum terbentuk, keadaan bencana juga belum dianggarkan, dan
kita juga tidak tahu kalau Gunung Sinabung bakal begini. Saat-saat begini yang penting bagi kita adalah bagaima
pengungsi punya tempat, bisa makan, dan kalau sakit bisa diobati. Intinya begini, kebijakan itu adalah dasar
kita melakukan kegiatan dan latar belakang dan data yang menjadi dasar untuk dilaksanakan. Tapi kebijakan
itu menyesuaikan jugalah dengan kita. Sebenarnya, yang kita kerjakan itu adalah yang rutin kita lakukan, bedanya
adalah situasinya sedang bencana yang berakibat terjadi pengungsi. Jadi kita hanya memindahkan program ke
lokasi pengungsi saja. Kan orangnya tetap sama, jumlah penduduk juga sama.”
4. Ka. Puskesmas Payung
“Wah saya tidak tahu juga tentang kebijakan itu. Tapi setelah saya baca, memang yang kami kerjakan ya seperti
itu. Semua tidak ada masalahlah...” 5. Ka. Puskesmas
Tiga nderket “Saya belum begitu tahu kebijakan ini, tapi memang
seperti arahan dalam kebijakan itu, ya memberikan pelayanan kepada pengungsi dan bertanggung jawab
pada daerah saya. Itu yang saya lakukan, bahkan ketika kami sendiripun harus mengungsi saya memindahkan
fungsi puskesmas ke pos kesehatan di pengungsian dan di tempat pustu atau polindes yang tidak terdampak.
Semaksimal mungkinlah”
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Lanjutan No
Informan Pendapat
6. Ka. Puskesmas Brastagi
“Saya tidak tahu kebijakan ini. Kalau berdasarkan kebijakan ini, kita harus mendapatkan arahan dari Dinas
Kesehatan. Menurut saya itu payah lah.., tapi kita sudah diberitahukan dan diperintahkan menjadi koordinator
kesehatan dan mendirikan posko kesehatan di lokasi pengungsian meskipun Kita tidak kena dampak erupsi
itu, tapi mereka kan mengungsi di wilayah kita, yaa... jadi harus bertangggungjawab, dan saya memastikan
bahwa semua anggota-anggota saya stand by di sana selalu. Saya cek itu selalu..”
Menurut Kepala Dinas Kesehatan kebijakan Kementrian Kesehatan nomor 145 Tahun 2007 dapat membantu dalam menentukan langkah-langkah yang harus
ditempuh oleh Dinas Kesehatan bila terjadi bencana di tingkat Kabupaten. Namun dalam pelaksanaannya Dinas Kesehatan tidak terlalu fokus untuk menjalankan sesuai
dengan kebijakan tersebut meskipun hasil akhirnya adalah untuk mencapai tujuan dari kebijakan yaitu dapat memahami dan melaksanakan tugas penanggulangan
bencana dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peran dan fungsi masing- masinGunung
Pendapat di atas juga dipertegas oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan yang mengatakan bahwa kebijakan yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan
memang untuk dipedomani dan dilaksanakan, namun dalam keadaan darurat tentunya hal ini sulit untuk dilakukan karena ada berbagaimacam masalah. Pada saat bencana
erupsi terjadi, BPBD belum terbentuk, keadaan ini menyebabkan ketiadaan anggaran untuk bencana yang ditampung dalam APBD daerah kabupaten Karo untuk tahun
Universitas Sumatera Utara
2013. Selain itu, seluruh penduduk dan pemerintah Kabupaten Karo tidak menyangkan bahwa Gunung Sinabung yang selama ini bersahabat ternyata dapat
kembali erupsi. Hal tersebut menyebabkan kebijakan tersebut tidak dapat diimplementasikan sepenuhnya.
Kepala bidang pelayanan kesehatan juga mengatakan bahwa saat ini mereka memfokuskan diri untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi pengungsi di daerah
bencana dan yang menjadi fokus tim tanggap darurat adalah bagaimana agar pengungsi dapat makan, memiliki tempat untuk mengungsi dan bia ada yang sakit
dapat diobati dan dirujuk bila diperlukan. Beliau juga menambahkan bahwa kebijakan berfungsi sebagai dasar dan
dalam latar belakang melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana. Namun kebijakan tersebut juga banyak tidak bisa dilaksanakan karena tidak sesuai dengan
kondisi bencana di SinabunGunung Pelaksanaan kebijakan tersebut seharusnya disesuaikan dengan keadaan di daerah Karo karena situasi bencana di setiap daerah
itu berbeda-beda. Memang saat ini keadaan politik Karo sedang dihadapkan pada opini pemakzulan Bupati Karo Republika, 2014, pada awal bencana erupsi Agustus
2010 dan September 2014 BPBD Karo belum terbentuk sehingga Pemerintah Daerah
tidak menganggarkan APBD untuk bencana, meskipun sudah memiliki pengalaman pada Agustus 2010.
Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana Dinas Kesehatan melakukan kegiatan kesehatan seperti halnya kegiatan rutin saat sebelum terjadi bencana.
Karena menurut mereka jumlah penduduk yang dilayani sama saja seperti belum
Universitas Sumatera Utara
terjadi bencana, yang berbeda adalah saat ini sedang terjadi bencana sehingga mereka harus memindahkan pelayanan kesehatan ke lokasi pengungsian.
Menurut Ka. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karo, Beliau mengerti tentang kebijakan tersebut dan mampu melaksanakan semua kebijakan yang
diamanatkan kepadanya sebagai Kepala Rumah Sakit Daerah. Semua staf yang ada dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan tupoksi masing-masinGunung Apalagi
menurutnya untuk memenuhi akreditasi saat ini setiap rumah sakit harus mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana oleh karenanya satgas yang ada di
rumah sakit sudah terbentuk bahkan sebelum terjadi bencana. Dalam KMK nomor 145 tahun 2007, pada saat terjadi bencana kegiatan yang
dilakukan di tingkat KabupatenKota adalah: a. Tugas Kepala Dinas Kesehatan
1. Berkoordinasi dengan anggota Satlak PB BPBD saat ini dalam penanggulangan bencana,
2. Mentidaktifkan Pusdalops Satgas Penanggulangan Bencana tingkat KabupatenKota,
3. Berkoordinasi dengan RS KabupatenKota termasuk RS Swasta Rumkit TNI dan POLRI untuk mempersiapkan penerimaan penderita yang dirujuk dari lokasi
bencana dan tempat penampungan pengungsi, 4. Menyiapkan dan mengirim tenaga kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan ke
lokasi bencana.
Universitas Sumatera Utara
5. Menghubungi Puskesmas di sekitar lokasi bencana untuk mengirimkan dokter, perawat dan peralatan yang diperlukan termasuk ke lokasi bencana,
6. Melakukan Penilaian Kesehatan Cepat Terpadu Integrated Rapid Health Assesment,
7. Melakukan penanggulangan gizi darurat, 8. Memberikan imunisasi campak di tempat pengungsian bagi anak-anak di bawah
usia 15 tahun, 9. Melakukan surveilans epidemiologi terhadap penyakit potensial wabah,
pengendalian vektor, serta pengawasan kualitas air dan lingkungan, 10. Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah KabupatenKota, maka
sebagai penanggungjawab adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Direktur Rumah sakit memiliki tugas sebagai berikut:
1. Menghubungi lokasi bencana untuk mempersiapkan instalasi gawat darurat dan ruang perawatan untuk menerima rujukan penderita dari lokasi bencana dan
tempat penampungan pengungsi, 2. Menyiapkan instalasi gawat darurat dan instalasi rawat inap untuk menerima
rujukan penderita dari lokasi bencana atau tempat penampungan pengungsi dan melakukan pengaturan jalur evakuasi,
3. Menghubungi RS Provinsi tentang kemungkinan adanya penderita yang akan dirujuk,
4. Menyiapkan dan mengirimkan tenaga dan peralatan kesehatan ke lokasi bencana bila diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Namun pendapat berbeda dikemukakan oleh Ka. Puskesmas Tiga nderket dan Ka. Puskesmas Brastagi. Meskipun mereka belum mengetahui apa yang menjadi
tugas dan tanggungjawab mereka dalam kebijakan penanggulangan bencana tersebut, namun dalam pelaksanaannya di lapangan sudah sesuai meskipun ada kekurangan.
Bagi Ka.Puskesmas Brastagi, untuk melaksanakan kebijakan ini tidak perlu harus menunggu arahan terlebih dahulu karena sudah menjadi tanggungjawab Kepala
Puskesmas untuk memastikan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya terlaksana.Namun tugas itu semakin dipertegas setelah mereka diberitahu menjadi
koordinator dalam menanggulangi masalah kesehatan dan mendirikan posko kesehatan di lokasi pengungsian meskipun Puskesmas mereka tidak terkenda dampat
erupsi. Namun lokasi pengungsian ada di wilayah kerja Puskesmas Brastagi sehingga menjadi tanggungjawab mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi
pengungsi. Oleh karenanya, Kepala Puskesmas Brastagi terus memastikan bahwa stafnya akan selalu berada di tempat dan memantau setiap pelayanan kesehatan yang
mereka lakukan. Hal yang sama ditunjukkan oleh pendapat Kepala Puskesmas Payung yang
mengatakan tetap melaksanakan tugasnya meskipun tidak diberitahukan apa yang menjadi tanggungjawabnya seperti yang tertera dalam kebijakan. Beliau mengatakan
tidak terjadi masalah yang mengganggu pelaksanaan pelayanan kesehatan di pengungsian dan di Puskesmas.
Kepala Puskesmas memiliki pengalaman yang unik karena harus mendirikan posko kesehatan saat ada pengungsi sekaligus menjadi pengungsi saat Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
Tiga nderket dinyatakan area berbahaya. Saat itu terjadi Kepala Puskesmas harus memindahkan fungsi puskesmas ke pos kesehatan di pengungsian dan di tempat
puskesmas pembantu dan polindes yang tidak terdampak. Berdasarkan KMK Nomor 147 yang menjadi tugas dari Kepala Puskesmas
jika terjadi bencana adalah sebagai berikut: Untuk bencana di tingkat kecamatan, kepala puskesmas melakukan kegiatan:
1. Beserta staf menuju lokasi bencana dengan membawa peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan triase dan memberikan pertolongan pertama,
2. Melaporkan kepada Kadinkes KabupatenKota tentang terjadinya bencana, 3. Melakukan Initial Rapid Health Assesment Penilaian Cepat Masalah Kesehatan
Awal, 4. Menyerahkan tanggungjawab pada Kadinkes KabupatenKota apabila telah tiba di
lokasi, 5. Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah kecamatan, maka sebagai
penanggungjawab adalah Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota. Kepala Puskesmas di sekitar lokasi bencana melakukan kegiatan:
1. Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan serta ambulansalat transportasi lainnya ke lokasi bencana dan tempat penampungan pengungsi,
2. Membantu melaksanakan perawatan dan evakuasi korban serta pelayanan kesehatan pengungsi.
Universitas Sumatera Utara
b. Aktor