b. Kebijakan publik yang bersifat meso menengah atau penjelas pelaksana, dimana kebijakan ini dapat berbentuk Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan
Gubernur, Peraturan Bupati. Kebijakannya dapat pula berbentuk surat keputusan bersama antar Menteri, Gubernur dan BupatiWalikota.
c. Kebijakan publik yang bersifat mikro, adalah kebijakan yang mengatur pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan diatasnya. Bentuk kebijakannya
adalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik di bawah Menteri, Gubernur, BupatiWalikota.
2.1.3. Tahapan Kebijakan Publik
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno 2007 adalah sebagai berikut:
a Tahap Penyusunan Agenda Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda
kebijakan para perumus kabijakan. b Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah terbaik dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan policy alternativespolicy options
yang ada. Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
c Tahap Adopsi Kebijakan Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan
peradilan. d Tahap Implementasi Kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi
maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial
dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana
implementors, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
e Tahap Evaluasi Kebijakan Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,
unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Penilaian dengan ukuran-
ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.
Universitas Sumatera Utara
Secara singkat, tahap–tahap kebijakan adalah seperti gambar dibawah ini: Penyusunan kebijakan
Formulasi kebijakan
Adopsi kebijakan
Implementasi kebijakan
Evaluasi kebijakan
Gambar 2.1. Tahap Kebijakan William Dunn dalam Winarno 2007 2.1.4. Teori dan Konsep Implementasi Kebijakan
Banyak teori dari para ahli yang menjelaskan tentang bagaimana kebijakan dapat diimplementasikan. William N. Dunn 2004 mengemukakan bahwa
implementasi kebijaksanaan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-
prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan.
Nawawi 2007 mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi kebijakan, seperti Teori George C. Edward III, Teori Merilee S.
Grindle. Dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implmentor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan
dan sasaran kebijakan, 2 Sumber daya, dimana meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas
dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya
tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
3 Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dll. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik,
maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.
4 Struktur birokrasi, merupakan susunan komponen unit-unit kerja dalam organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi
pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pegawasan dan menimbulkan red-
tape yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Teori Merilee S. Grindle berpendapat bahwa keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan content of policy dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan implementasi context of implementation. Variabel isi kebijakan mencakup kepentingan kelompok sasaran , jenis manfaat yang diterima, perubahan
yang diinginkan, apakah letak suatu program sudah tepat, apakah telah menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah kebijakan didukung oleh sumber daya
yang memadai. Sedangkan Variabel lingkungan kebijakan, mencakup seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam
implementasi kebijakan, karakteristik institusi, tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
2.1.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Implementasi Kebijakan