73.11 Indonesia Bagian Timur 67.84 67.85 71.17 Keadaan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

commit to user 91 Tabel 4.8 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2006-2008 Provinsi Tahun Rata-Rata IPM Peringkat 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 NAD 69.40 70.35 70.76 70.17 17 Sumatera Utara 72.50 72.78 73.29 72.86 8 Sumatera Barat 71.60 72.23 72.96 72.26 9 Riau 73.80 74.63 75.09 74.51 3 Jambi 71.30 71.46 71.99 71.58 12 Sumatera Selatan 71.10 71.40 72.05 71.52 13 Bengkulu 71.30 71.57 72.14 71.67 10 Lampung 69.40 69.78 70.30 69.83 19 Bangka Belitung 71.20 71.62 72.19 71.67 11 Kepulauan Riau 72.80 73.68 74.18 73.55 7 DKI Jakarta 76.30 76.59 77.03 76.64 1 Jawa Barat 70.30 70.71 71.12 70.71 15 Jawa Tengah 70.30 70.92 71.60 70.94 14 DI Yogyakarta 73.70 74.15 74.88 74.24 4 Jawa Timur 69.20 69.78 70.38 69.79 20 Banten 69.10 69.29 69.70 69.36 23 Bali 70.10 70.53 70.98 70.54 16 Kalimantan Barat 67.10 67.53 68.17 67.60 29 Kalimantan Tengah 73.40 73.49 73.88 73.59 6 Kalimantan Selatan 67.70 68.01 68.72 68.14 26 Kalimantan Timur 73.30 73.77 74.52 73.86 5 Sulawesi Utara 74.40 74.68 75.16 74.75 2 Sulawesi Tengah 68.80 69.34 70.09 69.41 22 Sulawesi Selatan 68.80 69.62 70.22 69.55 21 Sulawesi Tenggara 67.80 68.32 69.00 68.37 25 Gorontalo 68.00 68.83 69.29 68.71 24 Sulawesi Barat 67.10 67.72 68.55 67.79 28 Nusa Tenggara Barat 63.00 63.71 64.12 63.61 32 Nusa Tenggara Timur 64.80 65.36 66.15 65.44 31 Maluku 69.70 69.96 70.38 70.01 18 Maluku Utara 67.50 67.82 68.18 67.83 27 Papua Barat 66.10 67.28 67.95 67.11 30 Papua 62.80 63.41 64.00 63.40 33 Indonesia Bagian Barat 71.36

71.83 73.11

71.85 Indonesia Bagian Timur

67.30 67.84

68.83 67.85

Indonesia 70.10

70.59 71.17

70.62 Sumber: BPS. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. commit to user 92 Dari tabel di atas terlihat bahwa selama tahun 2006-2008 Indeks Pembangunan Manusia IPM Indonesia cenderung mengalami peningkatan, dimana nilai rata-ratanya adalah 70,62. Provinsi yang memiliki angka Indeks Pembangunan Manusia terbesar adalah Provinsi DKI Jakarta dengan nilai 76,64, sedangkan yang memiliki angka terkecil adalah Provinsi Papua dengan nilai 63,40. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya angka Indeks Pembangunan Manusia IPM dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran untuk melihat ketimpangan yang terjadi antara satu dadiukur berdasarkan 3 tiga tujuan atau rah dengan daerah yang lain. Hal ini terbukti dengan rata-rata nilai Indeks Pembangunan Manusia IPM Indonesia bagian barat jauh lebih tinggi daripada Indonesia bagian timur. Selama tahun 2006-2008 rata-rata IPM Indonesia bagian barat adalah 71,85 sedangkan Indonesia bagian timur hanya 67,85. Perbedaan yang cukup jauh ini menunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah belumlah merata, pembangunan tersebut masih terpusat di bagian barat Indonesia. B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan a. Pemilihan Model Estimasi Dalam penelitian ini variabel independen yakni Growth GRW, Angka Melek Huruf AMH dan Pengangguran P yang diduga mempengaruhi variabel dependen yakni Tingkat Kemiskinan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan alat analisis commit to user 93 regresi data panel. Permodelan dalam menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan metode alternatif dalam pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut, yaitu: i Pooled Lea st Squa re PLS, ii Fixed Effect Model FEM, dan iii Ra ndom Effect Model REM. 1 Pooled Lea st Square PLS vs Fixed Effect Model FEM Pooled Lea st Squa re PLS merupakan metode pengolahan data cross section dan time series dan kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS. Metode ini mengasumsikan slope dan intersep koefisien konstan. K = 12238.71- 5.2E-06 GRW – 126.1025 AMH + 2.48887 P.. 4.1 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 t = 5.849521 4.244452 -5.811621 16.73320 R-squared 0.866301 F-statistic 205.1839 Adjusted R-squared S.E. of Regression 0.862079 608.6720 ProbF-statistic DW stat 0.000000 0.041777 Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan Pooled Lea st Squa re PLS pada persamaan 4.1 dapat terlihat bahwa nilai R 2 sebesar 0,866301 berarti sebesar 86,6301 variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel indepanden yang dimasukkan dalam model. Nilai DW-statistik sebesar 0,041777 sangat rendah jauh dari ra nge angka 2 yang mengindikasikan adanya autokorelasi positif. Pada metode Pooled Lea st Squa re PLS semua variabel independen commit to user 94 signifikan statistik pada tingkat α = 5 . Selain itu pada model ini nilai standart eror dapat dikatakan cukup tinggi dimana nilainya mencapai 608,6720. Metode ini mengasumsikan bahwa nilai intersep antar individual dianggap sama yang mana merupakan asumsi yang sangat membatasi restricted Gujarati, 2003. Sehingga metode ini kurang dapat menangkap gambaran yang sebenarnya atas hubungan yang terjadi antara variable bebas dengan variable terikatnya, begitu pula hubungan diantara masing- masing individual cross section . Begitu pula seperti yang dijabarkan pada metode pemilihan secara teoritis yang mengatakan bahwa metode OLS terlalu sederhana untuk mendeskripsikan fenomena yang ada. Sehingga yang perlu dilakukan adalah menemukan nature yang spesifik atas hubungan yang terjadi diantara masing-masing individu pada data cross section . Maka dapat dilihat dengan menggunakan metode fixed effect . Berikut merupakan hasil dari estimasi menggunakan metode fixed effect . K = - 7.49E-06 GRW – 23.78010 AMH + 1.629619 P........4.2 0.0000 0.0000 0.0000 t = -6.682284 -5.460688 8.272864 R-squared 0.999170 F-statistic 37926.40 Adjusted R-squared S.E. of Regression 0.998709 66.02796 ProbF-statistic DW stat 0.000000 2.239970 commit to user 95 Dalam menentukan pendekatan mana yang dipilih antara Pooled Lea st Square PLS atau Fixed Effect Model FEM dalam estimasi data panel maka digunakan Restricted F test, dimana hipotesisnya: Ho: Metode OLS Ha: Metode Fixed effect .....................................................................4.3 . . F hit = 2521.30934 Dengan F-tabel 5 = 1,55 Maka : F-hit F-tabel 2521.30934 1,55 Tolak Ho. Karena nilai F hitung F tabel, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Fixed Effect Model FEM lebih baik dibanding dengan Pooled Lea st Squa re PLS. 2 Fixed Effect Model FEM vs Ra ndom Effect Model REM Ra ndom Effect Model REM disebut juga dengan pendekatan regresi data panel dengan pendekatan autokorelasi dengan mengasumsikan terdapat korelasi antar observasi baik runtun waktu maupun lintas sektoral. Berikut merupakan hasil dari estimasi dengan menggunakan Ra ndom Effect Model. commit to user 96 K = 5327.97 + 8.76E-07 GRW – 52.93349 AMH + 2.62323 P.. 4.4 0.0005 0.5592 0.0008 0.0000 t = 3.604571 0.586096 -3.462489 14.37608 R-squared 0.997659 DW stat 1.511276 Adjusted R-squared S.E. of Regression 0.997585 80.53462 Dari hasil regresi di atas terlihat bahwa nilai R 2 hampir sama dengan R 2 pada model Fixed Effect Model FEM, akan tetapi terdapat variabel yang tidak signifikan dan bertentangan dengan hipotesis dan teori, variabel tersebut adalah pertumbuhan ekonomi GRW. Nilai standart error juga lebih tinggi dibandingkan model Fixed Effect, dimana nilainya adalah 80,53462 . Selain itu nilai DW statistik juga kecil, sehingga model terkena masalah autokorelasi. Hal ini menunjukkan Fixed Effect Model FEM lebih baik dari Ra ndom Effect Model REM. Dari hasil pemilihan model disimpulkan bahwa model yang paling baik dan tepat digunakan adalah Fixed Effect Model FEM. Dari hasil ini selanjutnya akan dilakukan uji statistik yang meliputi uji t uji tiap-tiap individu secara variabel dan uji F secara bersama- sama. Selain itu akan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearlitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

b. Uji Statistik