commit to user 111
X
ijh
= jumlah pangsa penduduk miskin di provinsi i dengan rata-rata penduduk miskin di negara h dipulau j.
Y
ijh
= jumlah pangsa penduduk di provinsi i dengan jumlah seluruh penduduk di negara h di pulau j.
b. Analisis Konsentrasi Spasial Kemiskinan dalam Pulau
Perhitungan Indeks Enthopi Theil tahun 2007-2009 didasarkan atas pembagian wilayah yang terdapat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah RPJM Nasional, di mana Indonesia terbagi atas 7 tujuh wilayah yaitu: i Sumatera, ii
Jawa-Bali, iii Kalimantan, iv Sulawesi, v Nusa Tenggara, vi Maluku, dan vii Papua. Dengan membagi wilayah Indonesia
seperti yang tertulis dalam RPJM Nasional tersebut, kesenjangan tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia akan dapat terlihat
dengan lebih jelas dari pada hanya membagi wilayah Indonesia menjadi kawasan barat dan kawasan timur. Berikut adalah hasil
perhitungan tingkat kesenjangan dalam pulau selama kurun waktu 2007-2009.
commit to user 112
Tabel 4.10 Kesenjangan dalam Pulau
Wilayah Tahun
Rerata Peringkat
2007 2008
2009 1
2 3
4 5
6
Sumatera 0.02231 0.02285 0.02480
0.0233187 3
Jawa-Bali 0.02428 0.02377 0.02436
0.0241367 2
Kalimantan 0.01474 0.01186 0.01402
0.0135407 5
Sulawesi 0.01620 0.01589 0.01710
0.0163953 4
NusaTenggara 0.00000 0.00003 0.00033
0.0001182 7
Maluku 0.04141 0.04236 0.04548
0.0430834 1
Papua 0.00014 0.00012 0.00010
0.0001230 6
Indonesia 0.11906 0.11675 0.12609
0.1206343
Sumber: data primer, diolah
Dari tabel di atas terlihat bahwa antara tahun 2007-2009 wilayah yang mempunyai tingkat kesenjangan kemiskinan paling
tinggi adalah Maluku, di mana tingkat kesenjangannya mencapai 0,0430834. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan perbandingan
jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduk keseluruhan yang cukup signifikan antara 2 dua provinsi yang masuk dalam wilayah
Maluku, yaitu Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Perbedaan perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.11
berikut:
Tabel 4.11 Perbandingan Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Provinsi Maluku dan Maluku Utara Provinsi
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Miskin
Rata-Rata Penduduk
Rata-Rata Penduduk
Miskin Perban-
dingan
2007 2008
2009 2007
2008 2009
1
2 3
4
5 6
7 8
9 10
Maluku 1,302.0
1,320.7 1,339.5
404.7 391.3
380 1,320.73
392.00 3,36 : 1
Maluku Utara
944.3 959.6
975 109.9
105.1 98
959.63 104.33
9,20 : 1
Sumber: BPS. 2010. Statistik Indonesia 2009, data diolah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat rata-rata jumlah penduduk Provinsi Maluku selama kurun waktu 2007-2009 adalah
commit to user 113
1320,73 ribu jiwa, sedangkan rata-rata penduduk miskinya 392 ribu jiwa, sehingga besarnya perbandingan jumlah seluruh penduduk
dngan jumlah penduduk miskin adalah 3,36 : 1. Sementara itu rata- rata jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara dalam kurun waktu
yang sama adalah 959,63 ribu jiwa, sedangkan rata-rata penduduk miskinya 104,33 ribu jiwa, sehingga besarnya perbandingan jumlah
seluruh penduduk dengan jumlah penduduk miskin adalah 9,20 : 1. Walaupun hasil perbandingan menunjukkan Provinsi Maluku Utara
lebih baik dibanding Provinsi Maluku, akan tetapi hal ini masih harus dianalisis lebih jauh lagi berdasarkan beberapa indikator yang
dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di suatu wilayah.
Tabel 4.12 Perbandingan Variabel Penentu Kemiskinan Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara
Provinsi Tahun
Garis Kemiskinan PDRB per
Kapita AMH
Pengang- guran
UMP Perkotaan
Pedesaan 1
2 3
4 5
6 7
8
Maluku 2007
195,820 161,083
2,790.69 96.85
5.18 635,000
2008 213,969
180,087 2,867.50
97.31 4.52
700,000 2009
230,913 199,596
3,142.63 97.42
4.70 775,000
Rerata 213,567
180,255 2,933.60
97.19 4.80
703,333 Maluku
Utara 2007
191,867 162,524
2,648.71 94.65
2.54 660,000
2008 213,505
176,757 2,762.36
95.44 2.85
700,000 2009
226,732 190,838
3,055.92 95.74
2.93 770,000
Rerata 210,701
176,706 2,822.33
95.28 2.77
710,000
Sumber: BPS. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Provinsi Maluku memiliki garis kemiskinan yang lebih tinggi baik di wilayah
perkotaan maupun di pedesaan dari pada Provinsi Maluku Utara, hal ini mungkin yang menyebabkan jumlah penduduk miskin Provinsi
commit to user 114
Maluku lebih banyak. Apabila Provinsi Maluku Utara menggunakan standar garis kemiskinan yang sama dengan Provinsi Maluku maka
kemungkinan jumlah penduduk miskin di Provinsi Maluku Utara akan lebih banyak. Hal ini diperkuat dengan jumlah PDRB per
Kapita Provinsi Maluku Utara yang lebih kecil dari pada Provinsi Maluku dengan selisih Rp. 111,28,- juta rupiah. Selain itu Provinsi
Maluku Utara memiliki angka melek huruf yang lebih rendah dibanding Provinsi Maluku, sehingga dapat dikatakan sumber daya
manusia di Provinsi Maluku lebih baik dibanding Provinsi Maluku Utara.
Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa hasil lebih baik yang didapat oleh Provinsi Maluku Utara pada saat perbandingan
jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduk secara keseluruhan ternyata hanya bersifat luarnya saja. Akan tetapi bila
dilihat lebih jauh lagi akan terlihat variabel-variabel pengaruh tingkat kemiskinan yang nilainya lebih rendah dari yang digunakan
atau dimiliki oleh Provinsi Maluku. Apabila Provinsi Maluku Utara menggunakan nilai dan standar yang sama bukan tidak mungkin
jumlah penduduk miskinnya lebih tinggi dari Provinsi Maluku. Pada periode 2007-2009 wilayah yang mempunyai tingkat
kesenjangan kemiskinan paling rendah adalah Nusa Tenggara, di mana tingkat kesenjangannya hanya sebesar 0,0001182. Hal ini
menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam perbandingan jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduk keseluruhan antara 2
commit to user 115
dua provinsi yang masuk dalam wilayah Nusa Tenggara, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13 Perbandingan Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Provinsi NTB dan NTT Provinsi
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Miskin
Rata-Rata Penduduk
Rata-Rata Penduduk
Miskin Perban-
dingan
2007 2008
2009 2007
2008 2009
1
2 3
4
5 6
7 8
9 10
NTB 4,292.5
4,363.8 4,434.0
1,118.6 1,080.6
1,050.9 4,363.43
1,083.37 4,01 : 1
NTT 4,448.9
4,534.3 4,619.7
1,163.6 1,098.3
1,031.1 4,534.30
1,091.67 4,15 : 1
Sumber: BPS. 2010. Statistik Indonesia 2009, data diolah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat rata-rata jumlah penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat selama kurun waktu 2007-
2009 adalah 4363,43 ribu jiwa, sedangkan rata-rata penduduk miskinya 1083,37 ribu jiwa, sehingga besarnya perbandingan jumlah
seluruh penduduk dengan jumlah penduduk miskin adalah 4,01 : 1. Sementara itu rata-rata jumlah penduduk Provinsi Nusa Tenggara
Timur dalam kurun waktu yang sama adalah 4534,30 ribu jiwa, sedangkan rata-rata penduduk miskinnya 1091,67 ribu jiwa,
sehingga besarnya perbandingan jumlah seluruh penduduk dengan jumlah penduduk miskin adalah 4,15 : 1. Dengan demikian terlihat
perbandingan antara jumlah penduduk secara keseluruhan dengan jumlah penduduk miskin yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara
Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak jauh berbeda atau dengan kata lain tidak terjadi ketimpangan. Namun hal ini masih
harus dikuatkan dengan melihat perbandingan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan seperti beriku
commit to user 116
Tabel 4.14 Perbandingan Variabel Penentu Kemiskinan Provinsi NTT dan NTB
Provinsi Tahun
Garis Kemiskinan PDRB per
Kapita AMH
Pengang- guran
UMP Perkotaan
Pedesaan 1
2 3
4 5
6 7
8
Nusa Tenggara
Barat 2007
165,797 135,072
3,813.45 79.75
3.15 645,000
2008 193,241
148,998 3,849.82
79.85 2.85
730,000 2009
213,450 164,526
4,500.73 80.18
2.96 860,000
Rerata 190,829
149,532 4,054.66
79.93 2.99
745,000 Nusa
Tenggara Timur
2007 177,916
118,537 2,450.58
87.25 1.75
600,000 2008
199,006 126,746
2,520.00 87.66
1.78 650,000
2009 218,796
142,478 2,687.60
87.96 1.94
725,000 Rerata
198,573 129,254
2,552.73 87.62
1.82 658,333
Sumber: BPS. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa besarnya garis kemiskinan antara Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Provinsi
Nusa Tenggara Timur, apabila di wilayah perkotaan garis kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Timur lebih besar maka di
wilayah pedesaan terjadi hal yang sebaliknya, di mana garis kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Barat lebih besar. Apabila
dilihat rerata PDRB per kapitanya maka Provinsi Nusa Tenggara Barat jauh lebih tinggi dibanding Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menurut teori hal ini seharusnya membuat tingkat kemiskinan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat lebih kecil. Namun bila kita
melihat tingkat penganggurannya maka jumlah pengangguran di Provinsi Nusa Tenggara Timur lebih besar, kemungkinan hal inilah
yang menyebabkan tingkat kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Barat hampir sama dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Besarnya
angka kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat kemungkinan disumbangkan oleh tingginya tingkat pengangguran. Hal ini sesuai
commit to user 117
dengan apa yang dikemukakan oleh Sadono 1994, yang menyatakan bahwa dampak buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai. Sedangkan tingkat kemiskinan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur kemungkinan disebabkan oleh rendahnya Upah Minimum Provinsi UMP yang berlaku.
Rendahnya tingkat upah minimum yang diterima oleh masyarakat pada akhirnya akan membuat pengeluaran dan
sa ving
yang dilakukan juga akan kecil. Rendahnya pendapatan yang diterima
juga akan membuat masyarakat kurang mementingkan masalah pendidikan yang terbukti dengan rendahnya Angka Melek Huruf
AMH di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan rendahnya tingkat pendidikan maka ketrampilan yang dimiliki pun juga akan terbatas,
sehingga produktifitas dan upah yang akan mereka terima juga akan rendah. Tingkat produktifitas yang rendah selanjutnya akan
membuat PDRB per kapita juga rendah. Permasalahan ini akan terus berulang seperti teori lingkaran kemiskinan yang telah dijelaskan
sebelumnya.
c. Analisis Konsentrasi Spasial Kemiskinan antar Pulau