Ardyanto Fitrady Penelitian Terdahulu

commit to user 49 memiliki tingkat kesenjangan antar pulau tertinggi adalah Pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena terdapat konsentrasi jumlah penduduk miskin terbanyak mencapai 22.468 ribu jiwa pada tahun 2000 dan mengalami penurunan, sehingga pada tahun 2004 sebanyak 19.704,4 ribu jiwa. Terjadinya konsentrasi jumlah penduduk miskin terbanyak dikarenakan kepadatan jumlah penduduk di Jawa mencapai 1009 jiwakm 2 dan ditambah lagi Pulau Jawa merupakan pusat dari kegiatan perekonomian di Indonesia. Sedangkan pulau yang miliki tingkat kesenjangan terendah adalah Pulau Kalimantan karena konsentrasi jumlah penduduk miskinnya paling kecil yaitu sebanyak 2.087,6 ribu jiwa pada tahun 2000 dan mengalami penurunan, sehingga pada tahun 2004 sebanyak 1.301,5 bila dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Di Pulau Kalimantan terdapat konsentrasi penduduk miskin terkecil dikarenakan mempunyai kepadatan penduduk terendah sekitar 21 jiwakm 2 dan ditambah mempunyai tingkat PDRB per kapita terbesar dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. c. Kesenjangan antar pulau mendominasi kesenjangan total Indonesia. Kesenjangan antar pulau menyumbangkan rata-rata lebih dari 99 selama periode yang diamati.

5. Ardyanto Fitrady

Dalam penelitiannya Ardyanto 2003 mengambil judul “Analisis Konsentrasi Spasial Kemiskinan di Jawa”. Dalam tulisannya peneliti berusaha mengukur sejauh mana konsentrasi spasial kemiskinan commit to user 50 dapat dijelaskan oleh dimensi ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan demografi wilayah yang bersangkutan. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya fakta bahwa kemiskinan lebih terkonsentrasi pusat-pusat kota- kota besar dan beberapa wilayah pedesaan dan adanya kesenjangan tingkat kemiskinan yang sangat besar. Pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin menjadi 17,9 atau sekitar 37,7 juta jiwa yang sebagian besar berada di daerah pedesaan dengan distribusi 14,3 di perkotaan dan 20,5 di pedesaan. Dari seluruh penduduk miskin di Indonesia, 58,1 penduduk miskin ini berada di wilayah Jawa-Bali. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Terjadi kesenjangan konsentrasi spasial kemiskinan yang semakin tinggi di Jawa antara sebelum krisis 1996 dan sesudah krisis 1998. b. Kesenjangan tingkat kemiskinan di Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan di luar Jawa. c. Masuknya suatu wilayah dalam suatu kategori tingkat kemiskinan tinggi, sedang atau rendah dipengaruhi secara signifikan oleh dimensi-dimensi ekonomi, pendidikan, kesehatan dan demografi. d. Perbedaan tingkat kemiskinan kategorikal lebih dipengaruhi oleh variabel-variabel dalam kualitas hidup dan demografi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, baik data runtut waktu time-series , tahun 1996 dan 1999, maupun data kerat lintang cross-section antar kabupaten di pulau Sumatera, Jawa, commit to user 51 Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya, yang bersumber pada Indonesia Huma n Development Report 2001, BPS dan UNDP tahun 2001. Analisis Indeks Entropi Theil dan model diskriminan digunakan untuk menguji keempat hipotesis diatas. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah dikemukakan oleh penulis, terjadi kesenjangan yang semakin tinggi di Jawa antara sebelum krisis 1996 dan sesudah krisis 1998 dibuktikan dengan perhitungan indeks theil total sebesar 0.3345 dengan indeks kesenjangan dalam provinsi sebesar 0.1989 dan indeks kesenjangan antar provinsi 0.1357. Berdasarkan nilai kedua indeks tersebut disimpulkan bahwa kesenjangan spasial di Jawa pada tahun 1996 lebih banyak disebabkan oleh kesenjangan dalam satu provinsi 59,46. Hasil ini mengindikasikan konsentrasi kemiskinan spasial terjadi di wilayah kabupaten dan kota sehingga terjadi kesenjangan antar kabupatenkota yang lebih besar dibandingkan kesenjangan antar provinsi di Jawa.

C. Kerangka Pemikiran