4.1.3 Hasil Penelitian pada Buyung Besar
Buyung Besar menceritakan kehidupan sepasang suami istri yang hidup rukun dan damai. Mereka mempunyai anak laki laki yang diberinama Buyung Besar BB.
Pertumbuhan badan BB yang sedemikian pesat membuatnya berbeda dengan anak-anak lainnya. Kerumitan yang dihadapi oleh kedua orang tuanya sehubungan dengan perangai S i
BB menyebabkan orang tuanya bingung. Kebingungan ini menyebabkan mereka memutuskan untuk menyerahkan pendidikan anaknya kepada yang lebih dianggap mereka
lebih bijaksana; yaitu Datuk Pengulu.
Selama bertahun-tahun dididik dan dilatih oleh Datuk Pengulu tanpa dikenai bayaran, BB besar tidak bisa menolak kenginan Datuk Pengulu untuk meminta istri BB
menjadi istrinya. Namun kenyataan berkata lain, Datuk Penggulu secara ghaib tidak bisa mengucap ijab kabul pernikahan. Menyadari kesalahannya kepada BB, akhirnya Datuk
Pengulu meminta maaf kepada BB dan mengembalikan istrinya. Akhir cerita Si anak yang berjiwa sosial dan tabah hati itu menemukan
kebahagiaan. Cerita ini selain mempunyai nilai-nilai sosiologis juga memiliki nilai-nilai pengajaran.
4.1.3.1 Klasifikasi dan Frekuensi Pemakaian Proyeksi pada Buyung Besar
Cerita rakyat yang berjudul Buyung Besar apabila diamati dari kapasitas kata-kata wording capacity tidak begitu banyak berbeda dengan dua judul cerita lain. Namun
secara data proyeksi yang ditemukan, ia menempati urutan pertama; yaitu sebanyak 112 unit proyeksi. Berikut ini adalah analisis terhapat cerita BB yang dimulai dengan
pengklasifikasian dan perhitungan jumlah data proyeksi.
Tabel 4.7: Klasifikasi dan Frekuensi Pemakaian Proyeksi pad
a ‘Buyung Besar’
No Unit
Jenis Proyeksi dan Notasi
Jumlah
1. “Tidak ada paksa dicari-cari. Ada paksa
dibuang- buang,” itulah syair yang
dinyanyikan Buyung Besar sembari nenetak- netakkan kapaknya ke pohon
Lokusi Hipotaksis “α β
1
2. “Buyung, setiap kau di atas pohon, ayah
dengar kau menyanyikan: tidak ada paksa dicari-cari, ada paksa dibuang-buang. Apa
artinya nyanyianmu itu?,” tanya ayahnya suatu hari.
Lokusi Parataksis
“1 2 1
3. “Tolonglah bimbing anak hamba ini, Datuk,”
kata ayahnya dengan penuh pengharapan. Lokusi Parataksis
“1 2
1
4. “Tapi, Datuk ....,”
Lokusi Parataksis “1 2
1
5. “Masalah biaya tak usah kau pikirkan,”
Lokusi Parataksis “1 2
1
6. “Jangan ada yang berani membantah. Ayo ....
layarkan perahu ini ke sana” Lokusi Parataksis
“1 2
1
7. “Haa,” raja terkejut mendengarnya.
Lokusi Parataksis “1 2
1
8. “Bapak penjaga istana, saya Buyung Besar
datang dari daratan. Maksud singgah ke kerajaan ini untuk mencari kapak saya yang
terjatuh ke dasar laut,” ujar Buyung Besar memperkenalkan diri kepada penjaga pintu
gerbang kerajaan. Lokusi Parataksis
“1 2
1
9. “Barangkali ini hukuman Tuhan kepada
Datuk yang telah merebut istri orang”, kata seorang pria tua kepada orang yang
disebelahnya. Lokusi Parataksis
“1 2
1
10. “Saya tahu itu. Lupakan sajalah. Yang
penting sekarang
kau tolong
Datuk Penghulu”, kata Tuan Kadhi.
Lokusi Parataksis “1 2
1
4.1.3.2 Distribusi Proyeksi pada Buyung Besar
Dari penelaahan yang telah dilakukan dapat diketahui ada 112 unit proyeksi yang ditemukan dalam
cerita rakyat Melayu yang berjudul ‘Buyung Besar. Adapun penyebarannya sebagai berikut: proyeksi Lokusi Parataksis berjumlah 111; proyeksi
Lokusi Hipotaksis ada 1 unit; proyeksi Ide Parataksis dan proyeksi Ide Hipotaksis tidak ada. Pendistribusian proyeksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Proyeksi Berdasarkan Jenis pada ‘Buyung Besar’
Judul Jenis Proyeksi
Jumlah Lokusi
Parataksis Lokusi
Hipotaksis Ide
Parataksis Ide
Hipotaksi Buyung Besar
111 1
112
4.1.3.3 P roporsi Jenis Proyeksi pada ‘Buyung Besar’