Proyeksi Lokusi Hipotaksis dan Ide Hipotaksis

Tone “tail”: continued fall c “12 ‘Caesar’ Said Brutus ‘was ambitious’ “1 2 Tone 4 “tail”: continued fall-rise Tone 1 d “1 2 ‘Was Caesar ambitious?’ Asked Mark Antony “1 2 Tone 2 2 continued rise

2.7.2.2 Proyeksi Lokusi Hipotaksis dan Ide Hipotaksis

Proyeksi hipotaksis adalah proyeksi yang melaporkan report pengalaman linguistik seseorang. Proyeksi ini dikenal dengan kalimat tidak langsung indirect speech and thought Halliday, 2004:443. Selanjutnya Halliday mengatakan, ”Hypotaxis is the binding of elements of unequal status. The dominant element is free, but the dependent element is not ”. Hipotaksis adalah klausa-klausa terikat yang tidak memiliki status yang sama. Klausa dominan merupakan klausa bebas sedangkan klausa yang terikat tidak bisa berdiri sendiri Halliday, 2004:384. Proyeksi lokusi hipotaksis adalah proyeksi yang melaporkan pengalaman linguistik seseorang dengan klausa pemroyeksinya menggunakan proses verbal. Sedangkan proyeksi ide hipotaksis klausa pemroyeksinya menggunakan proses mental. Secara garis besar, jenis-jenis proyeksi dan notasi mereka dapat dilihat di bawah ini: 1. Proyeksi lokusi parataksis → 1 “2 2. Proyeksi lokusi hipotaksis → α “β 3. Proyeksi ide parataksis; → 1 ‘2 4. Proyeksi ide hipotaksis → α ‘β Ke empat jenis proyeksi di atas dapat digambarkan melalui tabel di bawah ini: Tabel 2.6: Jenis-jenis Proyeksi Diadaptasi dari Halliday 2004:444 Parataksis “langsung, dikutip” 1 2 Hipotaksis “taklangsung, dilaporkan” αβ Ide ‘ mental 1 ’2 Brutus berpikir, ‘Kaisar itu ambisius’ α’β Brutus berpikir bahwa Kaisar itu ambisius Lokusi “ Verbal 1 ”2 Brutus berkata, “ Kaisar itu ambisius” α “β Brutus berkata bahwa Kaisar itu ambisius Tingkat salingtergantungan antara klausa secara teknik disebut taksis. Dalam parataksis tingkat salingketergantungan mempunyai status yang setara equal status. Dengan kata lain, klausa elemen di klausa primer dan elemen di klausa sekunder memiliki status yang sama, klausa primer memulai kemudian klausa sekunder melanjutkan. Tidak seperti parataksis, kesalingtergantungan klausa pada hipotaksis memiliki status yang tidak setara unequal status; satu klausa dominan dan yang satunya lagi terikat Halliday, 2004:374-375.

2.8 Proyeksi vs Kalimat Langsung dan Tidak Langsung

Secara konseptual proyeksi setara dengan kalimat langsung dan tidak langsung. Dalam TLSF, parataksis setara dengan kalimat langsung, sedangkan hipotaksis setara dengan kalimat tidak langsung. Kalimat langsung dan tidak langsung sudah lebih dikenal secara umum di masyarakat dibandingkan dengan proyeksi yang ada dalam TLSF. Walaupun terdapat persamaan konsep antara proyeksi dan kalimat langsung dan tidak langsung, namun ada beberapa hal yang berbeda antara keduanya. Perbedaan- perbedaan itu adalah: 1. dalam proyeksi, kalimat langsung disebut parataksis dan kalimat tidak langsung disebut hipotaksis; 2. Dalam kalimat langsung dan tidak langsung tidak ada istilah ‘kalimat langsung ‘ide’ atau kalimat tidak langsung ‘lokusi’, tetapi dalam proyeksi ada istilah lokusi; yaitu jika proses yang digunakan dalam klausa pemroyeksi adalah proses verbal. Contoh : Ayah berkata , “anak laki- laki itu harus pemberani”; jika proses yang digunakan dalam klausa pemroyeksi adalah proses mental, ia disebut proyeksi ‘ide’. Contoh: Dia berfikir bahwa dia harus pergi sekarang. Ada 3 cara pengutipan dalam kalimat langsung http:yusbuset.wordpress.com20080122kalimat-langsung-dan-kalimat-tak-langsung : 1. Pengantar – Kutipan Contoh: 1 Ibu bertanya kepadaku, “Mengapa kamu tidak belajar malam ini?” 2 Ayah berkata kepada orang itu,” Sebaiknya kamu segera pergi dari sini.” 2. Kutipan – Pengantar Contoh: 1 “Siapa namamu?” Tanya ayah kepada temanku. 2 “Sebaiknya kita segera meninggalkan tempat ini.” Kataku kepada mereka 3. Kutipan – Pengantar – Kutipan Contoh: 1 “Kamu harus belajarlah yang rajin.” Kata Ibu kepadaku,”Agar kamu lulus ujian.” 2 “Apakah kalian mendengar bunyi ‘kring-kring’ tadi? tanya ayah kepada kami,”Sangat menakutkan” Dari contoh- contoh di atas, istilah ‘kutipan’ dan ‘pengantar’ pada kalimat langsung disebut dengan ‘klausa pemroyeksi’ dan klausa yang diproyeksi terproyeksi pada proyeksi.

2.9 Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan Teori Linguistik Sistemik Fungsional cukup banyak. Dalam sub- bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian yang terdiri atas dua jenis. Pertama, penelitian yang menggunakan TLSF namun menganalis kohesi, fungsi ideasional, dan fungsi tektual. Kedua, penelitian yang menggunakan proyeksi dan makna logis.

2.9.1 Kohesi pada Cerita Rakyat Melayu Serdang Irfani, 2002