yang  ada  kemudian  berangsur  diselesaikan  dan  ditemukan  jalan  keluarnya  inilah  yang disebut  resolusi.  Evaluasi  ialah  suatu  aksi  yang  berlangsung  dengan  suspensi  yang
koinsiden  dengan  resolusi.  Kesuluruhan  struktur skematika  ini  ditutup  dengan  koda  yang menyatakan  akhir  sebuah  cerita.  Unsur-unsur  yang  disebut  di  atas  berlangsung  secara
berurutan  chronological  order  yaitu  unsur  yang  satu  direalisasikan  oleh  unsur  yang lainnya    dan  hadir  secara  berulang-ulang  n    sehingga  menjadi  struktur  skematika
narasi. Secara ringkas struktur skematika narasi adalah: orientasi  abstrak n  komplikasi
n  resolusi n  evaluasi  n  koda Sinar, 2003:70.
2. 7 Proyeksi
2.7.1 Pengertian Proyeksi
Halliday 2004: 441 memberikan pengertian proyeksi: Introduced  the  notion  of  projection,  the  logical-semantic  relationship  whereby  a
clause comes to  function not  as a direct  representation  of non-linguistic experience but as a representation of a linguistic representation.
Diperkenalkan  gagasan  tentang  proyeksi,  hubungan  semantik  logis  dalam  hal  ini sebuah klausa muncul berfungsi tidak sebagai representasi langsung dari pengalaman non-
linguistik tetapi sebagai sebuah representasi dari sebuah representasi linguistik. Dari  definisi  di  atas  dapat  diambil  kata  kunci  yaitu  proyeksi  adalah  sebuah
representasi  dari  representasi  linguistik.  Dapat  jelas  terlihat  bahwa  pelaku  yang  memiliki pengalaman linguistik di sini lebih dari satu orang; paling tidak ada dua orang; yaitu orang
pertama mempunyai pengalaman linguistik langsung Kemudian terkait dengan pengalaman linguistik  orang  pertama,  orang  kedua  merepresentasi  pengalaman  linguistiknya  caranya
sendiri.
Bloor    Bloor  1995:260  mengatakan  bahwa  proyeksi  mengungkapkan  suatu representasi ujaran speech atau pikiran thought daripada suatu representasi pengalaman
langsung:  proyeksi  ujaran  speech  atau  pikiran  thought  yang  langsung  atau  tidak langsung  masing-masing  disebut  parataksis  dan  hipotaksis.  Collerson  1994:107
mengatakan, dalam tulisan dan ujaran, seseorang mengutip apa yang telah dikatakan orang lain  dan  mengatakan  kembali  apa  yang  dikatakan  orang  tersebut,  menjadikan  pesan  itu
bagian dari pesan kita sendiri. Dengan demikian, kita memropeyeksikan pesan itu. Adapun  pengalaman  linguistik  yang  biasanya  menggunakan  proyeksi  adalah  :  1
laporan berita; 2 mempresentasikan kembali pandangan-pandangan dalam wacana ilmiah; 3  merekonstruksi  dialog  dalam  cerita  dan  membingkai  pertanyaan-pertanyaan  dalam
percakapan Halliday, 2004:443. Proyeksi  adalah  satu  dari  varian  klausa  kompleks  dalam  semantik  logika.  Varian
yang lainnya adalah ekspansi. Dua varian ini berbeda dalam membentuk klausa kompleks. Proyeksi  berhubungan  dengan  proses  verbal  lokusi  dan  mental  ide  dalam  membentuk
sebuah  klausa  kompleks.  Sedangkan  ekspansi  berhubungan  dengan  klausa  relasional Halliday, 2004:367
Klausa  kompleks  merupakan  satu-satunya  unit  gramatikal  tata  bahasa  yang dikenal dengan istilah klausa di atas klausa. Klausa kompleks ialah konstituen tata bahasa
yang  membedakannya  dari  kalimat  yang  merupakan  konstituen  tulisan  Halliday, 1985:193;  1994:216.  Thompson  1996:194  menyebutnya  dengan  istilah  kombinasi
klausa,  yaitu  kombisanasi  dua  klausa  atau  lebih  yang  membentuk  unit  yang  lebih  besar dengan  interdependensi  yang  ditandai  oleh  tanda  yang  eksplisit  seperti  konjungsi.  Eggins
2004:137,  mengatakan  bahwa  klausa  kompleks  melibatkan  dua  klausa  yang  masing- masing klausa memiliki struktur konstituennya sendiri secara internal. Collerson 1994:95
memberi istilah klausa kompleks sebagai pesan kompleks complex message, memperluas pesan dasar dengan meletakkan lebih dari satu klausa dalam satu kalimat.
Dari beberapa pengertian klausa kompleks di atas dapat disimpulkan bahwa klausa kompleks adalah gabungan dua klausa atau lebih nexus dalam satu kalimat. Klausa-klausa
yang  membentuk  sebuah  neksus  adalah  primer  dan  sekunder.  Klausa  yang  primer merupakan klausa awal dalam sebuah  neksus parataksis, dan klausa  yang dominan dalam
sebuah  hipotaksis;  klausa  sekunder  adalah  klausa  yang  melanjutkan  dalam  sebuah hipotaksis Halliday, 2004:376. Penjelasan tersebut tergambar pada Tabel  berikut ini:
Tabel 2.4 : Klausa-klausa Primer dan Sekunder dalam Klausa Nexus
Diadaptasi dari Halliday 2004:376 Primer
Sekunder
Parataksis 1 mulai
2 melanjutkan Hypotaksis
α
dominan
β
terikat
2.7.2 Jenis-jenis Proyeksi