Klasifikasi dan Frekuensi Pemakaian Proyeksi Pada ‘Legenda Pantai Cermin’

di kerajaannya yang dipimpin oleh pamanya sendiri, Kemala Putri berhasil melarikan diri ke hutan sedangkan ayahnya ditawan oleh pemberontak itu. Di tengah hutan, Kemala Putri dijumpai oleh seorang peri untuk dijadikan ratu para peri di Kerajaan Langit. Setelah menjadi ratu di Kerajaan tersebut, Kemala Putri kembali ke Kerajaan yang dipimpin oleh ayahdanya dahulu untuk mengambil kembali tahta yang direbut oleh pamanya. Dalam penyerangannya, Kemala Putri dibantu oleh lelaki perkasa yang bernama Marajaya. Marajaya adalah seorang anak desa yang dijadikan suami oleh Putri Merak Kayangan penguasa Istana Angkasa Raya. Sebelum itu dia sudah jatuh cinta kepada Kemala Putri. Oleh karena itu pada saat ayahda Kemala Putri memintanya untuk menjadi suami putrinya dia tidak menolak. Malapetaka datang karena ternyata Marajaya telah mengingkari janji pada istrinya yang pertama untuk kembali secepatnya ke Istana Angkasa Raya. Murka Sang Putri Merak Kayangan menyebabkan banjir besar dan menenggelamkan kerajaan. Tak satupun yang selamat kecuali Kemala Putri yang kembali menjadi Ratu para peri langit. Kerajaan yang tenggelam rata dengan air itu menyerupai sebuah pantai. Untuk mengenang kerajaan dan suaminya Kemala putri sering bercermin di pantai itu sehingga pantai itu sekarang dikenal dengan ‘Pantai Cermin’.

4.1.2.1 Klasifikasi dan Frekuensi Pemakaian Proyeksi Pada ‘Legenda Pantai Cermin’

Sebagaimana penelitian yang dilakukan pada cerita ‘Hikayat Ketapel Awang Bungsu’, penelitian pada cerita ‘Legenda Pantai Cermin’ juga dimulai dengan mengamati, membaca, memerikan dan mengelompokkan jenis-jenis proyeksi. Kegiatan tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Klasifikasi dan Frekuensi Pemakaian Proyeksi Pada ‘Legenda Pantai Cermin’ No. Unit Jenis Proyeksi dan Notasi Jumlah 1 “Penghulu Janggut Merah, apakah kabar yang selama ini beredar luas di Negeri ini, tentang seorang pemuda yang bernama Marajaya itu benar?” kata Datuk megawali pertemuan agung itu. Lokusi Parataksis “1 2 1 2 “Ampun junjungan hamba Datuk Indra Bestari yang mulia, apa yang Datuk maksudkan memang ada. Bahkan pemuda yang bernama Marajaya itu tidak jauh tinggalnya dari ibu kota,” jawab Penghulu Janggut Merah sambil menyembah. Lokusi Parataksis “1 2 3. “Baiklah kalau begitu, kita semua wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Barangkali pemuda inilah yang telah hadir dalam mimpi saya beberapa malam yang lalu. Dalam mimpi itu, saya mendapat petunjuk gaib, bahwa Negeri kita kelak akan menemui zaman kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. Negeri ini nanti diperintahkan oleh salah seorang dari keturunan rakyat jelata. Namun yang dimaksud petunjuk gaib itu Marajaya atau bukan, kita semua wajib mencari pemuda itu”. Lokusi Parataksis “1 2 1 4. “Bagaimana menurut pendapat adinda Indra Bongsu dalam persoalan ini?” Datuk tiba-tiba bertanya kepada adindanya. Lokusi Parataksis “1 2 1 5. “Maaf abangda yang mulia, adinda sebagai orang yang lebih muda hanya bisa mendukung apa yang menjadi keputusan rapat ini. Yang penting demi kejayaan kita bersama. Atau demi kemakmuran Air Hitam yang sama- sama kita cintai ini’, jawab Datuk Muda Indra Bongsu sambil menahan geram. Lokusi Parataksis “1 2 1 6. “Ampun beribu-ribu ampun ayahanda, apakah hamba dalam persoalan ini boleh ikut mengajukan saran dan usul?” tanya Kemala Putri yang sejak tadi hanya menunduk malu-malu. Lokusi Parataksis “1 2 1 7. “Ya, itulah hukum rimba. Siapa yang kuat pastilah yang berkuasa,” batin Marajaya lirih. Ide Parataksis ‘1 2 1 8. “Baiklah. Ayahnanda yang hamba hormati. Kabar tentang pemuda Marajaya dengan kepandaiannya berburu, itukan baru kabar burung. Kita semua yang ada di sini tentunya belum pernah berjumpa dengan pemuda itu. Memang pemuda yang perkasa seperti Marajaya keberadaannya untuk saat ini sangat diperlukan. Apalagi mimpi ayahanda sudah mengarah ke masa yang akan datang. Kalau memang benar Marajaya yang sesuai dengan mimpi ayahanda. Hamba pun ingin sekali berjumpa dengan pemuda itu. Daripada hamba dilamar banyak pendekar dari negeri seberang, bukankah akan lebih baik hamba bersuamikan pemuda negeri sendiri. Untuk itu, hamba punya usul, bagaimana kalau ayahanda mengadakan sayembara?” Kemala Putri mengajukan usul itu dengan rasa malu-malu. Lokusi Parataksis “1 2 1 9. “Sepertinya saran ananda bagus sekali. Tapi apa kira- kira yang akan kita sayembarakan?” tanya Datuk. Lokusi Parataksis “1 2 1 10. “Tuan jangan bercanda, mana mungkin itu Hamba manusia biasa. Hamba hanya orang kampung. Pekerjaan hamba hanya berburu. Mana mungkin bisa terbang. Hanya burunglah yang bisa terbang ke angkasa”. Lokusi Parataksis “1 2 1

4.1.2.2 Distribusi Proyeksi pada Legenda Pantai Cermin