BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kinerja Pengelola Obat
Kinerja pengelola obat merupakan hasil kerja sesuai dengan potensi yang dimiliki pengelola obat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
mengacu kepada tupoksi pengelola obat di Puskesmas Kota Medan, meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan penggunaan.
Hasil penelitian tentang kinerja pengelola obat puskesmas meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan penggunaan memiliki skor paling
tinggi adalah 17,21 perencanaan dan skor terendah 12,87 penggunaan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pengelola obat puskesmas belum optimal, karena dalam
hasil penelitian dijumpai yang paling sering dikerjakan pengelola obat hanya sebatas perencanaan. Manajemen Puskesmas perlu mengupayakan pembenahan tentang
kinerja pengelola obat puskesmas dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien dan hal ini sesuai dengan latar belakang penelitian yang diutarakan sebelumnya,
secara rinci kinerja pengelola obat sebagai berikut:
a. Hasil Wawancara tentang Perencanaan Obat
Kinerja pengelola obat berdasarkan perencanaan obat dengan kegiatan seleksi obat dan menentukan jumlah obat sesuai kebutuhan puskesmas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam hal perencanaan obat, mayoritas responden menjawab kadang-kadang dilakukan sebesar 66.7 menghitung kebutuhan jumlah obat
puskesmas, kemudian 56.4 tidak pernah dilakukan perencanaan sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
aturan yang telah ditetapkan, serta terdapat 48.7 tidak pernah menghitung penggunaan total jenis obat.
Proses perencanaan kebutuhan obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat di Puskesmas, sebab proses perencanaan obat bertujuan untuk mendapatkan jenis dan
jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari terjadinya kekosongan obat. Apabila kebutuhan obat di Puskesmas tidak direncanakan dengan
baik maka akan terjadi kekosongan atau kelebihan obat yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pengelola obat di Puskesmas
tentang perencanaan obat diketahui bahwa data yang digunakan sebagai data dasar untuk merencanakan kebutuhan obat Puskesmas adalah pemakaian obat tahun lalu,
perkiraan peningkatan jumlah pasien, jumlah penduduk, jumlah kunjungan Puskesmas, jenis kasus penyakit, stok obat yang ada, alokasi dana dan kebutuhan obat
riil. Mengenai keyakinan terhadap data yang diperoleh, pengelola obat mengungkapkan karena data berasal dari hasil pencatatan harian maka data tersebut
dapat diyakini. Disamping itu Puskesmas dituntut harus memiliki data yang valid dan reliabel dalam perencanaan kebutuhan obat, namun ada juga sebagian pengelola obat
merasa kurang yakin sepenuhnya terhadap data yang dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan Puskesmas tentang
perencanaan obat diketahui bahwa sebanyak 19 orang 48,7 responden kadang- kadang melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan
obat, sebanyak 27 orang 69,2 responden kadang-kadang melakukan perhitungan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan obat baik berdasarkan jumlah dan jenis, dan sebanyak 26 orang 66,7 responden sering menyusun daftar stok obat puskesmas Lampiran 3.
Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengelola obat belum sepenuhnya melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai pengelola obat, hal ini
dapat diketahui berdasarkan jawaban kepala Puskesmas tentang kinerja pengelola obat dalam kegiatan perencanaan obat di Puskesmas mayoritas dengan jawaban
sering dilakukan.
b. Hasil Wawancara tentang Pengadaan Obat