100,0 responden menyatakan pengobatan gratis Puskesmas membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan Lampiran 4.
c. Motivasi Intrinsik Indikator Pengakuan Orang Lain
Berdasarkan skor rata-rata tentang motivasi intrinsik indikator pengakuan orang lain, sebesar 59,0 merupakan urutan tertinggi mengatakan tidak setuju, dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi yang dibebankan puskesmas dalam surat keputusan pengangkatan sebagai pengelola obat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
pengelola obat di Puskesmas sebagian besar kurang diakui baik dari atasan dan rekan kerja, sehingga kurang termotivasi dengan baik dalam menyelesaikan pekerjaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola obat diketahui bahwa kinerja pengelola obat tidak ada evaluasi secara khusus dari manajemen Puskesmas.
Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, yang menyatakan bahwa petugas yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi
pekerjaan yang memungkinkannya menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Pengakuan
terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari kompensasi. Sejalan dengan pendapat Handoko
2001, yang mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar, dalam diri individu sudah ada suatu
dorongan untuk melakukan tindakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien diketahui bahwa sebanyak 7
orang 70,0 responden menyatakan kurang puas terhadap pelayanan pengobatan
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas, sebanyak 10 orang 100,0 responden menyatakan program pengobatan Puskesmas Gratis perlu dilanjutkan, sebanyak 6 orang 60,0 responden
menyatakan memanfaatkan Pengobatan Gratis Puskesmas, dan sebanyak 7 orang 70,0 responden menyatakan frekuensi pemanfaatan 1 Kali responden Medan
denai Lampiran 4.
d. Motivasi Intrinsik Indikator Pekerjaan itu Sendiri
Berdasarkan skor rata-rata tentang motivasi intrinsik indikator pekerjaan itu sendiri, sebesar 51,3 merupakan urutan tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengelola obat sebagian besar belum optimal dalam melaksanakan pengelolaan obat di Puskesmas, sehingga kurang tertarik atau kurang termotivasi dengan baik dalam
menyelesaikan pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola obat bahwa pelayanan obat
kepada pasien merupakan tupoksi pengelola obat, namun belum melaksanakan secara maksimal karena pengelolaan obat bukan merupakan tantangan bagi petugas
pengelola obat dalam bekerja sehari-hari sebagai pengelola obat dalam melayani pasien di Puskesmas. Penyebab lainnya menurut responden karena hari kerja petugas
6 hari dalam seminggu dan pengelolaan obat di Puskesmas ditangani 1 orang petugas. Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, yang
menyatakan bahwa pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah
mencapai sesuatu, tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi
Universitas Sumatera Utara
pegawai, merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi untuk berforma tinggi dan memerlukan pengukuhan reinforcement.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien diketahui bahwa sebanyak 4 orang 40,0 responden menyatakan jumlah obat yang dibutuhkan kurang tersedia,
sebanyak 5 orang 50,0 responden menyatakan jenis obat yang dibutuhkan kurang tersedia, dan sebanyak 4 orang 40,0 responden menyatakan pengelola obat kurang
peduli terhadap keluhan penyakit yang diderita pasien Lampiran 4.
e. Motivasi Intrinsik Indikator Kemungkinan Pengembangan