sebab timbulnya motivasi pengelola obat untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar.
Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa secara intrinsik atau internal setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui
sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab yang lebih besar yang berasal dari dalam diri
sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan. Menurut Depkes RI 2003, tupoksi berdasarkan pengelolaan obat publik dan
perbekalan di puskesmas merupakan pedoman umum untuk seluruh unit pelayanan puskesmas dan puskesmas pembantu di seluruh Indonesia, namun dalam
pelaksanannya di lapangan, setiap puskesmas dapat membuat tupoksi tersendiri dengan tetap berpedoman kepada pedoman umum yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien tentang tanggung jawab pengelola obat dalam melayani pasien diketahui bahwa sebanyak 7 orang 70,0
responden menyatakan Puskesmas jarang tepat waktu dalam membuka pelayanan obat, dan sebanyak 9 orang 90,0 responden menyatakan Puskesmas tepat waktu
dalam menutup pelayanan, dan sebanyak 4 orang 40,0 responden menyatakan jumlah obat yang dibutuhkan kurang tersedia Lampiran 4.
b. Motivasi Intrinsik Indikator Prestasi
Berdasarkan skor rata-rata tentang motivasi intrinsik indikator prestasi yang diraih, sebesar 56,4 tidak setuju berada pada urutan pertama yang tertinggi dalam
melaksanakan pengelolaan obat, hasil kerja pengelola obat tetap diperhatikan oleh
Universitas Sumatera Utara
atasan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelola obat puskesmas sebagian besar kurang setuju mengenai hasil pengelolaan obat tetap di perhatikan oleh atasan dalam
melaksanakan pengelola obat puskesmas, mereka termotivasi bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar semata.
Hasil wawancara terdapat 53,8 tidak setuju kenaikan jabatan pangkat memengaruhi semangat saya dalam bekerja. Pengelola obat puskesmas menjelaskan
bahwa pengelolaan obat di Puskemas merupakan tupoksi dan tanggung jawab mereka yang harus dilakukan, namun belum dilaksanakan secara maksimal dengan alasan
bahwa walaupun pengelolaan obat di Puskesmas dilaksanakan dengan baik, hal tersebut tidak berpengaruh terhadap prestasi kerja, seperti kenaikan pangkat dan
mutasi, sehingga pengelola obat merasa tidak termotivasi untuk melaksanakan pengelolaan obat dengan baik dan tidak ada aturan yang baku bagi pengelola obat
untuk mengatur promosi jabatan berdasarkan prestasi. Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan
bahwa setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan
untuk melakukan tugas-tugas berikutnya. Demikian juga dengan teori David C McClelland dalam Handoko 2001, tentang motivasi berprestasi, adanya motivasi
berprestasi yang tinggi akan berhubungan dengan peningkatan kinerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien diketahui bahwa sebanyak 6
orang 60,0 responden menyatakan penyakit yang diderita setelah berobat tidak sembuh karena obatnya jenisnya sama setiap berobat, namun sebanyak 10 orang
Universitas Sumatera Utara
100,0 responden menyatakan pengobatan gratis Puskesmas membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan Lampiran 4.
c. Motivasi Intrinsik Indikator Pengakuan Orang Lain