Hasil Wawancara tentang Penggunaan Obat Motivasi Intrinsik Indikator Tanggung Jawab

d. Hasil Wawancara tentang Penggunaan Obat

Kinerja pengelola obat berdasarkan penggunaan obat dengan kegiatan penerimaan resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien diketahui bahwa dalam hal penggunaan obat seluruh responden menjawab kadang-kadang melakukan kegiatan penyediaan dan penyimpanan sesuai dengan tupoksi pengelola obat. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pengelola obat di Puskesmas tentang penggunaan obat dengan penerimaan resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien diketahui bahwa penggunaan obat berkaitan dengan peresepan yang rasional dan pelayanan obat, peresepan yang rasional apabila diagnosis yang ditegakkan sesuai dengan kondisi pasien memilih obat yang paling tepat dari berbagai alternatif obat yang ada dan merespon obat dengan dosis yang cukup dan berpedoman pada standar yang berlaku atau ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan Puskesmas tentang penggunaan obat dengan penerimaan resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien diketahui bahwa pengelola obat sudah mengikuti tupoksi namun belum maksimal, hal ini terkait dengan jawaban Kepala Puskesmas tentang kegiatan penggunaan obat mayoritas pada jawaban kadang-kadang dilakukan Lampiran 3. 5.2 Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja Pengelola Obat di Puskesmas Kota Medan Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada pengaruh variabel motivasi, yaitu motivasi intrinsik dengan indikator tanggung jawab, prestasi, pengakuan orang Universitas Sumatera Utara lain, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan pengembangan dan kemajuan. Berdasarkan hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda diketahui bahwa variabel motivasi intrinsik berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengelola obat di Puskesmas Kota Medan., dengan pembahasan sebagai berikut:

a. Motivasi Intrinsik Indikator Tanggung Jawab

Berdasarkan skor rata-rata tentang motivasi intrinsik, indikator tanggung jawab merupakan urutan pertama skor paling tinggi, yaitu sebesar 61,5 mengatakan bertanggung jawab tentang menyusun laporan pengelolaan obat puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa pengelola obat termotivasi melaksanakan pelayanan obat kepada pasien hanya sebatas tanggung jawab dan kurang mempertimbangkan hasil pekerjaan. Hasil wawancara kepada pengelola obat bahwa mereka mengetahui pengelolaan obat merupakan tanggung jawab mereka, namun pengimplementasiannya belum sepenuhnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal lain yang turut menyebabkan pengelola obat kurang termotivasi secara intrinsik dalam bekerja adalah terkait dengan umur pengelola obat, sebanyak 43,6, berumur 18-25 tahun dewasa muda dan masa kerja 1-5 tahun. Menurut Maslow dalam Gibson et.al. 1996, hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas manusia bekerja adalah disebabkan adanya kebutuhan yang relatif tidak terpenuhi yang disebabkan adanya faktor keterbatasan manusia itu sendiri, untuk memenuhi kebutuhannya tersebut manusia bekerja sama dengan orang lain dengan memasuki suatu organisasi. Hal ini yang menjadi dasar sebagai salah satu Universitas Sumatera Utara sebab timbulnya motivasi pengelola obat untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa secara intrinsik atau internal setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab yang lebih besar yang berasal dari dalam diri sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan. Menurut Depkes RI 2003, tupoksi berdasarkan pengelolaan obat publik dan perbekalan di puskesmas merupakan pedoman umum untuk seluruh unit pelayanan puskesmas dan puskesmas pembantu di seluruh Indonesia, namun dalam pelaksanannya di lapangan, setiap puskesmas dapat membuat tupoksi tersendiri dengan tetap berpedoman kepada pedoman umum yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien tentang tanggung jawab pengelola obat dalam melayani pasien diketahui bahwa sebanyak 7 orang 70,0 responden menyatakan Puskesmas jarang tepat waktu dalam membuka pelayanan obat, dan sebanyak 9 orang 90,0 responden menyatakan Puskesmas tepat waktu dalam menutup pelayanan, dan sebanyak 4 orang 40,0 responden menyatakan jumlah obat yang dibutuhkan kurang tersedia Lampiran 4.

b. Motivasi Intrinsik Indikator Prestasi