Analisis Isi Buku Teks IPA SMP Kurikulum 2013, Buku KTSP dan Buku Kurikulum Singapura Lower Secondary Science Matters Textbook pada Materi Ekosistem Berdasarkan Literasi Sains PISA

(1)

ANALISIS ISI BUKU TEKS IPA SMP KURIKULUM 2013, BUKU KTSP

DAN BUKU KURIKULUM SINGAPURA LOWER SECONDARY SCIENCE

MATTERS TEXTBOOK PADA MATERI EKOSISTEM BERDASARKAN LITERASI SAINS PISA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Syarat untukMendapat Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Serlin Nur Hidayati NIM 1111016100048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH

JAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Serlin Nur Hidayati 1111016100048. Analisis Isi Buku Teks IPA SMP Kurikulum 2013, Buku KTSP dan Buku Kurikulum Singapura Lower Secondary Science Matters Textbookpada Materi Ekosistem Berdasarkan Literasi Sains PISA. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi literasi sains padabuku ajar IPA tingkat SMP kelas VII materi ekosistem berdasarkan kategori dalam

Programme for International Student Asessment (PISA). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sampel diambil berdasarkan teknik multistage sampling dan purposive sampling. Kode buku A merupakan

Lower Secondary Science Matter Textbook asal Singapura, kode buku B merupakan Kurikulum 2013, kode buku C merupakan Kurikulum KTSP. Instrumen yang digunakan untuk menganalisis buku ajar IPA adalah lembar observasi berisi kategori literasi sains yang diadopsi dari kategori penilaian PISA 2012. Kategori literasi sains yang terdapat dalam PISA meliputidomain pengetahuan berisi penyelidikan ilmiah dan penjelasan ilmiah, domain konteks berisi konteks pribadi, sosial dan global, serta domain proses berisi identifikasi isu-isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan fakta-fakta ilmiah. Tingkat reliabilitas didapatkan dari hasil perhitungan kesepakatan antara pengamat I, pengamat II dan pengamat III untuk kemudian ditentukan koefisien kesepakatan (KK). Hasil analisis menunjukkankeunggulan pada buku Singapura dalam penyajian fakta (49,11%) dan menghasilkan pengetahuan baru (34,91%). Buku kurikulum 2013 unggul pada kategori formasi yang menyajikan gambar (30,08%). Buku KTSP unggul pada kategori tipe data yang menyajikan teori sebesar (30,7%).


(6)

ii

ABSTRACT

Serlin Nur Hidayati 1111016100048. Analysis Content of Lower Secondary Science Textbook Curriculum 2013, KTSP Curriculum Books and Singapore Curriculum Book Lower Secondary Science Matters Textbook Subject Ecosystem in Terms of Scientific Literacy PISA. BA Thesis, Bsiology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatulah State Islamic University Jakarta.

This study aimed to obtain an information of scientific literacy contained in the lower secondary science textbook grade VII subject ecosystem based on PISA studies. This studyemployed a qualitative descriptive research method. Samples were taken based on multistage sampling and purposive sampling. Book code ‘A’indicated a Singapore-based textbook, then book code ‘B’indicated curriculum 2013 book, and the lastis book code‘C’ symbolizedwith KTSP curriculum book. The instrument involved to analyzeis observation sheet that provides scientific literacy fromProgramme for International Student Assessment (PISA2012). Domain of scientific literacy included knowledge domain that provides scientific inquiry and scientific explanations, context domain contained personal, social and global, process domain contained identifying scientific issues, explaining phenomena scientifically, and use scientific facts. The reliability from the results are obtained by a calculation agreement between observer I, observer II and observer III then determined with coefficientobserver’s agreement(KK). The results of analysis indicated Singapore books are superior in presentation of the facts (49,11%) and generates new knowledge (34,91%). 2013 curriculum books are greater in formation category which presents the image (30,08%). KTSP curriculum booksare higher in category of data types that present theories (30,7%).Content of Singapore lower secondary science matter textbook has various presentation of scientific literacy.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Isi Buku Teks IPA SMP Kurikulum 2013, Buku KTSP dan Buku Singapura Lower Secondary Science Matters TextbookKelas VII pada Materi Ekosistem Berdasarkan Literasi Sains PISA”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam yang telah membawa kita dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang yaitu Islam.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. M. A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susannti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Yuke

Mardiati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar, tulus, dan ikhlas telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis selama menempuh pendidikan di bangku kuliah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. 5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang terus memberikan dukungan, motivasi

dan do’a untuk penulis. Serta seluruh keluarga besar yang selalu memotivasi penulis untuk penyelesaian studi.

6. Seluruh Sahabat-sahabat Jurusan Pendidikan IPA angkatan 2011, Khususnya Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan banyak


(8)

iv

pengalaman dan berbagi ilmu. Serta teman-teman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) yang selalu mendukung satu sama lain. Semoga ilmu yang telah kita dapatkan selama bangku kuliah dapat bermanfaat untuk kita semua. 7. Teman-teman kost Bapak Sahoni yang selalu berbagi suka maupun duka

selalu bersama.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan dan do’a yang diberikan untuk penulis.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Khususnya untuk penulis sendiri serta para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Waramatullah Wabarakatuh.

Jakarta, September 2016


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Buku Teks ... 9

a. Pengertian Buku Teks ... 9

b. Fungsi Buku Teks sebagai Sumber Belajar IPA ... 11

2. KTSP dan Kurikulum 2013 ... 15

3. Kurikulum Singapura ... 18

4. Ilmu Pengetahuan Alam (Ilmu Sains) ... 20

5. Literasi Sains ... 25

6. Tujuan Pendidikan Sains ... 29

7. Kajian Subjek Materi Ekosistem ... 31

8. Kajian Penelitian Relevan ... 34

9. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 38


(10)

vi

B. Prosedur Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen ... 42

1. Pedoman Observasi ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 43

1. Persiapan ... 42

2. Menentukan Validitas dan Reliabilitas ... 44

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Buku ... 45

B. Hasil Penelitian ... 47

1. Hasil Analisis Domain Pengetahuan ... 47

a. Hasil Analisis Penyelidikan Ilmiah ... 47

b. Hasil Analisis Penjelasan Ilmiah ... 56

2. Hasil AnalisisDomain Konteks... 70

a. Hasil Analisis Konteks Pribadi ... 70

b. Hasil Analisis Konteks Sosial ... 76

c. Hasil Analisis Konteks Global ... 84

3 Hasil Analisis Domain Proses ... 91

4 Pembahasan... 100

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengambilan Sampel Halaman ... 42

Tabel 4.1 Data Buku yang Diteliti ... 45

Tabel 4.2 Topik Buku dan PISA yang bersinergi ... 46

Tabel 4.3 Data Analisis Aspek Penyelidikan Ilmiah ... 48

Tabel 4.4 Data Analisis Aspek Penjelasan Ilmiah ... 56

Tabel 4.5 Data Analisis Konteks Pribadi ... 70

Tabel 4.6 Data Analisis Konteks Sosial ... 76

Tabel 4.7 Data Analisis Konteks Global ... 84


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 37

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 40

Gambar 3.2 Lembar Observasi Aspek Penyelidikan Ilmiah ... 43

Gambar 4.1 Data Analisis Aspek Penyelidikan Ilmiah Buku A ... 49

Gambar 4.2 Data Analisis Aspek Penyelidikan Ilmiah Buku B ... 52

Gambar 4.3 Data Analisis Aspek Penyelidikan Ilmiah Buku C ... 54

Gambar 4.4 Data Analisis Aspek Penjelasan Ilmiah Buku A ... 57

Gambar 4.5 Transfer Energi dalam Rantai Makanan ... 59

Gambar 4.6 Contoh-contoh Ekosistem Di Dunia ... 60

Gambar 4.7 Rantai Makanan ... 61

Gambar 4.8 Perubahan pada rantai makanan ... 61

Gambar 4.9 Data Analisis Aspek Penjelasan Ilmiah Buku B ... 64

Gambar 4.10 Pencemaran Lingkungan ... 66

Gambar 4.11 Penyebab Pemanasan Global ... 66

Gambar 4.12 Data analisis aspek penjelasan ilmiah buku C ... 67

Gambar 4.13 Aliran Energi pada Ekosistem ... 68

Gambar 4.14 Epifit ... 69

Gambar 4.15 Tumbuhan Tali Putri ... 69

Gambar 4.16 Data Analisis Konteks Pribadi Buku A ... 71

Gambar 4.17 Data Analisis Konteks Pribadi Buku B ... 73

Gambar 4.18 Urutan Proses Keruntuhan Wilkins Ice Shelf ... 74

Gambar 4.19 Data Analisis Konteks Pribadi Buku B ... 75

Gambar 4.20 Data Analisis Konteks Sosial Buku A... 78

Gambar 4.21 Dampak dari Pencemaran Air ... 79

Gambar 4.22 Data Analisis Konteks Sosial Buku B ... 80

Gambar 4.23 Pencemaran Udara ... 81

Gambar 4.24 Perubahan Iklim/Cuaca yang Makin Ekstrem ... 82

Gambar 4.25 Data Analisis Konteks Sosial Buku C ... 83


(13)

ix

Gambar 4.27 Data Analisis Konteks Global Buku A ... 86

Gambar 4.28 Interaksi dalam Ekosistem ... 87

Gambar 4.29 Dampak dari Penggunaan Lahan yang Berlebihan ... 88

Gambar 4.30 Data Analisis Konteks Global Buku B ... 89

Gambar 4.31 Bata Analisis Konteks Global Buku C ... 90

Gambar 4.32 Keanekaragaman dalam Ekosistem ... 91

Gambar 4.33 Data Analisis Domain Proses Buku A ... 93

Gambar 4.34 Data Analisis Domain Proses Buku B ... 96


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal PISA ... 116

Lampiran 2. Instrumen Penilaian Dimensi Literasi Sains ... 134

Lampiran 3. Kategori Literasi Sains Berdasarkan PISA 2012 ... 135

Lampiran 4. Tabel Kontingensi Kesepakatan Kode Buku A ... 138

Lampiran 5. Tabel Kontingensi Kesepakatan Kode Buku B ... 139

Lampiran 6 Tabel Kontingensi Kesepakatan Kode Buku C ... 140

Lampiran 7 Instrumen Hasil Analisis Buku A ... 141

Lampiran 8 Instrumen Hasil Analisis Buku B ... 151

Lampiran 9 Instrumen Hasil Analisis Buku C ... 158

Lampiran 10 Hasil Analisis Kode Buku A Pengamat I dan II ... 165

Lampiran 11 Hasil Analisis Kode Buku B Pengamat I dan II ... 186


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan alat ukur kemajuan suatu bangsa pada sebuah negara. Faktor pendukung suatu pendidikan terdiri atas kualitas guru sebagai pengajar, ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah, serta sumber belajar yang digunakan. Salah satu cara untuk mengukur kualitas sumber daya manusia dapat dilihat pada kemampuan peserta didik dalam menguasai matematika, sains, dan literasi (kemampuan membaca). Penilaian ketiga aspek tersebut dilakukan oleh

Programme for International Student Assesement (PISA) yang merupakan sebuah program penilaian internasional dan diikuti oleh negara-negara partisipan serta diperuntukkan bagi anak-anak usia 15 tahun. Penilaian yang dilakukan oleh PISA berfokus pada matematika, sains, dan kemampuan membaca yang tidak hanya memastikan pengetahuan peserta didik sebagai hasil belajar, tetapi juga memeriksa kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan di dalam dan luar lingkungan sekolah.1

Penilaian yang dilakukan oleh PISA berorientasi pada masa depan yaitu menguji kemampuan anak muda untuk menggunakan kemampuan dalam kurikulum sekolah.2 Survei yang dilakukan oleh Organization for Economic, Co-operation and Developement (OECD) membuktikan bahwa keterampilan peserta didik dalam menguasai ilmu pengetahuan tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar di masyarakat dan dunia kerja.3

Setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah ditetapkan untuk mengikuti studi PISA, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan

1

Organization for Economic, Co-operation and Development (OECD 2014), PISA 2012 Results Overview:What 15 Year Olds Know and What They Can Do with What They Know, (European Union Member State: OECD Publication, 2014), h.3

2

Indonesia PISA Center, Sekilas tentang PISA Diakses melalui http://indonesiapisacenter.com/ sek ilas-tentang-pisa

3


(16)

pengendalian mutu. Desain dan implementasi studi berada dalam tanggung jawab

konsorsium internasional yang beranggotakan the Australian Council for Educational Research (ACER), the Netherlands National Institute for Educational Measurement (Citogroep), the National Institute for Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.4

Hasil studi Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2012 menyatakan bahwa kemampuan sains siswa Indonesia masih rendah denganberada di urutan ke-64 dengan skor 382.5 Penentuan sampel dilakukan berdasarkan tiga strata, yaitu jenis sekolah (SMP/MTs/SMA/MA/MK), status sekolah (Negeri/Swasta), dan performance sekolah (Baik/Sedang/Kurang). Secara keseluruhan sebanyak 350 SMP/MTs/SMA/MA/SMK negeri dan swasta dengan kategori baik, sedang, dan kurang, terpilih sebagai sampel. Sekitar 8.000-10.000 siswa berpartisipasi di setiap tahun putaran studi.6Kemampuan siswa Indonesia umumnya hanya mampu memahami dimensi konten tetapi lemah pada dimensi konteks dan keterampilan proses.7

Indonesia bukan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berpartisipasi dalam program PISA. Negara Asia Tenggara lainnya yang juga turut berpartisipasi adalah Malaysia, Singapura dan Thailand. Pada penilaian PISA, Singapura berada di posisi pertamadari negara Asia Tenggara partisipan sementara di dunia Singapura menempati posisi ke-2 dengan skor 551.8 Hal ini menunjukkan bahwa literasi sains siswa Singapura lebih tinggi dari siswa Indonesia jika didasarkan pada penilaian PISA. Siswa yang cenderung berhasildalam pendidikan di Singapura sebagian besar menguasai komponen mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Matematika.9

4

Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, Survei Internasional PISA, h. 1. Diakses melalui http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa pada Juni 2016

5

OECD 2014, Op.Cit., h. 5

6

Litbang, Loc.Cit

7

Ekohariadi dalam Hila Lailatul. Q, Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi kelas XI Semester 1 Berdasarkan Literasi Sains, Jurnal Edusains Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, volume 7, nomor 01, 2015, h. 2

8

OECD 2014, Op.Cit., h. 5

9

Yun ke Chang, Nanyang Technological University. Journal of Information Literacy. 6 (2). Volume 6, 2012, h. 22


(17)

Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan konsep sains untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan fenomena ilmiah serta menggambarkan fenomena tersebut berdasarkan bukti-bukti ilmiah.10Kemampuan literasi sains merupakan kemampuan seorang peserta didik dalam penguasaan ilmu-ilmu pengetahuan dan sains pada suatu proses pembelajaran. Penilaian literasi sains PISA mengukur akumulasi antara dimensi konten, konteks dan proses. Buku teks pelajaran merupakan faktor penting di dalam pengembangan literasi sains dan menyediakan jalan untuk pembelajaran jangka panjang di dalam sains.

Pemerintah menetapkan buku teks pelajaran sebagai buku peserta didik yang layak digunakan dalam pembelajaran.11Standar nasional pendidikan memilih buku teks sebagai salah satu tolok ukur perencanaan pembelajaran di kelas. Materi di dalam buku teks adalah yang menentukan kualitas pembelajaran peserta didik dalam proses memahami dan mengkategorisasikan ide-ide.

Buku teks berperan sebagai sumber informasi pembelajaran dalam menambah wawasan peserta didik.12 Buku teks merupakan salah satu media pendidikan yang kedudukannya strategis dan turut memperbaiki mutu pendidikan, karena dapat berfungsi sebagai sumber belajar dan media yang sangat penting bagi tercapainya tujuan pembelajaran pada kompetensi nasional.13

Buku teks di Indonesia yang digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran di kelas dikelompokkan menjadi dua, yaitu buku teks wajib dan buku teks penunjang.Buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran di Indonesia yang digunakan pada satuan pendidikan dasar dan menengah dipilih dari buku-buku teks pelajaran yang telah ditetapkan oleh menteri berdasarkan rekomendasi

10

OECD dalam N. Maturradiyah dan A. Rusilawati, Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI Berdasarkan Muatan Literasi Sains di Kabupaten Tegal, UNNES Physics Education Journal, Vol. 4(1), 2015, h. 17

11

Permendikbud no 71 tahun 2013, Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional, 2013), h. 2

12

Puji Muljono, “Kegiatan Penilaian Buku Teks pelajaran pendidikan dasar dan menengah”,

Buletin BSNP, Vol II/No 1/Januari 2007, h. 14

13

Eva Banowati, Buku Teks dalam Pembelajaran Geografi di Kota Semarang, Jurnal Geografi UNNES, 2007, h. 147


(18)

penilaian kelayakan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).14 Buku teks wajib atau buku paket adalah buku teks pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah sebagai sumber belajar utama di kelas.Buku teks IPA yang telah diterbitkan dalam bentuk cetakan terjilid dan elektronik merupakan buku teks yang telah lolos uji kelayakan. Singapura menerbitkan beberapa jenis buku teks yang memiliki representasi bersahabat dengan pembaca.15Marshall Cavendish merupakan salah satu penerbit buku yang telah memenuhi kriteria standar perbukuan nasional Singapura.Buku teks IPA yang diterbitkan di Singapura meliputi buku teks (textbook), buku praktik (practical book) dan buku kerja (workbook).

Buku teks Singapura faktanya menampilkan desain yang jelas dengan sedikit teks tetapi tinggi dalam segi visual, pengorganisasian yang jelas dan sederhana, serta petunjuk presentasi yang jelas untuk digunakan peserta didik. Singapura mengadakan buku teks yang memiliki keunikan dengan menampilkan konten pengetahuan yang bersahabat dengan peserta didik dan mengajak peserta didik untuk memahami, membagi pengetahuan, mengaplikasikan, memecahkan masalah, merefleksikan diri dan mencari solusi. 16

Guru menggunakan paling sedikit satu buku teks di dalam proses pembelajaran pada setiap tingkatan pendidikan. Hasil penelitian di Amerika menyimpulkan bahwa 90% guru sains menggunakan satu buku teks saat mengajar.Pembelajaran di kelas memanfaatkan buku teks sebesar 75% sementara pekerjaan rumah melibatkan peran buku teks sebanyak 90%.17Sebagian besar guru di Indonesia menggunakan paling tidak satu buku teks untuk pembelajaran di kelas maupun memberi tugas dan pekerjaan rumah.Buku teks IPA sangat penting dalam

14

Permendiknas, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.2 Tahun 2005, (Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional, 2008), h. 2

15

Kursat, Ayhan, dkk., A Comparison of Mathematics Textbooks from Turkey, Singapore, and United States of America, Journal of Educational Consultancy and Research Center, Turki, vol 12(3), 2012, h. 2327

16

Ibid, h. 2327

17

Stake & Easley dalam Y.H Adisenjaja & O Romlah. 2007, “Analisis Buku Ajar Sains Berdasarkan Literasi Ilmiah Sebagai Dasar Untuk Memilih Buku Ajar Sains (Biologi)”, Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi di Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI, Bandung, 25-26 Mei 2007. h. 2


(19)

keberlangsungan proses pembelajaran, maka dari itu perlu diadakan pengembangan konsep dan ide-ide pada setiap konten sebagai usaha dalam meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik.

Keberadaan buku teks di sekolah berfungsi dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan.18 Guru memiliki peran yang sangat penting dalam memilih buku teks Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang layak dijadikan sebagai sumber pembelajaran di kelas, yaitu buku yang menampilkan isi (content), hakekat, dan metodologi sains. Peran guru dilakukan untuk menghindari penggunaan buku IPA yang ditulis secara “inhouse” tanpa memperhatikan prinsip-prinsip ilmiah dalam aspek pengembangan isi. Praktek inhouse akan mengikis integritas ilmiah dan isi sains karena para penulis buku cenderung tidak menjadi seorang ilmuwan dan teks yang ditulis tidak dibahas oleh komunitas ilmiah.

Guru di beberapa negara menggunakan buku teks sebagai sumber belajar berdasarkan standar kurikulum yang berlaku. Guru menggunakan buku teks IPA sebagai instruksi yang sifatnya manual atau sebagai standar buku dari berbagai ilmu pengetahuan.19 Kebanyakan isi buku teks di Indonesia merupakan versi singkat dari pengetahuan sains yang valid di waktu teertentu atau versi terbatas dari pandangan sains mutakhir.20 Buku teks sebagian besar hanya menekankan pada pengetahuan sains yang menyajikan konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori dan model. Buku ajar yang terdapat di Indonesia paling banyak memuat aspek konten dalam setiap materi pembahasan.21

Buku teks IPA yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ilmiah peserta didik harus menampilkan kajian visual yang memiliki sifat dinamis bukan hanya

18

Permendiknas, Op.Cit., h. 2

19

Kuechle dalam Ye Liang and William W. Cobern, Analysis of a Typical Chinese High School Biology Textbook Using the AAAS Textbook Standards, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 9(4), 2013, h. 10

20

Fatonah, Siti dan Prasetyo, Zuhdan K., Pembelajaran Sains, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), h. 15

21


(20)

kumpulan fakta-fakta dan istilah-istilah. Keterampilan proses sains harus digunakan dalam penyusunan buku teks untuk membangun dasar sains yang perlu dialami siswa. Siswa perlu mengalami sains dengan mengerjakan sains (learning science, learning about science, doing science).

Buku teks sains saat ini kurang memuat atau mengabaikan dua aspek penting dalam belajar sains, yaitu bidang psikologis dan penerapan konsep dalam kehidupan dan pengalaman siswa sehari-hari. Buku teks pada umumnya tidak membahas belajar sains yang bermakna. Banyak buku teks saat ini yang memberikan penekanan berlebihan pada produk fakta ilmiah dan formula matematis. Hubungan konsep-konsep sains dengan pengalaman atau fenomena alam sehari-hari tidak dapat menjelaskan atau menyelesaikan sesuai dengan konsep ilmiah.22

Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang berbeda antara Indonesia dan Singapura menyebabkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan melihat sumber belajar dari masing-masing negara. Analisis isi dilakukan untuk melihat isi pada buku IPA SMP yang digunakan oleh pendidikan di Indonesia dan Singapura dengan merujuk pada kategori literasi sains berdasarkan penilaian PISA. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik siswa untuk dapat bersikap ilmiah, namun bahan ajar dan ilmu pendidikan seharusnya mempromosikan pembangunan literasi sains.

Badan Standar Nasional Penilaian (BSNP) menilai buku dari empat komponen yaitu kelayakan isi/materi, kebahasaan, penyajian dan kegrafikan. Buku Kurikulum 2013 dan buku KTSP yang diterbitkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan merupakan buku yang telah lolos dinilai oleh BSNP berdasarkan butir-butir penilaian yang telah ditetapkan. Pada penilaian BSNP belum tertera aspek literasi sains sesuai butir dalam PISA. Guru berkewajiban untuk menyeleksi buku ajar sains yang dapat memaksimalkan pemahaman peserta didik terhadap sains sehingga dapat membuat peserta didik lebih sadar ilmiah.

22


(21)

Buku ajar digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi pada peserta didik. Buku teks harus memberikan representasi yang seimbang dari banyak aspek literasi sains. Selain reformasi ilmu (silabus dan kurikulum) serta guru, buku teks memegang peranan penting dalam pembangunan literasi sains peserta didik.Tujuan buku memuat literasi sains dalam isinya adalah agar peserta didik memiliki pertimbangan masa depan dan menarik minat untuk memilih jurusan sains di jenjang selanjutnya.Kefasihan penguasaan sains sangat diperlukan generasi muda di masa depan. Pengetahuan sains yang berasal dari proses pendidikan yang bermutu memiliki peran penting dalam dunia kerja, baik sebagai praktisi maupun peneliti.

B. Identifikasi Masalah

Masalah dari penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa skor sains siswa Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan perolehan siswa Singapura.

2. Buku teks Indonesia sebagian besar hanya memuat konten tetapi sedikit mengembangkan konteks dan proses.

3. Guru masih menjadikan buku teks sebagai sumber utama dalam proses belajar mengajar di kelas.

C.Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa aspek sebagai berikut: 1. Buku teks yang dijadikan objek penelitian adalah buku teks Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) SMP kurikulum 2013 dan KTSP serta buku kurikulum Singapura

lower secondary science matters.

2. Bagian yang dianalisis adalah materi ekosistem berdasarkan hasil sinergi dengan soal PISA 2006, 2009, 2012 dan draft 2015.


(22)

3. Kategori literasi sains yang digunakan berdasarkan Programme for International Student Assessment (PISA).

D.Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah literasi sains pada buku IPA SMP kurikulum 2013, buku IPA KTSP dan buku kurikulum Singapura lower secondary science matter textbook berdasarkan kategori PISA?”

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang ketersediaan literasi sains pada buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)kurikulum 2013dan buku KTSP asal Indonesiaserta buku IPA SMP asal Singapura sebagai bagian dari proses memilih bahan ajar yang baik untuk peserta didik.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaatantara lain:

a. Meningkatkan kualitas buku teks Ilmu Pengetahuan Alam(IPA) sebagai sumber ajar yang tidak hanya ekonomis dan praktis, juga membekali siswa dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

b. Hasil analisis isi berdasarkan literasi sains pada buku IPA dapat dijadikan sebagai indikator untuk memilih mutu buku teks pelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas.

c. Pengadaan buku teks pelajaran IPA mampu memberikan sumbangan besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan yang dinamis bukan dengan hanya menampilkan kajian teori dan istilah-istilah yang bersifat statis.


(23)

9

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A.Kajian Teori 1. Buku Teks

a. Pengertian Buku Teks Pelajaran

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabotan, peralatan, pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Media pembelajaran dikelompokkan ke dalam delapan jenis, yaitu (1) media cetakan, (2) media pajang, (3) overhead transparacies, (4) rekaman audiotape, (5) seri slide dan filmstrips, (6) penyajian

multi-image, (7) rekaman video dan film hidup, dan (8) komputer. Media pembelajaran visual memiliki empat fungsi, yaitu ; (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.23 Buku teks merupakan media pembelajaran yang banyak digunakan di sekolah berbentuk cetakan sebagai penunjang proses pembelajaran di kelas berisi materi pelajaran pada bidang studi tertentu.

Aspek yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain; (1) tujuan pembelajaran; (2) jenis tugas; (3) respon yang diharapkan dikuasai peserta didik setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik peserta didik.24 Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.25 Buku

23

Kemp dan Dayton dalam Azhar Arsyad, Media pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 37

24

Ibid, h. 17

25

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi pengembangan pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 159


(24)

adalah lembaran kertas yang dijilid baik berupa lembaran berisi tulisan ataupun kosong.26 Buku teks merupakan bagian dari daftar proses pelajaran dalam bentuk cetakan terjilid dan terstruktur. Buku teks sebagai bahan ajar memuat tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang diberikan pada peserta didik untuk menambah pengetahuan peserta didik pada bidang studi tertentu.

Standar penilaian buku teks pelajaran ditinjau dari kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan buku teks pelajaran.27 Buku memuat bahan pembelajaran yang dipilih dan disusun secara teratur untuk satu mata pelajaran. Isi buku ini merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu sesuai dengan isi kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik menstimulus peserta didik untuk tahu lebih banyak lagi tentang ilmu pengetahuan yang sedang berkembang.

Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.28 Buku teks digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran sebagai fungsi meningkatkan kemampuan peserta didik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar dan disusun oleh para pakar untuk maksud dan tujuan instruksional, dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para penggunanya di sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang proses pengajaran.29 Isi buku teks pelajaran merupakan penjabaran atau uraian

26

Tim Penyusun Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. h. 230. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 2008.

27

Laporan Badan Nasional Pendidikan, Pengembangan Instrumen Modifikasi Buku Teks Pelajaran, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010), h. 147

28

Permendiknas, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.2 Tahun 2008 Tentang Buku, (Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional, 2008), h. 28

29

H.G. Tarigan dan Tarigan. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. (Bandung: Angkasa, 2009), h. 13


(25)

dari materi pokok bahan belajar yang ditetapkan dalam kurikulum.30 Guru mengimplementasikan kurikulum terhadap peserta didik melalui buku teks pelajaran dengan pengembangan materi pelajaran. Buku teks pelajaran merepresentasikan isi kurikulum pendidikan dari suatu negara.

Buku teks berdasarkan beberapa teori di atas merupakan media pembelajaran berbentuk cetakan hasil dari rekaman pikiran rasional yang digunakan sebagai acuan wajib dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan peserta didik bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, serta kemampuan penguasaan pengetahuan dan teknologi. Buku teks yang beredar baik secara cetak maupun elektronik telah lulus uji kelayakan berdasarkan standar penilaian oleh tim ahli. Sebagai bagian dari kurikulum maka buku teks harus memenuhi kriteria yang telah disepakati, diantaranya aspek isi (konten) meliputi konsep, fakta, teori, hukum dan metode, kemutakhiran serta mengandung wawasan produktivitas, merangsang keingintahuan (curiousity) mengembangkan life skills, sense of diversity, dan wawasan kontekstual.

b. Fungsi Buku Teks sebagai Sumber Belajar IPA

Buku sebagai sumber belajar tidak hanya memiliki fungsi sebagai media untuk menyampaikan pesan, tetapi juga termasuk strategi, metode, dan teknik diantaranya: (1) meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu dengan lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan minat belajar; (2) memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya; (3) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran yaitu dengan melakukan perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan pengembangan bahan ajar yang dilandasi oleh penelitian para ahli; (4) lebih memantapkan pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan sumber belajar

30


(26)

dan penyajian informasi dan bahan secara lebih konkret; (5) memungkinkan belajar secara seketika, yaitu dengan mengurangi kesenjangan pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit serta memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung; (6) memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas dimana penyajian informasi mampu menembus batas geografis.31

Pendayagunaan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting, selain melengkapi, memelihara, dan memperkaya khasanah belajar, sumber belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar yang menguntungkan bagi guru maupun para peserta didik.32

Pemilihan sumber belajar perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Sifat dan kegunaan sumber belajar diantaranya, yaitu: (1) merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses belajar; (2) merupakan pemandu; (3) memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan aspek bidang keilmuan; (4) memberikan petunjuk dan gambaran kaitan antara bidang keilmuan yang dipelajari dengan bidang keilmuan yang lain; (5) menginformasikan sejumlah penemuan baru; (6) menunjukkan berbagai permasalahan yang merupakan konsekuensi logis dalam suatu bidang keilmuan dan menuntut adanya kemampuan pemecahan masalah. 33

Fungsi buku teks pelajaran adalah sebagai pedoman manual bagi siswa dalam belajar dan bagi guru dalam membelajarkan pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu.34 Buku teks adalah salah satu input penting pendidikan berisi teks yang merefleksikan ide dasar kebudayaan nasional. Pada proses mentransfer ilmu pengetahuan, buku teks juga berhubungan dengan politik dan norma sosial masyarakat. Buku teks juga menyampaikan pemahaman global tentang sejarah dan aturan masyarat serta norma dalam bersosialisasi.35 Buku masih digunakan

31

Tim Pengembang Pendidikan UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 201

32

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung : PT. Rosda Karya, 2015), h. 71

33

Ibid, h. 71

34

Sitepu, Op.cit., h. 21

35

Falk Pingel, Unesco Guide book on textbook research and textbook revision, (Paris/Braunschweig : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, 2010), h. 7


(27)

sebagai sumber utama proses belajar mengajar pada sebagian besar institusi pendidikan. Buku teks yang terstandar dapat dijadikan sebagai sarana atau sumber belajar untuk meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan nasional. Buku teks adalah bahan belajar yang dapat memberikan kemampuan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum serta merupakan tahapan dalam pencapaian tujuan pendidikan tingkat institusional dan pendidikan nasional. Setiap jenjang pendidikan menjadikan buku teks sebagai bahan ajar yang disusun sistematis memuat pengetahuan bidang studi tertentu dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik menyajikan segi visual yang menarik sehingga dapat merangsang peserta didik untuk lebih mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.

Karakteristik dan fungsi buku teks yang baik bagi peserta didik, yaitu; (1) memotivasi peserta didik untuk belajar; (2) mewakili subjek pengetahuan yang berupa transformasi penyajian yang sistematis, memberikan pandangan yang tepat tentang sains dan merepresentasikan gambaran dari suatu fenomena; (3) memandu pembelajaran siswa dengan mengidentifikasi pengetahuan sebelumnya, memberikan penjelasan dan kegiatan untuk memfasilitasi pengetahuan dan perubahan konsep, memberikan latihan dan peluang aplikasi memfasilitasi penilaian diri, dan; (4) membimbing peserta didik belajar untuk memperoleh strategi belajar dengan merangsang metakognisi peserta didik dan penggunaan strategi belajar.36

Bagi guru terdapat beberapa karakteristik dan fungsi buku teks, yaitu; (1) membantu perencanaan guru dengan menggambarkan konten yang relevan atau subjek pengetahuan, meningkatkan pengetahuan pedagogik yang relevan dengan konten yang diajarkan, dan ; (2) membantu pengembangan profesi guru dengan mengembangkan konten atau subjek pengetahuan dan melihat hakikat sains guru, serta dapat mengembangkan pengetahuan pedagogis, keyakinan dan sikap guru. 37

36

Swanopoel, The assessment of the quality of science education textbooks: Conceptual framework and instruments for analysis, Thesis Doctor of Education University of South Africa, 2010, h. 63

37


(28)

Secara umum buku teks harus memiliki koordinasi dengan alat bantu pendidikan lainnya dan dapat memfasilitasi penilaian pendidikan.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan melalui kurikulum sains nasional yang terdiri atas buku IPA, silabus, modul, dan lembar ujian. Buku IPA, silabus dan modul menyediakan instruksi yang mendukung tugas guru.38 Buku teks memainkan peran penting dalam keefektifan pendidikan biologi dan merupakan sumber utama dari informasi yag berkaitan dengan kebaruan konsep dasar biologi, proses penelitian ilmiah, dan aktivitas penyelidikan.39 Sebagai bagian dari pendidikan IPA maka buku teks harus; (1) mencerminkan suatu sudut pandang; (2) menyediakan sumber yang teratur, rapi dan bertahap, (3) menyajikan pokok masalah yang kaya dan serasi; (4) menyediakan aneka metode dan sarana pengajaran; (5) menyajikan fiksasi awal bagi tugas dan pelatihan; (6) menyajikan sumber evaluasi dan remedial.40

Buku IPA memiliki peran penting dalam instruksi sains dengan tidak hanya menyajikan konten, aktivitas siswa, dan rubrik penilaian juga menyampaikan pandangan tentang hakikat sains.41 Buku IPA memiliki peran penting dalam pedoman ilmiah sebagai sumber belajar yang memuat konten, aktivitas siswa, dan gagasan pokok.

Buku teks yang baik adalah buku teks yang dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. adapun buku teks yang berkualitas harus memenuhi kriteria: (a) menarik peserta didik yang menggunakannya; (b) mampu memberikan motivasi kepada para pemakainya; (c) memuat ilustrasi yang menarik hati bagi para penggunanya; (d) mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan peserta didik; (e) dapat merangsang aktivitas-aktivitas pribadi peserta didik; (f) mempunyai sudut

38

Chabalengula, Curriculum and Instructional Validity of the Scientific Literacy Themes Covered in Zambian High School Biology Curriculum, International Journal of Environmental & Science Education, Vol. 3 (4), 2008, h. 208

39

NRC dalam Elif Omca dan Birgül, Underlining the Problems in Biology Textbook for 10th Grades in High School Education Using the Suggestions of Practicing Teachers. Turkish Science Education. Vol. 6. 2009. h 76

40

H. G. Tarigan, Op.Cit., h. 19

41

Young Hee, Lee. Comparative Analysis of the Presentation of the Nature of Science in U.S. High School Biology and Korea High School Science Textbooks. Standard Research Journal of Dankook University. Vol. 1, 2013. h. 107


(29)

pandang yang jelas dan tegas sehingga tidak membingungkan; g) mampu memberikan pemantapan materi pada peserta didik.42

Buku teks yang baik tidak hanya menyajikan pengetahuan sains, tetapi juga memberikan cara bagi peserta didik dan guru untuk saling berinteraksi dan mengkonstruksi pengetahuan yang telah dimiliki.43 Buku teks memiliki peran sebagai sumber pengetahuan dasar dalam materi biologi dan pengumpul gagasan suatu metode untuk mengeksplor siswa dalam persiapan pembelajaran.44

Buku teks menyediakan pengetahuan sains yang logis bagi peserta didik berdasarkan bukti empiris di lapangan melalui materi yang mendukung guru dalam berpikir kritis dan memberikan gambaran tentang pelajaran sains peserta didik.45 Buku IPA memiliki peran penting bagi guru SMP dalam proses pembelajaran di kelas yang berfungsi untuk mengembangkan isi kurikulum dan mengandung sejumlah informasi yang diajarkan di kelas.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.46 Tujuan pendidikan ini meliputi kesesuaian dengan kekhasan kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.47 Kurikulum adalah apa yang dipelajari peserta didik di sekolah dan bagaimana cara menyajikannya. Kurikulum merupakan acuan utama dalam menyusun buku teks pelajaran yang memuat sasaran, tujuan, materi/bahan, dan metode.48

42

Eva Banowati, Buku Teks dalam Pembelajaran Geografi di Kota Semarang, Jurnal Geografi UNNES, Vol. 4(2), 2007, h. 149

43

Kursat Ahyan, Kursat Ahyan, A Comparison of Mathematics Textbooks from Turkey, Singapore, and the United States of America, Educational Consultancy and Research Center, Vol. 12(3),2012, h. 2328

44

Irina Pop-Păcurar, Liliana Ciascai. Biology School Textbooks and Their Role for Students’ Success in Learning Sciences. Vol 3 No 1. 2010. Babeş-Bolyai University, Cluj-Napoca, Romania.

research project IDEI 2418. h. 2

45

Kesidou dan Roseman dalam Swanopoel, Op.cit., h. 62

46

UU nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Kementerian Pendidikan, 2003), h. 3

47

Sitepu, Op.Cit., h. 57

48


(30)

Kurikulum memiliki pengertian lain sebagai berikut :

Kurikulum adalah pengalaman belajar yang direncanakan dan dimbing dimaksudkan sebagai hasil belajar, dirumuskan melalui rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman sistematis yang dimbing sekolah bagi kesinambungan perkembangan kompetensi sosial pembelajar (murid) sebagai proses dan prosedur bagi guru untuk membimbing peserta didik menuju kedewasaan.49

Pengertian kurikulum di Indonesia adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.50 Indonesia mengalami beberapa masa pergantian kurikulum dalam sistem pendidikan. Perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia maupun di negara lain disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah.

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan menyatakan menetapkan bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat melaksanakan kurikulum tahun 2006 (KTSP) paling lama sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020.51 Buku teks di Indonesia mengacu pada kurikulum yang berlaku. Buku teks yang masih banyak digunakan di sekolah adalah berbasis kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.52 KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,

49

Tanner dan Tanner dalam Rakhmat Hidayat, Sosiologi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 9

50

Sitepu, Op.cit., h. 57

51

Kemendikbud, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulumm 2013, (Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), h. 4

52


(31)

teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.53

Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum pendidikan yang diberlakukan untuk setiap satuan pendidikan, khususnya satuan pendidikan dasar dan menengah. KTSP meliputi tiga komponen, yaitu komponen mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.54 Semua pengalaman belajar peserta didik yang menjadi tanggung jawab satuan pendidikan dalam kurikulum. KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.55 Pengalaman belajar individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

Kurikulum 2013 menerapkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas dan masyarakat, serta pengalaman belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar belakang karakteristik, dan kemampuan peserta didik.56

Buku teks yang berpedoman pada kurikulum 2013 memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: (a) sesuai tahapan saintifik yang melibatkan aktivitas mengamati, menanya, mengeksplorasi, menalar, menghubungkan, mengkomunikasikan; (b) Kompetensi dasar dari Kompetensi Inti 1, 2, 3 dan 4 diintegrasikan pada satu unit; (c) terdapat gambar, penjelasan, dan kutipan berfungsi untuk menumbuhkan sikap positif; (d) menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik; (e) menyajikan keseimbangan tugas individu dan kelompok; (f) memuat kecukupan materi untuk memahami dan melakukan KD.57 Pengembangan bahan ajar dalam konteks implementasi kurikulum 2013 berfungsi sebagai upaya membangun pola pikir ilmiah dalam melihat segala persoalan materi yang disajikan pada peserta didik.

53

Ibid., h. 60

54

Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2009), hal. 475

55

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h. 8

56

E. Mulyasa 2013, Op.Cit., h. 25

57


(32)

Buku ajar kurikulum 2013 diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya. Penyusunan buku ajar memiliki langkah-langkah, diantaranya: (1) memahami kurikulum dan menganalisisnya; (2) menentukan judul buku yang akan ditulis; (3) merancang outline buku agar isi buku lengkap dan mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi yang diinginkan; mengumpulkan berbagai macam referensi yang sesuai dan lebih utama referensi relevan dengan bahan kajiannya, seperti buku, majalah, serta jurnal hasil penelitian; (4) buku yang ditulis hendaknya menyajikan kalimat yang sesuai dengan usia pembaca.58 Kurikulum 2013 sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Peserta didik dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang terdapat di sekolah.

Buku sains yang beredar secara luas telah sesuai dengan standar isi KTSP tetapi belum sepenuhnya menyajikan pengaitan konsep sains dengan teknologi dan masyarakat.59 Pedoman prinsip buku KTSP yaitu berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya.60 Kurikulum merupakan suatu perangkat yang keberhasilan implementasinya tergantung pada buku ajar. Kurikulum yang baik seharusnya beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, relevan dengan kebutuhan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan dunia kerja, menyeluruh dan berkesinambungan pada semua jenjang pendidikan, menutut untuk belajar sepanjang hayat yang diarahkan pada proses pengembangan budaya dan pemberdayaan peserta didik, seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Kurikulum Singapura

Sistem pendidikan di Singapura memiliki perencanaan yang terintegrasi dengan baik. Kurikulum nasional Singapura di sekolah dasar dan sekolah menengah fokus pada pengembangan ide sains sebagai proses menemukan yang

58

Imas Kurniasih, Op.Cit., h. 60-62

59

Dian Pratiwi, Analisis Representasi Saling Temas Buku Ajar Biologi Kelas XI SMA Negeri Sekota Semarang. Unnes Journal of Biology Education. Vol 2, 2012, h. 77

60


(33)

didasarkan pada 3 domain yaitu domain pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, domain keterampilan dan proses serta domain etika dan sikap. Domain tersebut adalah pokok dalam implementasi pembelajaran sains. Proyek penyelidikan berlandaskan peran sains dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat dan lingkungan. Aktivitas co-curricular seperti matematika dan sains, kompetisi dan desain pembelajaran dilakukan untuk mengambil alih minat peserta didik.61

Domain pengetahuan, pemahaman dan pengaplikasian berisi indikator-indikator pembelajaran sains, yaitu : (a) fenomena ilmiah; (b) kosa kata sains, istilah dan ketentuan (seperti simbol, rumus dan satuan); (c) perangkat penyelidikan sains termasuk teknik dan aspek keselamatan; (d) perhitungan sains. Domain keterampilan memuat indikator yang meliputi: (a) mengajukan pertanyaan; (b) membuat hipotesis; (c) mendefinisikan masalah; (d) melihat kemungkinan; (e) memprediksi; (f) mengamati; (g) menggunakan alat dan bahan; (h) membandingkan; (i) mengklasifikasikan; (j) menyimpulkan; (k) menganalisis; (l) teliti; (m) menguji; (n) mengkomunikasikan. Domain proses meninjau proses pembelajaran sains berdasarkan indikator sebagai berikut: (a) kreatif dalam memecahkan masalah; (b) merencanakan penyelidikan; (c) membuat keputusan. Domain etika dan sikap dalam sains melibatkan indikator-indikator pembelajaran sains, diantaranya: (a) rasa ingin tahu; (b) kreativitas; (c) objektivitas; (d) integritas; (e) berpikiran terbuka; (f) ketekunan; (g) pertanggung jawaban.62

Domain pengetahuan, keterampilan, proses dan sikap berhubungan dengan peran sains dalam membentuk relevansi dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sains dalam kehidupan sehari-hari dengan pandangan perspektif pribadi pada individu yaitu berupa; a) menunjukkan keingintahuan, minat dan kenyamanan; b) mengaplikasikan konsep sains dan keterampilan di kehidupan; c) membuat keputusan yanng berhubungan dengan sosial, lingkungan serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), contohnya pilihan gaya hidup mempengaruhi kesehatan pribadi. Sains dalam sosial menurut pandangan sosial yang berfokus terhadap interaksi antar individu, diantaranya: (a) menimbulkan rasa percaya diri, tanggung

61

Science Syllabus Lower Secondary Espress/Normal Academic, Curriculum Planning & Developement Division, ( Singapore : Ministry of Education Singapore, 2012), h. 1

62


(34)

jawab dan pribadi yang produktif dalam kehidupan teknologi dunia; (b) menunjukkan kesadaran dalam memahami peran IPTEK di masyarakat, industri, bisnis, contohnya kepekaan terhadap manfaat dan penyalahgunaan dari aplikasi sains. 63

Literasi sains untuk masa depan peserta didik bukan sekadar menjelaskan konsep dasar sains. Peserta didik harus fasih dalam menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi pertanyaan dan menggambarkan fakta ilmiah sebagai tahap membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi di lingkungan akibat aktivitas manusia.64 Peserta didik perlu memahami peran sains dalam membangun pengetahuan dan penyelidikan, serta membangkitkan kesadaran tentang bagaimana sains dan teknologi membangun materi, pola pikir, serta lingkungan sosial. Peserta didik harus melengkapi pengetahuan tersebut dengan etika dan sikap agar menjadi bahan perenungan.

Kerangka kompetensi di abad ke-21 disediakan untuk pendidikan masa depan sebagai persiapan bagi peserta didik agar menjadi pribadi yang percaya diri, pembelajar yang mandiri, masyarakat yang peduli, dan sebagai kontributor yang aktif.65 Kerangka kerja kurikulum sains adalah turunan dari kebijakan kerangka belajar dan pembelajaran sains. Bagian sentral dari kerangka kurikulum adalah menanamkan semangat dari penyelidikan ilmiah. Desain kurikulum memungkinkan peserta didik untuk menemukan sains secara bermakna dan berguna. Penyelidikan merupakan dasar pengetahuan untuk menjawab isu-isu dan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan peran sains dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat dan lingkungan.

4. Ilmu Pengetahuan Alam (Ilmu Sains)

Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan pengetahuan adalah apa saja yang

63

Ibid, h. 3

64

Science Syllabus Primary, Curriculum Planning & Developement Division, ( Singapore : Ministry of Education Singapore, 2014), h. 4

65


(35)

diketahui oleh manusia baik melalui panca indera, intuisi, pengalaman maupun firasat.66

Sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal. Sains dapat didefinisikan sebagai kumpulan rasionalisasi kolektif insani atau sebagai pengetahuan yang sudah sistematis. Pemikiran sekuler memandang sains memiliki tiga karakteristik yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sementara dalam islam sains tidak boleh bebas nilai baik nilai lokal maupun nilai universal. 67

Sains memiliki makna yang merujuk pada pengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis dalam sistem tersebut serta mencakup segala macam pengetahuan. Pengetahuan sains dibangun dengan kesadaran kognisi yang meliputi semua kegiatan pengamatan dan analisis ditambah dengan serangkaian percobaan di laboratorium untuk memperkuat kerangka sistem dan pemahaman yang lebih komprehensif.68 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diteerima oleh akal sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah.

Sains merupakan susunan sistematis hasil temuan yang dilakukan para ilmuan. Hasil temuan tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori maupun model ke dalam kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang yang dikaji.69 Pengetahuan sains menekankan pada aspek: (1) tahu bahwa (know what); (2) tahu bagaimana (know how); (3) tahu akan (know about); (4) tahu mengapa (know why). Hal tersebut sesuai dengan sejauh mana pengetahuan telah di olah dan seberapa banyak pengetahuan itu diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada.

Ilmu pengetahuan alam atau sains menurut islam yaitu meliputi iman, kebaikan, dan keadilan bagi manusia, baik bagi dirinya sebagai makhluk Allah maupun bagi dirinya sebagai anggota masyarakat atau umat manusia. Ilmu

66

Wahyuddin Ahmad, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 82

67

Ibid, h. 82

68

Surjani Wonorahardjo, Dasar-Dasar Sains: Menciptakan Masyarakat Sadar Sains, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 11

69


(36)

pengetahuan atau sains harus terindera dan masuk akal serta diperoleh melalui proses pemaknaan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dapat dikuasai dengan izin Allah melalui perbuatan dan pengabdian (ibadah) yang tidak dapat terlepas dari landasan iman dan tujuan yang ingin dicapai yaitu kemuliaan dan keridhaan Allah SWT yang di dalamnya terkandung maslahat bagi manusia (ihsan) yang harus dicapai melalui perbuatan (islam). 70

Ilmu alam merupakan suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/ disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, penyusunan teori, serta observasi dan saling berkaitan satu sama lain. Cara yang digunakan untuk memperoleh ilmu tersebut disebut dengan metode ilmiah sebagai dasar metode yang digunakan dalam IPA.71

Sains sebagai ilmu pengetahuan memiliki makna yaitu; (1) sebagai proses memperoleh informasi melalui metode empiris (empirical method); (2) informasi yang diperoleh melalui penyelidikan yang telah ditata secara logis dan sistematis; dan (3) suatu kombinasi proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid.72 Sains merupakan ilmu pengetahuan berdasarkan dari pengamatan langsung di lapangan sehingga didapatkan pengetahuan yang bersifat logis serta dapat diuji kebenarannya.

Sains sebagai proses atau metode penyelidikan (inquiry method) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk sains atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi.73 Ilmu pengetahuan alam (IPA) memiliki sifat dinamis dan didasarkan pada metode ilmiah sebagai landasan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan ilmiah. Proses pembelajaran IPA berlangsung terus-menerus sehingga selalu terdapat mekanisme kontrol, bersifat terbuka untuk selalu diuji kembali dan bersifat kumulatif. Pengetahuan yang diperoleh selalu bertumpu di atas

70

Jusuf A. Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 90

71

Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 18

72

Hungerford, Volk dan Ramsey dalam Fatonah, Op.Cit., h. 7

73


(37)

dasar sebelumnya dalam kerangka yang bersifat kumulatif, sehingga bersifat konsisten dan sistematis.

Pendidikan IPA berfungsi dalam mengembangkan pengetahuan, yaitu; lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi. Kesemuanya berkaitan dengan manfaat IPA bagi kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang baik dan benar tidak dapat dipisahkan dari keterampilan proses IPA yang berkaitan dengan konsep IPA.74 Mempelajari IPA pada prinsipnya tidak cukup sekadar menghafal suatu konsep melalui buku pelajaran, karena belajar IPA pada hakekatnya merupakan suatu proses atau produk. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai kesatuan cara, misalnya pengamatan atau observasi suatu objek atau gejala alam, melakukan pengukuran, membuat hipotesis, mendesain, menguji data, dan melakukan percobaan. Anak-anak dan remaja dilibatkan untuk melakukan percobaan. Proses yang melibatkan aktivitas secara langsung akan lebih memudahkan dalam memahami hasil pembelajaran secara utuh. Guru dituntut untuk menguasai keterampilan proses IPA dalam kegiatan belajar mengajar.

Kajian utama dalam pendidikan IPA diantaranya adalah: (1) siswa harus memahami hakikat sains dan proses penyelidikan ilmiah saat berpartisipasi dalam aktivitas level kognitif tingkat tinggi; (2) konsep dari IPA harus memiliki keluasan tema dan siswa harus mendapatkan istilah penting sains secara mendalam dibandingkan belajar secara dangkal dan tidak mendasar, (3) siswa harus memahami sejarah fundamental sains dan aspek sosial dari kegiatan sains, (4) siswa harus memahami definisi dari hubungan sains, teknologi dan masyarakat.75

Pembelajaran sains yang terdapat di dalam buku teks menekankan pada aspek pengetahuan, penyelidikan, berpikir, sejarah sains, teknologi dan permasalahan

74

I Sandyawan Sumardi, Melawan Stigma Melalui Pendidikan Alternatif, (Jakarta : Grasindo, 2005), h. 170

75

Lumpe dan Beck dalam Elif dan Birgül, Underlining the Problems in Biology Textbook for 10th Grades in High School Education Using the Suggestions of Practicing Teachers, Journal of Turki Science Education, Vol. 6, 2009.,h. 77


(38)

lingkungan.76 Penyelidikan sains pada buku teks dapat menuntut peserta didik

untuk berfikir divergen yaitu kemampuan untuk mengkonstruksi atau menghasilkan berbagai respons yang mungkin, ide-ide, opsi-opsi, atau alternatif untuk suatu permasalahan atau tantangan.77 Berpikir divergen menekankan adanya proses interpretasi dan evaluasi terhadap berbagai ide-ide, proses motivasi untuk memikirkan berbagai kemungkinan ide yang masuk akal dan pencairan terhadap kemungkinan dalam mengkonstruksi ide-ide.

Buku teks perlu memperhatikan aspek kebahasaan yang berkaitan dengan diksi penulis dalam menyampaikan materi. Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan tingkat kognitif siswa, bersifat komunikatif, lugas, dan juga interaktif. Penggunaan simbol atau lambang sains disertai dengan penjelasan menggunakan kaidah tata bahasa indonesia yang baik atau berdasarkan ejaan yang disempurnakan karena tingkat perkembangan siswa mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terutama dalam belajar sains yang menyajikan ilmu pengetahuan secara logis. Aspek penyajian dan kegrafikan berkaitan dengan teknik penyajian konsep dan materi, adanya pendukung berupa tabel, ilustrasi, gambar, diagram atau bagan sains sehingga memicu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Ilustrasi gambar pada buku teks membantu peserta didik dalam memahami dan mengingat materi pelajaran.78

Buku teks harus menyediakan wawasan suatu penyelidikan sebagai sebuah tantangan dalam mempelajari perubahan lingkungan.79 Buku teks IPA harus menyajikan isu-isu terkini yang berkaitan dengan bidang IPA sebagai landasan karena ilmu pengetahuan alam (sains) merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat dinamis. Isi materi yang up-to-date harus menyampaikan hakikat sains dan proses sains.

76

Udeani, Quantitative Analysis of Secondary School Biology Textbooks for Scienctific Literacy Themes. Research Journal in Organizational Psychology & Educational Studies. Vol 2 (1), 2013, h. 40

77

Bell dalam Fatonah, Op.Cit., h. 14

78

Rahmawati, Buku IPA Terpadu Berbasis Problem Solving, Prosiding Semirata 2015 Bidang MIPA Universitas Tanjung Pura Pontianak,2015, h. 427

79

Altaf Qadeer, An Analysis of Grade Six Textbook on Electricity Through Content Analysis and Student Writing Responses. Revista Brasileira de Ensino de Fisica,Vol. 36, 2013, h. 1501


(39)

5. Literasi Sains

Literasi sains adalah pengetahuan tentang konten sains dan membedakan dengan yang bukan sains, pemahaman sains dan aplikasi sains, kemampuan untuk berfikir secara ilmiah dan menggunakan untuk memecahkan masalah, pengetahuan tentang manfaat dan resiko dari sains dan kemampuan untuk berfikir kritis tentang sains. 80

Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.81 Literasi sains adalah pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi dalam hal kenegaraan dan budaya, dan produktivitas ekonomi.Hal ini menunjukkan bahwa literasi sains bersifat multidimensional yang bukan hanya berupa pemahaman terhadap pengetahuan sains tetapi lebih dari itu.

Manfaat literasi sains dalam pendidikan IPA adalah mengembangkan kemampuan dengan kreatif untuk memanfaatkan fakta ilmiah berbasis pengetahuan dan keterampilan, terutama yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan karir dalam memecahkan tantangan individu melalui keputusan sosio-saintifik.82 Pembelajaran sains harus mengupayakan agar siswa memahami konsep melalui pengalaman langsung, menggali informasi, mengorganisasikan informasi dan menguji pendapat. Literasi sains berarti bahwa seseorang dapat bertanya, menemukan, atau menentukan jawaban atas pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari. Ini berarti bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena alam dengan tepat.

80

Norrisa dan Philips dalam Jack Holbrok dan Miia Rannikmae, The Meaning of Scientific Literacy, International Journal of Environmental and Science Education, Vol. 4(3), 2009, h. 276

81

Organisation for Economic Co-operation and Developement (OECD 2007), PISA 2006 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy, (Paris: OECD Publishing, 2007), h. 25

82


(40)

Sains memiliki 3 pandangan yaitu konten (pengetahuan), proses dan konteks. Sains sebagai konten artinya dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses artinya bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Sains sebagai konteks memiliki arti berupa aplikasi pengetahuan keterampilan proses sains dalam kehidupan nyata.83 Kemampuan literasi sains berperan sangat penting dalam kehidupan, karena menyangkut hubungan timbal balik manusia dengan manusia ataupun manusia dengan alam.

Konten (pengetahuan) berkaitan dengan kemampuan untuk mengingat informasi yang sudah dipelajari (recall).84 Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.

PISA membuat kriteria pemilihan konten sains, yaitu: (1) relevan dengan kehidupan nyata; (2) merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang; (3) sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.85 PISA tidak secara khusus membatasi pengetahuan pada materi kurikulum sains sekolah, tetapi juga diperoleh dari berbagai sumber-sumber informasi.

Sains sebagai suatu proses merupakan rangkaian kegiatan ilmiah atau hasil-hasil observasi terhadap fenomena alam untuk menghasil-hasilkan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang lazim disebut produk sains.86 Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis sehingga dapat menjelaskan gejala alam serta hubungannya satu sama lain antar gejala alam, sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari.

83

Organisation for Economic Co-operation and Developement (OECD 2007), PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy, (Paris: OECD Publishing, 2012), h. 101

84

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), h. 126

85

Organisation for Economic Co-operation and Developement (OECD 2013), PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy, (Paris: OECD Publishing, 2013), h. 109

86


(41)

Domain proses meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan bagaimana para saintis berpikir dan bekerja. Domain ini dapat dibedakan antara keterampilan proses dasar (observasi), pengukuran klasifikasi, prediksi, komunikasi dan inferensi dan keterampilan proses yang terintegrasi (perumusan/pengujian hipotesis, interpretasi data/informasi dan pemodelan). 87

PISA menilai domain proses berdasarkan pada keterampilan dalam mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan fakta-fakta ilmiah.88 Mengidentifikasi isu ilmiah yaitu peserta didik harus peka terhadap isu yang dapat dieksplorasi secara ilmiah, dan memahami kunci dari penyelidikan ilmiah. Menjelaskan fenomena ilmiah yaitu peserta didik mengaplikasikan pengetahuan ilmiah yang telah didapat untuk menjelaskan atau menafsirkan fenomena ilmiah yang terjadi serta mengidentifikasi adanya perubahan. Menggunakan fakta ilmiah yaitu peserta didik menafsirkan fakta untuk menggambarkan kesimpulan untuk menjelaskan dan mencari alasan sebuah keputusan serta implikasinya. Fakta ilmiah digunakan memudahkan mendapat informasi ilmiah dan menghasilkan argumen serta kesimpulan berdasarkan fakta ilmiah.89 Kategori yang terdapat pada PISA dilakukan untuk menambah keterampilan dalam mengenal situasi dunia saat ini terkait masalah yang terjadi.

Literasi sains ini dibedakan menjadi consumer scientific literacy, civic scientific literacy dan cultural scientific literacy. Consumer scientific literacy

adalah literasi sains ditekankan kepada masyarakat yang berprilaku sebagai konsumen, artinya bagaimana masyarakat memilih barang ataupun jasa yang hendak digunakan.90

Civic scientific literacy menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum negara, masyarakat, hingga perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat, menciptakan produk, atau salah satu dasar kedaulatan berpolitik.

87

Ibid., h. 59

88

Organisation for Economic Co-operation and Developement (OECD), Pisa 2006 Framework, (Paris: OECD, 2007), h. 12

89

OECD 2012, Op. Cit., h. 108

90

David D. Kumar dan Daryl E. Chubin, Science Technology and Society: A Sourcebook on Research and Practice, (Plenum Publisher : New York, 2000), h. 25


(42)

Cultural scientific literacy menjadi landasan untuk memahami peran sains pada hubungan dalam bermasyarakat atau hubungan antar sesama manusia dalam suatu periode.91 Literasi sains merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai setiap individu karena berkaitan erat dengan pemahaman seseorang mengenai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar serta masalah-masalah sosial lainnya, semua permasalahan itu dapat dijelaskan secara ilmiah untuk mencari kebenaran dan objektivitas. Orang yang berliterasi sains memiliki kesempatan lebih baik untuk terlibat dalam karir produktif di dunia kerja dan masyarakat global karena mampu menerapkan kerja ilmiah, berpikir kritis serta mampu membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat.

Tujuan pengembangan literasi sains pada buku sekolah, yaitu; (1) menguasai pengetahuan sains dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena dan menggambarkan fakta yang berkaitan dengan isu-isu ilmiah; (2) memahami karakteristik paling menonjol dari sains sebagai suatu bentuk pengetahuan dan penyelidikan; (3) menumbuhkan kesadaran peran sains dan teknologi terhadap lingkungan masyarakat. 92

Sains memiliki banyak fungsi bagi kehidupan manusia. Pertama, sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis. Kedua, sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar gejalan alam. Ketiga, sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari.93 Sains melatih peserta didik berpikir sistematis untuk menghadapi permasalahan di dunia yang berkaitan dengan alam. Belajar sains membantu dalam berpikir lebih logis dan lebih objektif.

Literasi Sains adalah pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah sebagai suatu proses dari rangkaian kegiatan ilmiah atau hasil-hasil

91

Ibid, h. 25

92

Organisation for Economic Co-operation and Developement (OECD), Executive Summary PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World, (Paris: OECD, 2007), h. 12

93


(43)

observasi terhadap fenomena alam untuk pengambilan keputusan dalam hal kenegaraan, budaya, dan produktivitas ekonomi. Literasi sains tidak hanya bermanfaat pada bidang ilmu pengetahuan alam, tetapi juga semua bidang yang berfungsi membantu memecahkan masalah secara bijak dengan pendekatan sosio-sains. Pengetahuan sains yang terdapat pada penilaian PISA relevan dengan situasi nyata, pengetahuan sains membedakan tiap tingkat yang berguna pada kehidupan seseorang. Sains adalah ilmu yang tidak mudah dipahami hanya dengan membaca tanpa adanya interaksi siswa dengan media pembelajaran salah satunya adalah buku teks. Buku IPA harus bersifat interaktif, artinya selain menyajikan konsep-konsep seputar sains, buku IPA harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam mengolah pengetahuan yang dimiliki. Sains menuntut aktivitas peserta didik dalam hal mengamati, bertanya, bereksperimen, menghubungkan dan mengkomunikasikan. Buku teks IPA yang berisi prinsip kerja ilmiah dituntut untuk memenuhi aspek-aspek sains dalam penyajiannya.

Objek yang diketahui dalam sebuah ilmu pengetahuan harus ada dan harus terjadi sebagaimana objek ini diklaim. Pengetahuan selalu menyandang kebenaran karena acuannya realitas, namun kebenaran ini mungkin bersifat sementara karena tergantung pada realitas-realitas lain yang pada saat itu belum diketahui. Dalam sains ada begitu banyak kenyataan yang belum diketahui ataupun belum terumuskan dengan jelas dan menunggu penelitian selanjutnya dari zaman ke zaman. Hal ini menyebabkan ilmu alam bisa dikatakan bersifat sementara. Masih banyak yang perlu digali dan disempurnakan.

6. Tujuan Pendidikan Sains

Tujuan pendidikan sains adalah memberikan pengetahuan kepada anak didik tentang dunia tempat organisme hidup. Pengetahuan ini harus terhimpun teratur, dari gejala-gejala yang diamati di alam sekitar. Pendidikan sains memiliki fungsi dalam membantu manusia berpikir dengan pola sistematis, menjelaskan alam serta hubungan satu sama lain antar gejala alam, dan untuk meramalkan gejala alam


(44)

yang akan terjadi berdasarkan pola yang telah dipelajari.94 Berdasarkan fungsi tersebut maka pendidikan sains bertujuan untuk menanamkan suatu sikap hidup yang ilmiah, dan memberikan keterampilan.

Dasar yang kuat dalam pengetahuan sains dan metodologinya akan disertakan dalam pengembangan dari pertimbangan dan kemampuan analitis, memutuskan dan kemampuan memecahkan masalah, mudah merespon konteks yang berbeda dan menguasai keterbukaan dan pemikiran menyelidik yang akan mengeksplor lingkungan baru dan mempelajari hal baru. Keterampilan dan kebiasaan tersebut adalah yang dapat disejajarkan pada jenjang kompetensi di abad ke-21.95

Peserta didik harus memahami keistimewaan sains sebagai bentuk dari pengetahuan manusia dan penemuannya, serta mengetahui bagaimana sains dan teknologi membentuk bahan kajian, intelektual, dan lingkungan masyarakat. Pendidikan sains di masa depan melibatkan lebih banyak pengajaran peserta didik dibandingkan dengan pengajaran konsep dasar sains. Keterampilan dari proses pembelajaran sains digunakan untuk mengidentifikasi pertanyaan dan menggambarkan temuan-temuan sebagai tahap memahami dan membuat keputusan tentang hakikat dunia dan perubahan yang terjadi. Selain itu, proses pembelajaran sains perlu dilengkapi dengan etika dan sikap untuk mengembangkan isu-isu ilmiah sebagai suatu refleksi di masyarakat.

Paradigma baru pembelajaran sains adalah pembelajaran yang memiliki karakteristik menekankan pentingnya proses membelajarkan bagaimana cara belajar (learning how to learn), mengutamakan strategi yang mendorong dan melancarkan proses belajar peserta didik, membantu peserta didik agar memperoleh kecakapan dalam mencari jawaban atau solusi permasalahan, menekankan pembelajaran yang berbasis kompetensi dengan pendekatan kontekstual.96

Pembelajaran sains sebagai mata pelajaran di sekolah pada dasarnya akan mempunyai dampak yang penting karena hal ini berhubungan erat dengan

94

Ibid., h. 12-13

95

Science Syllabus Primary 2014, Curriculum Planning & Development Division, (Singapore : Ministry of Education, 2014), h. 4

96


(45)

keberlangsungan umat manusia di dunia ini, khususnya yang berhubungan dengan pilihan tindakan yang bijak terhadap isu-isu global, rekayasa genetik juga sebagai tuntutan angkatan kerja dalam lingkungan ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge based economy).97 Kenyataan ini jelas menunjukkan adanya suatu kebutuhan supaya pendidikan sains di sekolah haruslah efektif dan relevan bagi sebagian populasi dan juga untuk berbagai kelompok yang berbeda-beda (gender, latar belakang ekonomi dan sosial, suku bangsa, dan lokasi).

Sains bertanggung jawab memfasilitasi peserta didik dalam belajar tentang bagaimana melakukan inkuiri ilmiah dan menggunakan informasi ilmiah untuk menyelesaikan masalah dan mengambil kesimpulan.98 Proses pembelajaran IPA yang melibatkan buku teks sebagai sumber belajar dapat mempengaruhi peserta didik untuk memilih jenjang selanjutnya.

Pendidikan IPA bertanggung jawab untuk membimbing peserta didik dalam belajar tentang bagaimana melakukan inkuiri ilmiah dan menggunakan informasi ilmiah untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Pengetahuan yang didapat dari proses dan sumber belajar yang berkualitas akan mempengaruhi kehidupan, karir, dan peran peserta didik dalam kehidupan masyarakat. Peserta didik di masa depan akan dihadapkan pada produk yang mungkin dihasilkan dari proses inkuiri ilmiah dan teknologi yang terus berkembang.

7. Kajian Subjek Materi Ekosistem

Ekosistem merupakan tingkat organisasi tertinggi dalam organisasi Biologi, sehingga dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan konsep ekologi. Ekosistem yaitu interaksi antara populasi dalam suatu komunitas biotik dengan faktor abiotiknya. Biasanya dalam suatu ekosistem terdapat rantai kehidupan yang saling mempertahankan keseimbangan. Konsep ekosistem yang dipelajari di kelas VII (tujuh) SMP/Mts dijabarkan dalam satu standar kompetensi (SK), yaitu “Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem”.

97

Bambang suminto dalam Fatonah, Op.Cit., h. 8

98


(46)

Materi Ekosistem yang dipelajari meliputi komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan dalam ekosistem, hubungan antarkomponen ekosistem, manusia dan lingkungan hidup.99

a. Komponen-komponen penyusun ekosistem

Komponen dalam suatu ekosistem meliputi komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik tersusun atas makhluk hidup pengisi suatu wilayah sementara abiotik adalah unsur tak hidup dari lingkungan yang mendukung kehidupan.

b. Satuan-satuan dalam ekosistem 1) Organisme

Organisme yaitu suatu makhluk hidup yang dipelajari secara individu. Studi yang dilakukan adalah studi tentang perilaku, berkembang biak, cara makan atau pergerakan harian.

2) Populasi

Populasi yaitu kelompok individu organisme dari jenis yang sama dalam suatu daerah. Studi yang dapat dilakukan meliputi pengaruh keberadaan populasi suatu organisme terhadap lingkungannya atau tingkat pertumbuhan populasi dalam suatu wilayah.

3) Komunitas

Komunitas yaitu sekelompok populasi dari berbagai jenis organisme di suatu daerah tertentu. Komunitas adalah kumpulan populasi-populasi berbeda dan hidup bersama pada suatu wilayah atau daerah tertentu.

c. Hubungan antarkomponen pada ekosistem 1) Rantai makanan

Rantai makanan merupakan proses makan memakan antara organisme dengan organisme lain dalam komunitas, yang menjalani proses perpindahan energi dari produsen, konsumen dan dekomposer. Setiap rantai makanan dimulai dengan organisme Autotrof (sebagian besar adalah tanaman hijau) yang merupakan

99


(47)

produsen bagi komunitas. Selanjutnya, rantai makanan berakhir pada dekomposer yaitu organisme pengurai, biasanya adalah mikroba atau serangga yang melepaskan bahan sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen atau karnivora. Hubungan antara produsen dan dekomposer adalah beragam. Produsen dapat mati dan dimanfaatkan langsung oleh dekomposer tanpa adanya perantara atau produsen dapat dimakan oleh konsumen primer yaitu herbivora. Sebaliknya dekomposer dapat dimakan oleh konsumen sekunder atau karnivora.

2) Jaring-jaring makanan

Rantai makanan yang terdapat pada suatu komunitas terdiri dari jenis, jadi tidak hanya satu jenis proses makan memakan dalam suatu komunitas. Semua rantai makanan yang terdapat dalam komunitas akan membentuk jaring-jaring makanan atau food web. Jaring-jaring makanan terdiri dari berbagai rantai makanan atau food chain yang saling berhubungan satu dengan lainnya atau hubungan dari berbagai jenis organisme yang saling diperuntukkan oleh proses makan-memakan.

d. Manusia dan lingkungan

Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah.100 Selain pencemaran, hilangnya sejumlah spesies karena perburuan dan perusakan habitat juga merupakan masalah lingkungan. Diketahui lebih dari 3000 spesies hilang pada dua puluh tahun terakhir. Hal ini terjadi akibat spesies-spesies yang rentan tidak tahan terhadap perubahan suhu lingkungan yang cenderung meningkat. Naiknya suhu lingkungan selain diakibatkan oleh hilangnya sebagian besar hutan dan juga karena pemanasan global akibat efek rumah kaca. 101

Pencegahan pencemaran terhadap lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas industri dan aktivitas manusia dilakukan dengan cara menetapkan baku mutu lingkungan untuk mengendalikan dampak dari pencemaran. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar

100

Tim Dosen Biologi, Op.Cit.,h. 210

101


(48)

terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan dan lainnya.102

B. Kajian Penelitian Relevan

Penelitian atau kajian terhadap buku teks telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya di mana sebagian besar memiliki topik penelitian yang sama. Penelitian tersebut diantaranya:

Skripsi Tri Reatni Ariningrum Jurusan Biologi Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Judul Analisis Literasi Ilmiah Buku Teks Pelajaran Biologi SMA tahun 2013.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis). Pemilihan buku teks pelajaran biologi yang dianalisis dengan menggunakan teknik purposive sampling didapat tiga buku teks pelajaran biologi kelas XI yang digunakan di Jepara. Hasil penelitian menunjukkan pada ketiga buku dimensi sains sebagai batang tubuh pengetahuan menjadi dimensi yang paling dominan muncul sebesar 44.16%. Dimensi sains sebagai jalan investigasi sebesar 35%. Sedikit sekali bagian yang menekankan dimensi sains sebagai jalan berpikir dengan rata-rata persentase sebesar 35%. Dimensi sains dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat muncul paling sedikit dan kurang ditekankan pada semua buku dengan jumlah rata-rata sebesar 25%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi ilmiah buku teks pelajaran biologi SMA kelas XI yang digunakan di Kabupaten Jepara cukup baik sesuai dengan kriteria penilaian.

Penelitian Hila Lailatul dalam Jurnal Pendidikan Biologi yang berjudul “Analisis Isi Buku Sekoilah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI Semester 1 Berdasarkan Literasi Sains” bertujuan untuk memperoleh informasi ruang lingkup literasi sains pada buku sekolah elektronik (BSE) biologi SMA kelas XI yang digunakan oleh siswa-siswa SMAN di Kota Tangerang Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ruang lingkup literasi sains pada ke dua buku BSE yang dianalisis lebih menekankan kepada kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan dengan rata-rata persentase sebesar 82,7% dan persentase proporsi

102


(49)

kategori literasi sains yang paling rendah adalah kategori sains interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, sebesar 0,8%.

Penelitian Lee Young Hee dengan judul Comparative Analysis of the Presentation of the Nature of Science in U.S High School Biology and Korea High School Science Textbooks tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis isi dengan membandingkan penyajian buku teks yang didasarkan pada 4 tema hakikan sains. Pada bab pertama dari 4 buku SMA asal Amerika dan lima buku SMA asal Korea menyertakan 4 tema hakikat sains yaitu sains sebagai batang tubuh pengetahuan, sains sebagai jalan investigasi, sains sebagai cara berpikir, dan sains teknologi serta lingkungan. Hasil analisis dari buku Amerika dan Korea menampilkan reliabilitas yang baik dengan kisaran .63 sampai .96 pada buku teks Amerika dan .79 sampai 1.00 pada buku Korea berdasarkan derajat Cohen’s kappa. Beberapa buku SMA Amerika merefleksikan kajian hakikat sains di bab pertama, sedangkan hampir semua buku Korea seimbang dalam menampilkan keempat dimensi hakikat sains. Penulis buku Korea dan Amerika berusaha menyampaikan gagasan dari apa yang ditekankan penyelidikan sains dan proses berpikir para saintis bukan hanya menampilkan pengetahuan sains.

Penelitian yang dilakukan oleh Irina Pop-Păcurar dan Liliana Ciascai dengan judul Biology School Textbooks and Their Role for Students’ Success in Learning Sciences tahun 2010. Pop-Păcurar dan Ciascai melakukan riset terhadap buku teks sekolah biologi dan perannya pada keberhasilan peserta didik dalam belajar sains. Secara garis besar menilai kualitas buku teks sekolah Biologi di Rumania meliputi kualitas konten ilmiah pada buku teks, kualitas perubahan pendidikan pada konten ilmiah, kualitas gambar dan kualitas ilustrasi. Buku teks yang diteliti adalah buku dari kelas VI, VII, VIII. Penilaian menggunakan lembar evaluasi konten ilmiah dan pengenalan metodologi dari buku teks. Observer meliputi 32 mahasiswa dari fakultas Biologi-Geologi yang terdiri dari 28 wanita dan 4 pria. Hasil penelitian didapatkan masing-masing hasil evaluasi rata-rata berada pada tingkat bagus, baik konten ilmiah maupun pengenalan metodologi dari buku teks. Kualitas buku tersebut berbeda-beda karena perbedaan kemampuan penulis yang meliputi


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KEAKURATAN MATERI BUKU TEKS PENDAMPING BAHASA INDONESIA SMP KELAS VIII KURIKULUM 2013 Keakuratan Materi Buku Teks Pendamping Bahasa Indonesia SMP Kelas VIII Kurikulum 2013.

0 4 18

KEAKURATAN MATERI BUKU TEKS PENDAMPING BAHASA INDONESIA SMP KELAS VIII KURIKULUM 2013 Keakuratan Materi Buku Teks Pendamping Bahasa Indonesia SMP Kelas VIII Kurikulum 2013.

0 2 12

ANALISIS ISI BUKU MATEMATIKA KURIKULUM 2013 SMP KELAS VIII SEMESTER 1 Analisis Isi Buku Matematika Kurikulum 2013 SMP Kelas VIII Semester 1 Berdasarkan Taksonomi Timss.

0 2 16

ANALISIS ISI BUKU MATEMATIKA KURIKULUM 2013 SMP KELAS VIII SEMESTER 1 BERDASARKAN Analisis Isi Buku Matematika Kurikulum 2013 SMP Kelas VIII Semester 1 Berdasarkan Taksonomi Timss.

1 3 18

ANALISIS SOAL DALAM BUKU MATEMATIKA KELAS VIII SMP/ MTS KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PENILAIAN Analisis Soal Dalam Buku Matematika Kelas VIII SMP/MTS Kurikulum 2013 Berdasarkan Penilaian Komponen Pada Pisa.

0 3 14

ANALISIS SOAL DALAM BUKU MATEMATIKA KELAS VIII SMP/MTS KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PENILAIAN Analisis Soal Dalam Buku Matematika Kelas VIII SMP/MTS Kurikulum 2013 Berdasarkan Penilaian Komponen Pada Pisa.

0 2 17

PENDAHULUAN Analisis Soal Dalam Buku Matematika Kelas VIII SMP/MTS Kurikulum 2013 Berdasarkan Penilaian Komponen Pada Pisa.

0 2 5

ANALISIS KANDUNGAN SIKAP PADA BUKU TEKS IPA KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP.

0 1 197

Analisis Materi Dalam Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013

0 2 11

Materi Buku Teks .pdf kurikulum 2013

0 2 17