jawab dan pribadi yang produktif dalam kehidupan teknologi dunia; b menunjukkan kesadaran dalam memahami peran IPTEK di masyarakat, industri,
bisnis, contohnya kepekaan terhadap manfaat dan penyalahgunaan dari aplikasi sains.
63
Literasi sains untuk masa depan peserta didik bukan sekadar menjelaskan konsep dasar sains. Peserta didik harus fasih dalam menggunakan pengetahuan
sains untuk mengidentifikasi pertanyaan dan menggambarkan fakta ilmiah sebagai tahap membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi di lingkungan
akibat aktivitas manusia.
64
Peserta didik perlu memahami peran sains dalam membangun pengetahuan dan penyelidikan, serta membangkitkan kesadaran
tentang bagaimana sains dan teknologi membangun materi, pola pikir, serta lingkungan sosial. Peserta didik harus melengkapi pengetahuan tersebut dengan
etika dan sikap agar menjadi bahan perenungan. Kerangka kompetensi di abad ke-21 disediakan untuk pendidikan masa depan
sebagai persiapan bagi peserta didik agar menjadi pribadi yang percaya diri, pembelajar yang mandiri, masyarakat yang peduli, dan sebagai kontributor yang
aktif.
65
Kerangka kerja kurikulum sains adalah turunan dari kebijakan kerangka belajar dan pembelajaran sains. Bagian sentral dari kerangka kurikulum adalah
menanamkan semangat dari penyelidikan ilmiah. Desain kurikulum memungkinkan peserta didik untuk menemukan sains secara bermakna dan
berguna. Penyelidikan merupakan dasar pengetahuan untuk menjawab isu-isu dan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan peran sains dalam kehidupan
sehari-hari, masyarakat dan lingkungan.
4. Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Sains
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi, dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji
kebenarannya secara ilmiah, sedangkan pengetahuan adalah apa saja yang
63
Ibid, h. 3
64
Science Syllabus Primary, Curriculum Planning Developement Division, Singapore : Ministry of Education Singapore, 2014, h. 4
65
Science Syllabus for lower secondary, Op.Cit., h. 4
diketahui oleh manusia baik melalui panca indera, intuisi, pengalaman maupun firasat.
66
Sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal. Sains dapat
didefinisikan sebagai kumpulan rasionalisasi kolektif insani atau sebagai pengetahuan yang sudah sistematis. Pemikiran sekuler memandang sains memiliki
tiga karakteristik yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sementara dalam islam sains tidak boleh bebas nilai baik nilai lokal maupun nilai universal.
67
Sains memiliki makna yang merujuk pada pengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis dalam sistem tersebut serta mencakup segala
macam pengetahuan. Pengetahuan sains dibangun dengan kesadaran kognisi yang meliputi semua kegiatan pengamatan dan analisis ditambah dengan serangkaian
percobaan di laboratorium untuk memperkuat kerangka sistem dan pemahaman yang lebih komprehensif.
68
Ilmu Pengetahuan Alam IPA adalah pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau
dapat diteerima oleh akal sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah.
Sains merupakan susunan sistematis hasil temuan yang dilakukan para ilmuan. Hasil temuan tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori maupun model
ke dalam kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang yang dikaji.
69
Pengetahuan sains menekankan pada aspek: 1 tahu bahwa know what; 2 tahu bagaimana
know how; 3 tahu akan know about; 4 tahu mengapa know why. Hal tersebut sesuai dengan sejauh mana pengetahuan telah di olah dan seberapa
banyak pengetahuan itu diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada. Ilmu pengetahuan alam atau sains menurut islam yaitu meliputi iman,
kebaikan, dan keadilan bagi manusia, baik bagi dirinya sebagai makhluk Allah maupun bagi dirinya sebagai anggota masyarakat atau umat manusia. Ilmu
66
Wahyuddin Ahmad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Grasindo, 2009, h. 82
67
Ibid, h. 82
68
Surjani Wonorahardjo, Dasar-Dasar Sains: Menciptakan Masyarakat Sadar Sains, Jakarta: PT. Indeks, 2011, h. 11
69
Fatonah, Op.Cit., h. 6
pengetahuan atau sains harus terindera dan masuk akal serta diperoleh melalui proses pemaknaan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dapat dikuasai dengan izin
Allah melalui perbuatan dan pengabdian ibadah yang tidak dapat terlepas dari landasan iman dan tujuan yang ingin dicapai yaitu kemuliaan dan keridhaan Allah
SWT yang di dalamnya terkandung maslahat bagi manusia ihsan yang harus dicapai melalui perbuatan islam.
70
Ilmu alam merupakan suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh disusun dengan cara yang khaskhusus, yaitu melakukan eksperimentasi, pengambilan
kesimpulan, penyusunan teori, serta observasi dan saling berkaitan satu sama lain. Cara yang digunakan untuk memperoleh ilmu tersebut disebut dengan metode
ilmiah sebagai dasar metode yang digunakan dalam IPA.
71
Sains sebagai ilmu pengetahuan memiliki makna yaitu; 1 sebagai proses memperoleh informasi melalui metode empiris empirical method; 2 informasi
yang diperoleh melalui penyelidikan yang telah ditata secara logis dan sistematis; dan 3 suatu kombinasi proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang
dapat dipercaya dan valid.
72
Sains merupakan ilmu pengetahuan berdasarkan dari pengamatan langsung di lapangan sehingga didapatkan pengetahuan yang bersifat
logis serta dapat diuji kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode penyelidikan inquiry method meliputi cara
berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk- produk sains atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran,
merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi.
73
Ilmu pengetahuan alam IPA memiliki sifat dinamis dan didasarkan pada metode ilmiah sebagai landasan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan
ilmiah. Proses pembelajaran IPA berlangsung terus-menerus sehingga selalu terdapat mekanisme kontrol, bersifat terbuka untuk selalu diuji kembali dan
bersifat kumulatif. Pengetahuan yang diperoleh selalu bertumpu di atas dasar-
70
Jusuf A. Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, h. 90
71
Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004, h. 18
72
Hungerford, Volk dan Ramsey dalam Fatonah, Op.Cit., h. 7
73
Ibid, h. 8