agar dapat menghasilkan jumlah keuntungan yang maksimum pula. Walaupun sumberdaya ikan memiliki kemampuan rekrutmen, namun apabila dilakukan
penambahan jumlah effort yang meningkat tajam setiap tahunnya, hingga pada kondisi open access maka akan berdampak pada jumlah stok dan hasil tangkapan
yang menurun sehingga pendapatan para nelayan akan berkurang pula. Pada kondisi open access tidak ada batasan bagi nelayan untuk memanfaatkan
sumberdaya ikan yang ada di laut. Jika ditinjau dari segi ekonomi pengusahaan sumberdaya pada kondisi open access tidak lagi menguntungkan karena
keuntungan komparatif sumberdaya akan terus habis. Oleh karena sifat dari pemanfaatan sumberdaya ikan yang open access maka nelayan akan cenderung
mengembangkan jumlah armada penangkapannya maupun tingkat upaya untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Secara ekonomi hal ini tidak
efesien karena keuntungan yang diperoleh akan berkurang atau bahkan tidak memperoleh keuntungan sama sekali. Agar kegiatan usaha penangkapan ikan
tidak mengalami open access sebaiknya pemerintah memberlakukan suatu kebijakan tentang batasan jumlah alat tangkap yang diizinkan beroperasi di
kabupaten Polewali Mandar.
6.6 Analisis Kelayakan Usaha
Analisis usaha merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya. Analisis usaha penangkapan bagan yang dianalisis meliputi analisis finansial dan analisis investasi. Perhitungan analisis usaha
penangkapan bagan yaitu hanya kegiatan penangkapan ikan, sehingga jumlah trip yang dihitung pada saat menangkap ikan.
Investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik untuk melakukan usaha
penangkapan dalam satu tahun sebesar Rp 135.000.000 yang terdiri atas biaya perahu, alat tangkap, serta biaya perlengkapan Lampiran 7.
Biaya usaha merupakan pengeluaran dari kegiatan usaha penangkapan yang harus dikeluarkan. Biaya usaha terdiri atas biaya tetap fixed cost dan biaya
tidak tetap variabel cost. Biaya tetap fixed cost merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan kegiatan penangkapan. Biaya tetap
fixed cost yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik setiap tahunnya meliputi biaya perawatan dan biaya penyusutan unit penangkapan bagan perahu. Biaya tetap
yang dikeluarkan untuk setiap tahunnya sebesar Rp 33.250.000 Lampiran 7. Biaya tidak tetap variabel cost adalah biaya yang hanya dikeluarkan
pada saat melakukan kegiatan penangkapan ikan. Biaya tidak tetap variabel cost yang dikeluarkan pada saat kegiatan operasi berlangsung meliputi: biaya bahan
bakar minyak tanah, bensin, oli, ransum dan retribusi. Rata-rata biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam satu trip sebesar Rp 416.600, dengan jumlah trip dalam
satu tahun sebanyak 288 trip, sehingga biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam satu tahun sebesar Rp 123.380.800, termasuk biaya retribusi.
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui keuntungan usaha yang diterima nelayan, mengetahui hasil penjualan minimal atau hasil tangkapan
minimal dari sebuah unit penangkapan bagan. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis usaha, besarnya
penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha sama dengan
nol. Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui keuntungan usaha yang
diterima nelayan, hasil penjualan minimum atau hasil tangkapan minimal BEP dari sebuah unit penangkapan bagan selama satu tahun usaha. Analisis usaha yang
digunakan yaitu nilai BEP dan ROI. BEP Break Event Point merupakan jumlah dan nilai minimal yang harus
diperoleh agar dapat menutup total biaya. Berdasarkan hasil perhitungan BEP diperoleh nilai produksi per tahun sebesar Rp 40.473.338,97 dengan volume
produksi per tahun sebesar 28.663,67 ton. Hasil perhitungan terhadap ROI adalah 51,20. Hal ini berarti setiap
investasi sebesar Rp 100 akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 51,20. Nilai ini juga menjelaskan tingkat keuntungan atas investasi sebesar 51,20. Tentunya
angka tersebut relatif memberikan gambaran terhadap bagusnya prospek investasi terhadap sektor perikanan khususnya perikanan bagan perahu. Nilai ROI sebesar
51,20 artinya nilai ROI tersebut tergolong kategori “baik” yaitu jika nilai ROI 25.
Usaha perikanan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat khususnya dengan alat tangkap bagan merupakan salah satu usaha ekonomi yang
berpotensi untuk dapat dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis finansial dengan mempertimbangkan kriteria investasi, maka usaha perikanan bagan di Polewali,
Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat layak dikembangkan. Hal ini jelas terlihat dari nilai kelayakan usaha serta adanya peluang pengembangan usaha
perikanan bagan. Hasil perhitungan kelayakan usaha menunjukkan bahwa semua hal yang
terkait dengan usaha penangkapan mendapat keterangan layak untuk diusahakan. Hasil analisis pendapatan produksi bagan, hasilnya dapat menutupi biaya operasi
serta upah yang diterima oleh para karyawan kapal, mulai dari juragan kapal sampai ABK lainnya diatas standar upah minimum yang ditetapkan oleh daerah
semakin memperjelas bahwa usaha perikanan bagan layak untuk dikembangkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan