Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Sejarah Perikanan Bagan

3 1996 83 4 1997 31 5 1998 34 6 1999 37 7 2000 37 8 2001 89 9 2002 75 10 2003 69 Sumber: Dnas perikanan Kabupaten Polewali Mandar, 2003. Produksi ikan selama sepuluh tahun terakhir; produksi ikan laut tertinggi terdapat pada tahun 1994 sebesar 2.905 ton dengan nilai produksi Rp 6,97 milyar sedangkan nilai produksi terbesar terdapat pada tahun 1998 sebesar Rp 8,21 milyar dengan jumlah produksi 1.866 ton Tabel 9. Produksi ikan yang terendah terjadi pada tahun 2001 dengan jumlah produksi sebesar 1.349 ton dengan nilai Rp 4,93 milyar. Meningkatnya produksi ikan tersebut hal ini disebabkan karena pada tahun 1997-1998 kapal-kapal yang beroperasi pada tahun tersebut sedikit mengalami peningkatan sehingga produksi ikan pada tahun yang sama mengalami peningkatan. Tabel 9 Volume dan nilai produksi perikanan yang didaratkan di Kabupaten Polewali Mandar tahun 1994-2003 Tahun Produksi Ikan Kg Nilai Produks iIkan Rp 1994 2.905.990 6.974.376.000 1995 2.320.890 4.641.780.000 1996 2.170.605 7.597.117.500 1997 1.577.830 6.311.320.000 1998 1.866.975 8.214.690.000 1999 1.766.960 7.793.420.000 2000 1.740.880 7.768.472.500 2001 1.349.550 4.937.115.000 2002 1.609.630 6.427.375.000 2003 1.616.750 7.254.725.000 Sumber : Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Polewali Mandar, 2003 .

4.4 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan

Ada dua musim yang sangat mempengaruhi operasi penangkapan ikan di Kabupaten Polewali Mandar, yaitu musim barat dan musim timur Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Polewali Mandar, 2006. Musim barat terjadi pada bulan Desember-Maret, ditandai dengan adanya hujan dan angin yang sangat kencang serta disertai dengan ombak yang sangat besar. Dalam musim barat ini menyebabkan banyak nelayan yang tidak melaut, sehingga pada musim ini disebut sebagai musim paceklik atau musim jarang ikan. Musim timur terjadi pada bulan April-September, dimana jarang terjadi hujan dan keadaan laut biasanya tenang dan ikan tersedia banyak di perairan. Pada musim timur inilah biasanya merupakan musim puncak ikan. Selain kedua musim tersebut, dikenal juga musim peralihan. Musim peralihan ini terjadi pada bulan Oktober - November. Penentuan daerah operasi penangkapan ikan biasanya tergantung dari jenis alat tangkap yang digunakan, ukuran kapal, keadaan cuaca serta kebiasaan pengalaman. Pada umumnya operasi penangkapan dilakukan di sekitar teluk atau bahkan sedikit keluar dari teluk. Daerah penangkapan ikan meliputi perairan Pajalele, Karang mencena dan Pinrang. Hal ini disebabkan karena melihat kondisi ukuran kapal yang relatif sedang dengan konstruksi yang sederhana sehingga tidak memungkinkan beroperasi lebih jauh. Adapun kedalaman daerah penangkapan pada bagan berkisar antara 200-300 meter. 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Sejarah Perikanan Bagan

Bagan merupakan salah satu jaring angkat yang dioperasikan di perairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan. Menurut Subani 1972, di Indonesia bagan ini diperkenalkan pada awal tahun 1950 dan sekarang telah banyak mengalami perubahan. Pertama kali bagan digunakan oleh nelayan Makassar dan Bugis di Sulawesi Selatan, kemudian nelayan daerah tersebut membawanya ke mana-mana dan akhirnya hampir dikenal di seluruh Indonesia. Hal ini diperkuat oleh Mallawa et al, 1992 bahwa alat tangkap bagan pertama kali diperkenalkan di perairan Luwu Teluk Bone di Sulawesi Selatan pada tahun 1987. Dua tahun kemudian 1989 alat tangkap ini telah berkembang di perairan Barru Selat Makassar. Dari wawancara dengan beberapa nelayan di Polewali diperoleh informasi bahwa alat tangkap bagan sudah mulai beroperasi di perairan Barru termasuk di wilayah Polewali sejak tahun 1987. Bagan pernah mengalami perubahan dari ukuran 22 m × 21 m kemudian dirubah menjadi ukuran 33 m × 31 m yang disebut sebagai bagan rambo. Hasil wawancara menyatakan, bahwa pemberian nama bagan rambo terungkap bahwa kata rambo berarti besar yang berkaitan dengan ukuran bagan yang lebih besar. Namun seiring perjalanan usaha perikanan, hasil tangkapan bagan rambo tidak jauh berbeda dengan hasil tangkapan bagan yang berukuran 22 m × 21 m namun disisi lain biaya operasi bagan rambo dua kali lipat dari bagan kecil. Sehingga para pengusaha bagan kembali merubah ukuran bagannya dengan ukuran kecil 22 m × 21 m sampai sekarang. Sampai dengan tahun 2003 jumlah bagan yang beroperasi di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 69 unit Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Polewali Mandar, 2003. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan bagan di Polewali menyatakan bahwa seiring sejarah perjalanan bagan sampai sekarang belum pernah terjadi konflik dengan alat tangkap lain hal ini mungkin disebabkan karena pengaturan dari fishing ground saat operasi penangkapan.

5.2 Unit Penangkapan Bagan Perahu