3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli-September 2007 yaitu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi
penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan ketersediaan data maupun eksesibilitas yang baik dalam mendukung pelaksanaan penelitian Gambar 7.
N E
W S
Gambar 7 Lokasi daerah penelitian.
Legenda
1: 250.000 119 00’
119 30’
4 00’ 3 30’
: Fishing base : Garis batymetri
: Fishing ground : Lokasi penelitian
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku identifikasi ikan,
kuisioner, kamera dan alat tulis menulis. Software yang digunakan adalah
Microsoft Word, Excel, Maple VIII, dan SPSS 12. Buku identifikasi digunakan untuk melakukan identifikasi setiap spesies yang tertangkap oleh bagan selama
penelitian berlangsung. Kuisioner dengan nelayan dan pedagang pengumpul serta juragan kapal mencakup hasil tangkapan, alat tangkap, wilayah
penangkapan, pemasaran dan lain-lain. Untuk melakukan pengolahan data digunakan satu unit Personal Computer PC. Peralatan lain seperti current meter
untuk mengukur suhu dan kecepatan arus, hand refractormeter untuk mengukur salinitas, kamera digital sebagai alat dokumentasi, timbangan untuk mengukur
berat ikan dan data pendukung lainnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis ikan yang tertangkap oleh bagan.
3.3 Metode Penelitian
Berdasarkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian, maka metode yang digunakan adalah metode survai yaitu pengamatan secara langsung di
lapangan, serta dilakukan wawancara langsung dengan nelayan setempat dengan menggunakan kuesioner. Penggunaan metode survai dalam penelitian ini sangat
tepat karena kajian tentang teknologi penangkapan dan pengembangan usaha perikanan membutuhkan tinjauan langsung atau pengamatan langsung mengenai
keadaan aktual di lapangan dari berbagai pelaku stakeholder yang terlibat dalam sistem bisnis perikanan.
3.4 Batasan Penelitian 3.4.1 Lingkup penelitian
Objek penelitian adalah unit penangkapan bagan yang memiliki ukuran yang hampir seragam yaitu secara umum berukuran P × L × T adalah 21 × 2,1 ×
1,8 m. Adapun ukuran alat tangkap waring yaitu 21 × 21 × 11 m. Batasan untuk lokasi fishing base yaitu daerah Ujun dan perkampungan
nelayan yaitu Tonyaman. Kedua tempat ini merupakan tempat bersandar dan berlabuhnya bagan perahu dan merupakan salah satu basis perkampungan bagi
nelayan bagan dan juga tempat pelelangan ikan pada saat ikan didaratkan atau dijual.
3.4.2 Sumberdaya ikan
Batasan untuk sumberdaya ikan yaitu perikanan bagan perahu berbasis sumberdaya ikan pelagis kecil. Adapun jenis ikan hasil tangkapan utama bagan
antara lain teri Stolephorus spp, kembung Rastrelliger spp, layang Decapterus ruselli. Sedangkan hasil tangkapan sampingan seperti selar bentong Selaroides
spp, tembang Sardinella spp, layur Trichiurus savala, kerong-kerong Therapon theraps, rejum Sillago sihama, peperek Leiognathus spp, japuh
Dussumeria acuta, rambeng Dipterygonosus spp.
3.4.3 Aspek sosial
Batasan parameter sosial meliputi penyerapan tenaga kerja, latar belakang pendidikan, penerimaan nelayan terhadap unit penangkapan bagan dan
kelembagaan perikanan bagan.
1 Penyerapan tenaga kerja Jumlah nelayan yang bekerja dalam operasi penangkapan ikan pada bagan
yaitu berkisar antara 9-10 orang per kapal. Tenaga kerja yang diserap diluar dari operasi penangkapan bagan misalnya
kuli angkut, pengumpul ikan, pedagang dan lain-lain. 2 Latar belakang pendidikan
Tingkat pendidikan nelayan secara formal maupun non formal serta penyuluhan-penyuluhan dari dinas setempat.
3 Penerimaan nelayan lain terhadap bagan Terjadinya konflik atau tidak antar nelayan bagan dengan alat tangkap lain.
4 Kelembagaan perikanan bagan Lembaga yang terkait dalam perikanan bagan yaitu kelembagaan
pemerintah, bank, koperasi dan kelompok nelayan.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai dan metode penelitian yang digunakan yaitu dengan cara pengukuran dan observasi langsung di
lapangan maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis adalah sebagai berikut :
1 Data primer : yaitu data yang dikumpulkan dari juragan kapal pemilik
modal, kapten kapal, nelayan bagan perahu ABK serta orang-orang yang terkait yaitu dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan menggunakan
kuesioner yang telah disusun sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan menyangkut kegiatan usaha penangkapan ikan
yaitu 1 Aspek biologi meliputi : komposisi jenis hasil tangkapan, tingkat pemanfaatan, produksi hasil tangkapan dan musim penangkapan; 2 Aspek teknis
meliputi: metode operasional kapal, ukuran kapal, tenaga penggerak yang digunakan, ukuran alat penangkapan dan lain-lain yang berkaitan dengan aspek
teknis dari bagan perahu; 3 Aspek sosial meliputi : jumlah nelayan yang terserap serta mengetahui konflik dari alat tangkap yang lain; 4 Aspek ekonomi meliputi
: biaya investasi, biaya operasional, biaya perawatan dan nilai produksi.
2 Data sekunder : yaitu data penunjang yang dikumpulkan dari pemerintah
daerah, dinas perikanan, kantor statistik Kabupaten Polewali Mandar, kantor
Propinsi Sulawesi Barat serta instansi lain yang berkaitan dengan objek penelitian, dan literatur pendukung lainnya studi pustaka. Data yang dikumpulkan
mencakup keadaan geografis daerah penelitian, keadaan umum perikanan tangkap
di Kabupaten Polewali Mandar, perkembangan jumlah kapal atau perahu di Kabupaten Polewali Mandar, perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten
Polewali Mandar, perkembangan jumlah unit penangkapan menurut jenis alat tangkap di Kabupaten Polewali Mandar, produksi perikanan yang didaratkan di
Kabupaten Polewali serta musim penangkapan ikan Tabel 1. Tabel 1 Cara pengumpulan data di lapangan
Sumber No
Jenis Data Pengamatan
langsung Data
sekunder Teknik
pengumpulan Output
1. Aspek biologi
Komposisi jenis hasil tangkapan,
tingkat pemanfaatannya,
produksi hasil tangkapan, dan
lain-lain. Referensi
jenis hasil tangkapan.
Wawancara nelayan dan
kuesioner. Hasil
tangkapan
2. Aspek teknis
Aspek-aspek teknis terhadap
produksi hasil tangkapan.
Wawancara nelayan dan
kuesioner. Teknis
operasi
3. Aspek sosial
Jumlah nelayan, terjadinya
konflik atau tidak, diterima
atau tidaknya dimasyarakat.
Wawancara nelayan dan
kuesioner. Potensi
konflik
4. Aspek ekonomi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi aspek ekonomi.
Wawancara nelayan dan
kuesioner. Kelayakan
usaha
5. Keadaan geografis
penelitian Keadaan
geografis dan topografinya.
Dinas perikanan dan
referensi. Wawancara
dengan dinas perikanan.
Keadaan geografis
6. Keadaan umum
perikanan tangkap Dinas
perikanan dan referensi.
Wawancara dengan dinas
perikanan Keadaan
perikanan tangkap
7. Perkembangan jumlah
Jumlah unit Wawancara
unit penangkapan penangkapan. dengan dinas
perikanan. 8. Produksi perikanan
yang didaratkan Dinas
perikanan dan referensi.
Wawancara dengan dinas
perikanan. Produksi
perikanan
9. Musim dan
daerah penangkapan Dinas
perikanan dan referensi.
Wawancara dengan dinas
perikanan. Musim dan
daerah penangkapan
Data yang dikumpulkan untuk masing-masing aspek kajian aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi adalah sebagai berikut:
3.5.1 Aspek biologi
Pengukuran parameter biologi pada penelitian ini dilakukan terhadap sumberdaya ikan sebagai salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter
biologi yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pengukuran parameter biologi terhadap sumberdaya ikan
No Parameter Biologi
Uraian
1.
2. 3.
4. Komposisi jenis hasil
tangkapan Tingkat pemanfaatan
Produksi hasil angkapan
t Musim penangkapan
Jenis-jenis hasil tangkapan ikan, berupa jenis ikan yang menjadi target spesies dan jenis hasil
tangkapan sampingan by - catch. Status pemanfaatan sumberdaya ikan yang
diperoleh dengan membandingkan potensi lestari an produksi lestari.
d Produksi hasil tangkapan per trip, per bulan,
an per tahun. d
Musim penangkapan meliputi musim puncak, musim biasa dan musim paceklik.
3.5.2 Aspek teknis
Pengukuran parameter teknis dilakukan pada kapalperahu dan alat penangkapan ikan. Beberapa parameter teknis yang akan dikumpulkan pada
penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pengukuran parameter teknis kapal dan alat penangkapan ikan
No Parameter Teknis
Uraian
1. Ukuran kapalperahu
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui panjang, lebar dan tinggi kapalperahu yang
digunakan oleh nelayan yang tentunya berkaitan dengan GT, jangkauan daerah
penangkapan serta kapasitas produksi.
2. Tenaga penggerak
Tenaga penggerak yang digunakan meliputi mesin utama dan mesin tambahan untuk
mengetahui ukuran tonase, merek mesin, dan kecepatan maksimum dari tenaga penggerak.
3. Operasional kapal
Operasional kapal untuk mengetahui jumlah hari operasi per trip, per bulan, dan per
tahun, penyebab tidak beroperasi; metode pengoperasian; Bahan bakar yang
digunakan, dan lain-lain.
4.
5. Ukuran alat penangkapan
ikan Jumlah lampu
Pengukuran alat penangkapan ikan seperti dimensi panjang dan lebar dan pengukuran
mata jaring mesh size; bahan jaring; nama umum alat tangkap dan daerahnya.
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui jumlah lampu yang digunakan dalam operasi
penangkapan ikan dan keterkaitan lampu terhadap hasil tangkapan.
3.5.3 Aspek sosial
Pengukuran parameter sosial dalam penelitian ini diarahkan kepada nelayan sebagai pelaku utama dalam kegiatan penangkapan ikan. Beberapa parameter
sosial yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengukuran parameter sosial pada nelayan yang menggunakan unit penangkapan bagan
No Parameter Sosial
Uraian
1.
2. 3.
4.
5.
6. Penyerapan tenaga
kerja pada unit penangkapan bagan
Latar belakang pendidikan
Persepsi nelayan terhadap bagan
Konflik sosial
Kelembagaan perikanan bagan
Sistem bagi hasil Banyaknya nelayan yang bekerja dalam setiap
kegiatan operasi penangkapan ikan pada perikanan bagan.
Tingkat pendidikan nelayan bagan. Penerimaan nelayan terhadap unit penangkapan
ikan antar nelayan bagan, alat tangkap lain dan masyarakat setempat.
Konflik yang terjadi antar nelayan bagan dengan alat tangkap lain, manajemen bagan,
kelembagaan instansi, stakeholder yang terkait dalam perikanan bagan serta solusi dalam
menyelesaikan konflik sosial dalam perikanan bagan.
Lembaga yang terkait dalam perikanan bagan meliputi : kelembagaan pemerintah, bank,
koperasi dan kelompok nelayan.
Sistem bagi hasil pelaku perikanan bagan.
3.5.4 Aspek ekonomi
Beberapa parameter ekonomi yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Pengukuran parameter ekonomi terhadap unit penangkapan bagan
No Parameter Ekonomi
Uraian
1.
2.
3.
4. Biaya investasi
Biaya operasional
Biaya perawatan
Nilai produksi Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
kapalperahu, alat penangkapan ikan, mesin dan perlengkapan lainnya.
Biaya yang dikeluarkan saat kegiatan operasional penangkapan dilaksanakan seperti Bahan Bakar
Minyak BBM, perbekalan dan es.
Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kapalperahu, alat penangkapan ikan, mesin dan
perlengkapan lainnya.
Berat produksi dikali harga persatuan berat pada tingkat harga produsen, dinyatakan dalam rupiah.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa analisis yaitu: 1 Analisis fungsi produksi; 2 Pendugaan parameter biologi; 3 Pendugaan parameter ekonomi;
4 Kelayakan usaha.
3.6.1 Analisis fungsi produksi
Analisis fungsi produksi yang sering dilakukan oleh para peneliti untuk memperoleh informasi hubungan antara faktor produksi dapat digunakan dengan
fungsi Cobb Douglas, fungsi linear atau fungsi kuadratik. Umumnya yang sering dipakai adalah fungsi linear dengan analisis regresi Steel and Torrie 1981.
Peubah Y disebut sebagai peubah tidak bebas, sedangkan peubah X disebut peubah bebas. Apabila lebih dari satu peubah maka disebut dengan garis regresi
linear berganda. Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi unit penangkapan bagan perahu dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan
persamaan regresi linear berganda Steel and Torrie 1981 dan menggunakan program SPSS 12. Adapun persamaan sebagai berikut:
Y = b
o
+b
1
X
1
+b
2
X
2
+b
3
X
3
+…….b
n
X
n
+e
dimana : Y = Nilai dugaan produksi atau nilai variabel tak bebas
bo = Peubah pengganggu intersep b
i
= Koefisien regresi X
i
= Koefisien produksi yang digunakan n = Jumlah variabel
e = Kesalahan Variabel yang ditentukan dan diukur di lapangan adalah:
1. Variabel tak bebas : hasil tangkapan Y
Hasil tangkapan yang dimaksud adalah jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dalam satu tahun. Satuan ukuran yang digunakan dalam hasil tangkapan
adalah tontahun. 2.
Variabel bebas X
Variabel bebas yang digunakan sebagai faktor-faktor teknis produksi dalam penangkapan bagan perahu adalah jumlah tenaga karja ABK, jumlah bahan
bakar, panjang jaring, tinggi jaring, jumlah hari tangkapan dan ukuran kapal.
1 Jumlah tenaga karja X
1
Tenaga kerja yang dimaksud adalah jumlah jumlah nelayan yang ikut dalam kegiatan penangkapan. Tenaga kerja merupakan satu unsur utama dalam
operasi penangkapan, sehingga dimasukkan dalam faktor teknis produksi. 2 Jumlah bahan bakar X
2
Bahan bakar merupakan salah satu faktor pada kegiatan penangkapan ikan yang dipakai dalam motorisasi. Bahan bakar yang dihitung adalah jumlah rata-rata
bahan bakar yang digunakan tiap trip dalam satu tahun. Satuan yang digunakan adalah litertahun.
3 Panjang jaring bagan X
3
Panjang jaring bagan yang dimaksud adalah panjang ukuran jaring sebelum digunakan di dalam air. Panjang jaring diduga mempunyai hubungan
yang nyata terhadap hasil tangkapan. Pengukuran panjang jaring bagan dengan satuan meter.
4 Tinggi jaring bagan X
4
Tinggi jaring bagan yang dimaksud adalah ukuran tinggi jaring bukan di dalam air. Tinggi jaring diduga mempunyai hubungan yang nyata terhadap hasil
tangkapan. Pengukuran tinggi jaring dengan satuan meter. 5 Jumlah hari tangkapan X
5
Jumlah hari tangkapan yang dimaksud adalah jumlah trip operasi penangkapan pukat cincin mini purse seine yang menggunakan satuan hari.
6 Ukuran kapal X
6
Ukuran kapal merupakan bobot kapal yang dinyatakan dalam gross tonage GT. Menurut Nomura and Yamazaki 1977, pengukuran gross tonage kapal
menggunakan rumus: GT = L × B × D × C × 0,353
Keterangan : L = Panjang kapal meter
B = Lebar kapal meter D = Dalam kapal meter
C = Konstanta bahan kapal kayu = 0,55
7 Jumlah lampu X
7
Jumlah lampu merupakan banyaknya lampu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan.
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor fungsi produksi dengan hasil tangkapan, diuji dengan pengujian hipotesis yang menggunakan uji statistik.
Pengujian yang dilakukan terhadap pengaruh faktor produksi sebagai berikut: pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi Y di lakukan dengan uji F yaitu :
H : b
i
= 0 untuk i=1,2,3,......,n. Ini berarti antara hasil tangkapan Y dengan
faktor teknis produksi X
i
tidak ada hubungan yang nyata.
H
1
: minimum salah satu b
i
≠ 0 untuk i= 1,2,3,.....,n. Ini berarti bahwa hasil
tangkapan Y tergantung terhadap faktor teknis produksi X
i
secara bersama- sama.
Jika : F
hitung
F
tabel
H ditolak
F
hitung
F
tabel
H diterima
Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi dilakukan dengan uji t- student yaitu :
H : b
i
= 0 untuk i = 1,2,3,.....,n
Ini berarti antara hasil tangkapan Y dengan faktor teknis produksi X
i
tidak ada hubungan yang nyata.
H
1
= b
i
≠ 0 untuk i = 1,2,3,.....,n
Ini berarti bahwa hasil tangkapan Y memiliki hubungan yang nyata terhadap faktor teknis produksi X
i
.
Jika t
hit
t
tab
H ditolak
t
hit
t
tab
H diterima
Hal ini berarti bahwa jika H ditolak pada selang kepercayaan tertentu,
maka faktor teknis produksi X
i
yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi Y. Sebaliknya, jika H
diterima pada selang kepercayan tertentu, maka faktor teknis produksi X
i
yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi Y.
Uji- F digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh faktor produksi X
i
secara bersama-sama terhadap produksi Y, sedangkan untuk pengujian hipotesis mengenai koefisien regresi parsial digunakan uji t-student.
3.6.2 Pendugaan parameter biologi
Metode surplus produksi merupakan salah satu metode untuk menentukan tingkat upaya penangkapan optimum, yaitu kegiatan penangkapan yang
menghasilkan tangkapan maksimum tanpa mempengaruhi produktivitas populasi ikan dalam waktu panjang. Hubungan hasil tangkapan dengan upaya penangkapan
dilihat dengan menggunakan metode surplus produksi Schaefer Sparre and Venema 1999.
Hubungan fungsi tersebut adalah : e
x Y
+ +
=
β α
dimana : Y = Peubah tak bebas CPUE dalam kgunit x = Peubah bebas effort dalam unit kapal
e = Simpangan α,β = Parameter regresi penduga nilai a dan b.
Kemudian diduga dengan fungsi dugaan, yaitu : Y= a + bx Nilai a dan b dapat ditentukan menggunakan rumus :
n x
b y
a
∑ ∑
− =
∑ ∑
∑ ∑ ∑
− −
=
2 2
x x
n y
x xy
n b
Selanjutnya dapat ditentukan dengan persamaan berikut : 1
Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan f, bf
a CPUE
− =
2 Hubungan antara hasil tangkapan C dengan upaya penangkapan f,
bf af
C −
= 3
Upaya penangkapan optimum f
opt
diperoleh dengan cara menyamakan turunan pertama hasil tangkapan terhadap upaya penangkapan sama dengan
nol, adalah sebagai berikut :
b a
f bf
a C
bf af
C
opt
2 2
= =
− =
− =
4 Produksi maksimum lestari MSY diperoleh dengan cara mensubtitusikan
nilai upaya penangkapan optimum ke dalam persamaan 2
4 2
2 2
max
b a
b b
a a
C −
= b
a MSY
4
2
=
5 CPUE optimum diperoleh dengan cara menyamakan turunan pertama hasil
tangkapan terhadap CPUE sama dengan nol
2 a
CPUE
opt
=
atau
opt opt
f MSY
CPUE =
3.6.3 Pendugaan parameter ekonomi
Model bio-ekonomi penangkapan dalam penelitian ini diduga dengan menggunakan model Gordon Schaefer, dengan berdasarkan pada model biologi
Schaefer 1975 dan model ekonomi Gordon 1954. Model bio-ekonomi yang digunakan adalah model bio-ekonomi statik dengan harga tetap. Model ini disusun
dari model parameter biologi , biaya penangkapan dan harga ikan. Berdasarkan asumsi bahwa harga ikan per kg p dan biaya penangkapan
per unit upaya tangkap adalah konstan, maka total penerimaan nelayan dari usaha penangkapan TR adalah :
TR = P × C dimana :
TR = Total revenue penerimaan total P = Harga rata-rata ikan hasil survey per kg Rp
C = Jumlah produksi ikan kg Total biaya penangkapan TC dihitung dengan persamaan :
TC = c × E dimana :
TC = Total cost biaya penangkapan total c = Total pengeluaran rata-rata unit penangkapan ikan Rp
E = Jumlah upaya penangkapan untuk menangkap sumberdaya ikan unit maka keuntungan bersih usaha penangkapan ikan
π adalah : TC
TR −
= π
E c
Y p
. .
− =
π cE
bE aE
p −
− =
2
π
3.6.4 Pendugaan parameter sosial
Dalam melakukan pendugaan parameter sosial, maka dilakukan penentuan responden yaitu berdasarkan teknik purposive sampling dengan pertimbangan
bahwa responden dapat mampu berkomunikasi dengan baik dalam mengisi kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan terhadap nelayan yang dianggap
mewakili sifat dari keseluruhan nelayan bagan di Polewali. Jumlah responden yaitu 50 orang meliputi pengusaha bagan, kapten kapal, nelayan ABK,
pedagang penjual ikan, dinas perikanan Kabupaten Polewali Mandar dan stakeholder lainnya.
Adapun parameter sosial yang diamati meliputi penyerapan tenaga kerja, latar belakang pendidikan, penerimaan nelayan terhadap unit penangkapan bagan
dan kelembagaan perikanan bagan.
3.6.5 Analisis kelayakan usaha
Ada dua macam dalam mengevaluasi kelayakan usaha, yaitu analisis finansial dan ekonomi Kadariah 1978. Analisis finansial yang diperhatikan
adalah hasil untuk modal yang ditanam untuk kepentingan badan atau orang yang langsung berkepentingan dengan proyek usaha tersebut. Analisis ekonomi yang
diperhatikan adalah hasil total atau keuntungan yang diperoleh dari semua sumberdaya yang digunakan dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian
secara keseluruhan. UNIDO 1978 mengemukakan bahwa diantara bermacam-macam kriteria
maka analisis biaya manfaat Cost- Benefit Analysis sangat sering digunakan. Kriteria yang digunakan dalam studi biaya-manfaat baik secara finansial maupun
ekonomi. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1 Return Of Investment ROI
Peluang pengembangan usaha tidak terlepas dari pertimbangan ekonomi, diantaranya besar keuntungan dan lama waktu pengambilan investasi. Return of
investment adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan terhadap ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi yang ditanamkan Rangkuti 2001. Rumus yang digunakan dalam menghitung pendapatan usaha adalah :
x100 Investasi
Keuntungan ROI
=
Nilai rasio yang diperoleh akan tergolong ”baik” jika bernilai 25, ”cukup baik” jika bernilai 15 – 25, ”cukup buruk” jika bernilai 5 – 15 dan
”buruk” jika bernilai 5 Rangkuti, 2001.
2 Break Even Point BEP
Break Even Point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu atas dasar produksi dan atas dasar nilai jual dalam rupiah Riyanto 1991.
1 Analisis Break Even Point atas dasar produksi banyaknya hasil
tangkapan dapat dilakukan dengan rumus :
variabel Biaya
penjualan Hasil
Produksi tetap
Biaya BEPton
− ×
=
2 Analisis Break Even Point atas dasar harga jual dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
penjualan Hasil
variabel Biaya
- 1
tetap Biaya
Rp BEP
=
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis dan Topografi
Secara geografis Kabupaten Polewali Mandar terletak pada posisi antara 2º40’00’’-3º32’00’’ LS dan 118º40’27’’-119º32’27’’ BT dengan luas wilayah
darat Kabupaten Polewali Mandar adalah 2.022,30 km² dengan ketinggian antara 1,5-510 meter di atas permukaan laut 2006. Secara administrasi Kabupaten
Polewali Mandar terdiri dari 15 Kecamatan Difinitif yang terdiri dari 132 Desakelurahan. Batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan : Kabupaten Mamasa
- Sebelah timur berbatasan dengan : Kabupaten Pinrang
- Sebelah selatan berbatasan dengan : Selat Makassar - Sebelah barat berbatasan dengan
: Kabupaten Majene Wilayah darat Kabupaten ini terdiri atas dataran rendah dan daerah pantai.
Daerah pantai merupakan dataran rendah berteluk. Dasar perairan teluk ini berpasir dan berlumpur. Pada beberapa tempat dasar perairannya terdiri dari pasir
bercampur lumpur serta sedikit berombak. Keadaan perairan yang tenang memungkinkan nelayan dapat beroperasi dengan aman. Perairan laut di
Kabupaten Polewali Mandar merupakan perairan yang berhubungan langsung dengan perairan selat Makassar. Keadaan ini menjadikan kondisi perairan di
Kabupaten Polewali Mandar sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan di Selat Makassar Dinas Perikanan Kabupaten Polewali Mandar, 2006.
4.2 Karakteristik Oseanografi