Aspek Sosial Kajian Pengembangan Perikanan Bagan Perahu Di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat

Kondisi hasil tangkapan dan upaya penangkapan di Kabupaten Polewali Mandar yang belum melewati batas Maximum Sustainable Yield MSY yang memberikan dugaan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan masih memungkinkan untuk dieksploitasi mengingat batas potensi lestari belum tercapai, sehingga memberikan peluang untuk meningkatkan produksi. Cara yang dapat ditempuh dengan kondisi peluang peningkatan eksploitasi yang masih cukup tinggi dan tingkat pengupayaan ikan yang produktif. Maka untuk mencapai produksi yang direkomendasikan maka perlu dilakukan penambahan alat tangkap. Penambahan unit penangkapan juga perlu dilakukan kehati-hatian agar produksi tidak melewati titik kritis MSY dan upaya penangkapan tidak melampaui upaya penangkapan optimum. Untuk mencapai kondisi produksi dan upaya penangkapan tersebut ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu penambahan unit penangkapan dan perbaikan teknologi. Perubahan teknologi lebih diarahkan untuk mewujudkan unit penangkapan ikan yang lebih unggul dan produktif. Adapun kekurangan penelitian ini, kaitannya dengan pengkajian pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil yaitu penelitian dilakukan pada kondisi perikanan yang multispesies padahal salah satu kelemahan pendekatan MSY yaitu sulit diterapkan pada kondisi dimana perikanan memiliki ciri ragam jenis multispesies Fauzi, 2004. Selain itu kondisi aktual yang dipakai yaitu kondisi aktual tahun 2003 yang seharusnya kondisi aktual tahun 2006, hal ini disebabkan adanya pemekaran Kabupaten yaitu Kabupaten Polewali Mandar.

6.4 Aspek Sosial

Penyerapan tenaga kerja untuk satu unit bagan berkisar antara 9-10 orang termasuk kapten kapal. Setiap nelayan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam operasi penangkapan ikan. Namun diluar dari kegiatan operasi penangkapan bagan, maka banyak tenaga kerja yang diserap oleh bagan misalnya kuli angkut, penjual ikan, pedagang makan dan tenaga kerja yang lain. Tingkat pendidikan nelayan bagan di Polewali masih relatif rendah yaitu mayoritas SD dan SLTP dan hanya sebagian tamat SLTA. Hal ini disebabkan karena nelayan berasal dari keluarga sederhana bahkan ada dari keluarga yang tidak mampu. Sehingga nelayan tidak dapat bersekolah kejenjang yang lebih tinggi. Rendahnya pendidikan yang dimiliki menggambarkan tingkat kemampuan dalam melakukan penangkapan ikan juga relatif rendah. Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat mutu sumberdaya nelayan. Secara teoritis, makin tinggi pendidikan formal seseorang, maka semakin mudah untuk memahami informasi yang diterima dan semakin rasional pula ia dalam berfikir serta mempunyai wawasan yang luas. Keberadaan unit penangkapan bagan di Polewali memberikan respon yang positif bagi nelayan khususnya masyarakat setempat begitu pun dengan nelayan alat tangkap lain. Masyarakat setempat banyak yang bergantung hidupnya sebagai nelayan yaitu penjual ikan, kuli angkut, pedagang, dan profesi yang lain. Sehingga banyak menyerap tenaga kerja dan secara tidak langsung membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Persepsi nelayan lain tentang keberadaan bagan yaitu memberikan respon yang posistif artinya tidak pernah terjadi konflik antara nelayan lain. Kelembagaan perikanan bagan meliputi lembaga pemerintah dan lembaga permodalan. Lembaga dapat diartikan sebagai suatu oganisasi yang bertujuan mengelola suatu kegiatan. Dalam sistem bisnis perikanan, keberadaan lembaga pendukung sangat penting dalam rangka menciptakan integrasi diantara subsistem untuk tujuan pengembangan, khususnya pengembangan bagan perahu. Lembaga pemerintah sangat dominan peranannya karena berfungsi sebagai fasilitator dalam perikanan bagan. Adapun program kerja pemerintah untuk perikanan termasuk perikanan bagan di Polewali yaitu dititik beratkan pada pembinaan SDM nelayan, perkuatan modal serta peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung bagi nelayan. Sedangkan untuk kelembagaan permodalan meliputi bank, koperasi dan kelompok nelayan. Adapun bank yang sering digunakan untuk peminjaman modal yaitu BNI dan BRI. Namun untuk koperasi di Polewali tidak berjalan dengan baik hal ini disebabkan karena sifat peminjaman koperasi yang masih memberatkan nelayan, jangka waktu pinjaman yang terlalu singkat dan nelayan lebih senang meminjam modal pada keluarga terdekat sebagai modal dalam berusaha.

6.5 Analisis Bio-ekonomi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil