Analisis Bio-ekonomi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil

Tabel 22 Harga ikan pada musim puncak dan musim biasa No Uraian Satuan Volume Harga Jumlah Harga ikan musim puncak 1 Teri kgtrip 450 4.000 1.800.000 Kembung kgtrip 200 6.000 1.200.000 Layang kgtrip 200 5.000 1.000.000 Harga Ikan musim biasa Teri kgtrip 450 5.000 2.250.000 Kembung kgtrip 200 8.000 1.600.000 2 Layang kgtrip 200 7.000 1.400.000 Sumber: Data primer diolah 2007.

5.9 Analisis Bio-ekonomi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil

Analisis bio-ekonomi dengan pendekatan secara biologi dan ekonomi merupakan salah satu alternatif pengelolaan yang dapat diterapkan demi upaya optimalisasi pengusahaan sumberdaya secara berkelanjutan. Optimalisasi Bio- ekonomi yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti Model Gordon-Schaefer. Hasil tangkapan menunjukan produksi pelagis kecil yang dihasilkan pada tingkat upaya tertentu. Pada saat penangkapan masih rendah, peningkatan tingkat upaya akan diikuti oleh peningkatan penerimaan usaha hingga mencapai keseimbangan secara ekonomi. Disisi lain, biaya penangkapan akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat upaya penangkapan. Total penerimaan diperoleh dari mengalikan harga nominal dengan hasil tangkapan, sedangkan total biaya penangkapan per trip diperoleh dari biaya penangkapan per trip. Rente ekonomi pelagis kecil merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya untuk melakukan trip penangkapan sebesar tingkat upaya penangkapan masing-masing kondisi. Perbandingan hasil tangkapan pada kondisi aktual, maximum sustainable yield MSY, maximum economic yield MEY dan pada kondisi open access O a dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 23 Optimalisasi bio-ekonomi dalam berbagai kondisi pengelolaan dan kondisi aktual sumberdaya ikan pelagis kecil dengan bagan perahu lift net di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat Hasil tangkapan Kondisi pengelolaan Effort trip kg Total penerimaan Total biaya tripthn Rp Rente ekonomi Aktual 82.517 6.650.100 46.550.700.000 34.376.582.200 12.174.117.800 MSY 99.590,91 6.546.110,45 45.822.773.180 41.489.572.730 4.333.200.450 MEY 54.504,33 5.204.462,65 36.431.238.540 32.724.140.400 3.707.091.400 Open acces 109.008,66 6.487.572,42 45.413.006.920 45.413.006.920 Sumber: Data primer diolah 2007. Pada optimalisasi bio-ekonomi dalam Tabel 14 dapat diplot menjadi grafik yang menunjukkan perbandingan hasil tangkapan effort dan rente ekonomi yang dilakukan untuk masing-masing kondisi. Untuk grafik perbandingan hasil tangkapan produksi hasil tangkapan pada kondisi aktual, maximum sustainable yield, maximum economi yield dan open access pada periode 1994-2003 dapat dilihat pada Gambar 40. 6650100 6546110,45 5204462,65 6487572,42 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 H a s il t a ng k a pa n K g ta Aktual MSY MEY Open acces Gambar 40 Perbandingan hasil tangkapan ikan pelagis kecil dengan menggunakan bagan lift net setiap kondisi periode 1994-2003. Gambar 24 memperlihatkan bahwa hasil tangkapan yang didapat pada kondisi pengusahaan sumberdaya MSY di Kabupaten Polewali Mandar tahun 1994-2003 sebesar 6.546.110,45 kg. Hasil tangkapan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan hasil tangkapan yang didapat pada pengusahaan sumberdaya MEY yaitu sebesar 5.204.462,65 kg, namun kondisi aktualnya melebihi hasil tankapan MSY yaitu sebesar 6.650.100 kg, namun secara umum dari tahun ke tahun belum melampaui kondisi MSY. Sedangkan hasil tangkapan ikan pelagis kecil pada kondisi open access mencapai 6.487.572,42 kg. Hasil tangkapan ikan pelagis kecil pada kondisi MSY adalah kondisi hasil tangkapan yang maksimum lestari dimana jika hasil tangkapan sudah melebihi kondisi hasil tangkapan ini maka mengakibatkan sumberdaya ikan kecil tersebut menjadi tidak sustainable. Perbandingan upaya penangkapan effort pada kondisi aktual, maximum sustainable yield, maximum economic yield dan open acces dalam periode 1994- 2003 dapat dilihat pada Gambar 41. Gambar 41 memperlihatkan rata-rata upaya penangkapan yang dapat dilakukan armada bagan perahu lift net pada tingkat MSY sebesar 99.590,91 trip. Upaya penangkapan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan upaya penangkapan yang dilakukan pada tingkat produksi MEY yaitu 54.504,33 trip dan pada tingkat produksi aktual yaitu 82.517 trip sedangkan pada tingkat produksi open access yaitu sebesar 109.008,66 trip. 82517 99590,91 54504,33 109008,66 20000 40000 60000 80000 100000 120000 E ffo rt T ri p t a h Aktual MSY MEY Open acces Gambar 41 Perbandingan tingkat upaya penangkapan ikan pelagis kecil dengan menggunakan bagan lift net pada setiap kondisi periode 1994-2003. Perbandingan rente ekonomi upaya pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil dengan bagan perahu lift net pada kondisi aktual, maximum sustainable yield MSY, maximum economic yield MEY dan pada kondisi open access Oa dalam periode 1994-2003 dapat dilihat pada Gambar 42. 12.174.117.800,00 4.333.200.450,00 3.707.091.400,00 0,00 0,00 2.000.000.000,00 4.000.000.000,00 6.000.000.000,00 8.000.000.000,00 10.000.000.000,00 12.000.000.000,00 14.000.000.000,00 R en te ek o n o Aktual MSY MEY Open acces Gambar 42 Perbandingan rente ekonomi penangkapan ikan pelagis kecil dengan menggunakan bagan lift net pada setiap kondisi periode 1994-2003. Rente ekonomi tertinggi yang diperoleh nelayan bagan adalah pada tingkat produksi MSY sebesar Rp 4.333.200.450 per tahun. Berkurangnya nilai rente ekonomi akan terus berlangsung hingga dicapai keuntungan normal yaitu pada saat tingkat upaya penangkapan yang dilakukan mencapai keseimbangan open access π = 0 . Jika terjadi peningkatan upaya penangkapan melebihi kondisi ini maka akan mengakibatkan kerugian bagi nelayan. Dalam pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil dengan bagan lift net, TR msy tercapai pada saat E msy sebesar 99.590,91 hari operasi per tahun dengan h msy sebesar 6.546.110,45 kg per tahun. Berdasarkan nilai tersebut, maka TR msy diperoleh sebesar Rp 45.822.773.180 per tahun dengan TC msy sebesar 41.489.572.730 per tahun, sehingga rente ekonominya selisih antara TR dengan TC diperoleh sebesar 4.333.200.450 per tahun Lampiran 6. Apabila effort terus dinaikkan, sehingga melampaui E msy maka total penerimaannya justru akan mengalami penurunan, sementara total biaya penangkapan semakin meningkat. Pada pengelolaan open access, meskipun total penerimaan semakin menurun, selagi total penerimaan masih lebih besar dari total biaya penangkapan rente ekonomi positif, maka kondisi ini akan tetap dijalankan oleh nelayan untuk bertahan dalam usaha penangkapan, dimana nelayan akan meningkatkan effort. Jika tingkat effort sudah berlebihan, sehingga total penerimaan lebih kecil dari total biaya penangkapan, maka sebagian pelaku perikanan akan keluar dari kegiatan penangkapan tersebut, yang berarti menurunkan effort. Dengan demikian titik keseimbangan open access akan terjadi pada saat total penerimaan sama dengan total biaya penangkapan atau rente ekonomi sama dengan nol. Pada hasil penelitian untuk rente ekonomi open access sama dengan nol. Pada usaha pengelolaan ikan pelagis kecil dengan menggunakan bagan, bio-economic equilibrium of open access fishery terjadi pada saat effort E oa mencapai 109.008,66 trip per tahun dan tingkat hasil produksi h oa sebesar 6.487.572,42 kg per tahun. Dengan demikian penerimaan total TR oa diperoleh sebesar 45.413.006.920 per tahun dan biaya penangkapan total TC oa sebesar Rp 45.413.006.920 per tahun. Untuk keuntungan optimum lestari upaya pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil dengan bagan lift net, tercapai pada tingkat effort E msy sebesar 99.590,91 hari operasi per tahun dengan hasil produksi h msy sebesar 6.546.110,45 kg per tahun, dengan penerimaan total TR mey yang diperoleh sebesar 36.431.238.540 per tahun dan biaya penangkapan total TC mey sebesar Rp 32.724.140.400 per tahun. Berdasarkan nilai tersebut, maka rente ekonomi akan diperoleh sebesar Rp 3.707.091.400. Gambar 28 memperlihatkan grafik Bio-ekonomi hubungan total penerimaan dan biaya penangkapan kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil dengan bagan lift net di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi barat. Dengan adanya keuntungan dalam pengelolaan sumberdaya menjadi pendorong bagi nelayan untuk mengembangkan armada penangkapan maupun upaya penangkapan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Rente Ekonomi Rp TC TR MSY MEY E mey B E msy E oa Gambar 43 Keseimbangan Bio-ekonomi Gordon-Schaefer untuk pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil dengan bagan lift net di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. 6.0 Analisis Kelayakan Usaha Penangkapan Bagan Perahu Analisis usaha merupakan suatu analisis dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Analisis usaha penangkapan bagan perahu yang dianalisis meliputi analisis finansial dan analisis investasi. Perhitungan analisis usaha penangkapan bagan perahu adalah hanya untuk kegiatan penangkapan ikan, sehingga jumlah trip yang dihitung hanya pada saat menangkap ikan. Investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik untuk melakukan usaha penangkapan dalam satu tahun adalah sebesar Rp 135.000.000 yang terdiri atas biaya perahukapal, alat tangkap, mesin, rumpon, biaya perlengkapan dan lain- lain Lampiran 7. Biaya usaha merupakan pengeluaran dari kegiatan usaha penangkapan yang harus dikeluarkan. Biaya terdiri atas biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap fixed cost merupakan biaya yang tetap harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan kegiatan penangkapan. Biaya tetap fixed cost yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik setiap tahunnya meliputi: biaya perawatan dan biaya penyusutan unit penangkapan bagan perahu. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk setiap tahunnya sebesar Rp 33.250.000 Lampiran 7 . Biaya tidak tetap variable cost adalah biaya yang hanya dikeluarkan pada saat melakukan kegiatan penangkapan ikan. Biaya tidak tetap variable cost yang dikeluarkan pada saat kegiatan operasi berlangsung meliputi biaya bahan bakar minyak tanah, bensin, oli, ransum dan retribusi. Rata-rata biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam satu trip sebesar Rp. 404.100 dengan jumlah trip dalam satu tahun sebanyak 288 trip, sehingga biaya tidak tetap yang harus dikeluarkan dalam satu tahun sebesar Rp. 123.380.800 Lampiran 8. Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui keuntungan usaha yang diterima nelayan, mengetahui hasil penjualan minimal atau hasil tangkapan minimal dari sebuah unit penangkapan bagan perahu. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis usaha, besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha sama dengan nol. 1 Analisis usaha Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui keuntungan usaha yang di terima nelayan, hasil penjualan minimum atau hasil tangkapan minimal BEP dari sebuah unit penangkapan bagan perahu selama satu tahun usaha. BEP Break Event Point merupakan jumlah dan nilai minimal yang harus diperoleh agar dapat menutupi total biaya. Berdasarkan hasil perhitungan BEP diperoleh nilai produksi per tahun sebesar Rp 40.473.338,97 dengan volume produksi per tahun sebesar 28.663,67 ton Lampiran 12. 2 Analisis kriteria investasi Analisis kriteria investasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha penangkapan bagan perahu. Kriteria investasi yang digunakan adalah ROI. Usaha perikanan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat khususnya alat tangkap bagan merupakan salah satu usaha ekonomi yang berpotensi untuk dapat dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis finansial dengan mempertimbangkan kriteria investasi, maka usaha perikanan bagan perahu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat layak untuk di kembangkan. Hal ini jelas terlihat dari nilai kelayakan usaha serta adanya peluang pengembangan usaha perikanan bagan perahu. Hasil perhitungan kelayakan usaha menunjukkan, bahwa semua hal yang terkait dengan usaha penangkapan mendapat keterangan layak untuk diusahakan. Seperti untuk hasil analisis pendapatan untuk pemilik kapal, yang dengan hasilnya itu dapat menutupi angsuran peminjaman serta upah yang diterima oleh para karyawan kapal, mulai dari juragan kapal, dan ABK lainnya yang diatas standar upah minimum yang ditetapkan oleh daerah semakin memperjelas bahwa usaha perikanan bagan perahu layak untuk dikembangkan. Usaha perikanan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat khususnya alat tangkap bagan perahu merupakan salah satu usaha ekonomi yang berpotensi untuk dapat dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis finansial dengan mempertimbangkan kriteria investasi, maka usaha perikanan bagan perahu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat layak untuk di kembangkan. Hal ini jelas terlihat dari nilai kelayakan usaha serta adanya peluang pengembangan usaha perikanan bagan perahu. Hasil perhitungan kelayakan usaha menunjukkan bahwa semua hal yang terkait dengan usaha penangkapan mendapat keterangan layak untuk diusahakan. Hasil analisis pendapatan untuk pemilik kapal, hasilnya itu dapat menutupi angsuran peminjaman serta upah yang diterima oleh para karyawan kapal, mulai dari juragan kapal, dan ABK lainnya yang diatas standar upah minimum yang ditetapkan oleh daerah semakin memperjelas bahwa usaha perikanan bagan perahu layak untuk dikembangkan. 6 PEMBAHASAN

6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu