d. Affectional
Motif ini dilandasi oleh hubungan interpersonal yang baik antara individu dengan jemaah agama yang akan ia anut. Pelaku konversi merasa diterima
dan dikasihi oleh pemimpin agama dan para anggota agama tersebut. e.
Revivalist Dalam  motif  ini,  perilaku  anggota  kelompok  agama  memberi    pengaruh
besar  pada  individu.  Perilaku  kelompok  yang    bersifat  membangkitkan estatic  arousals  dalam  kegiatan-kegiatan  yang  mereka  lakukan
menimbulkan  ketertarikan  pada  individu,  misalnya:  dengan  melihat mukjizat  penyembuhan  tertentu  atau  adanya  kesaksian  akan  pengalaman
hidup yang luar biasa dari penganut agama lain. f.
Coercive Motif  seperti  ini  melibatkan  pemaksaan  terhadap  individu  untuk  mau
menganut  agama  tertentu,  misalnya  dengan  program  cuci  otak brainwashing, ancaman atau tekanan dari kelompok tertentu.
B. Pembuatan Keputusan
1. Definisi Pembuatan Keputusan
Teori pembuatan keputusan yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori pembuatan  keputusan  Janis    Mann  1977,  namun  Janis    Mann  tidak
menyediakan  definisi  tentang  pembuatan  keputusan.  Hal  ini  dikarenakan  teori pembuatan  keputusan  Janis    Mann  lahir  sebagai  sebuah  tanggapan  atas  teori
pembuatan keputusan yang sudah berkembang luas sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum  kehadiran  Janis    Mann  lewat  buku  mereka  Decision  Making: Psychological  Analysis  of  Conflict,  Analysis,  and  Commitment  pada  tahun  1977,
ahli ekonomi, statistik, manajemen dan matematika behavioral scientist melihat proses  pembuatan  keputusan  sebagai  suatu  aktivitas  mental  yang  dilakukan
dengan  perhitungan  kognitif  yang  rasional  dan  objektif  serta  tidak  melibatkan resiko  yang  besar  bila  dilakukan.  Misalnya,  bagaimana  cara  membuat  keputusan
yang baik ketika seorang pengusaha dihadapkan pada pilihan menanamkan saham di  perusahaan  A  atau  di  perusahaan  B  yang  masing-masing  memiliki  sisi
kelebihan  dan  kekurangan  masing-masing.  Menurut  teori  pembuatan  keputusan yang berkembang kala itu, yakni: teori Optimizing, teori Subjective Utility Theory
Satisficing,  dan  teori  Satisficing  oleh  Herbert  Simon  pada  tahun  1976,  sebuah keputusan  yang  baik  lahir  dari  perhitungan  matematika  yang  detail.  Bagaimana
perhitungan yang ada di setiap teori tersebut, tentu saja tidak akan dibahas dalam penelitian  ini  karena  teori  yang  digunakan  adalah  teori  yang  lain
–  teori pembuatan keputusan dari Janis  Mann 1977.
Berangkat dari hasil-hasil penelitian yang ditemukan sebelumnya, Janis Mann  sampai  pada  satu  temuan  baru  yaitu  tidak  semua  proses  pembuatan
keputusan  dapat  dilakukan  dengan  penuh  perhitungan  rasional  seperti  yang dikatakan  para  behavioral  scientist.  Ada  keputusan-keputusan  tertentu  yang
memiliki  konsekuensi-konsekuensi  yang  cukup  berarti  consequentional decision,  tidak  hanya  berhubungan  dengan  kepentingan  si  pembuat  keputusan
sendiri  namun  juga  orang-orang  di  luar  dirinya,  merupakan  keputusan  penting yang  sulit  untuk  dibatalkan,  dan  yang  dapat  menimbulkan  konflik  decisonal
Universitas Sumatera Utara
conflict  di  dalam  diri  individu,  misalnya  pembuatan  keputusan  untuk  berhenti menggunakan narkoba, memilih pasangan hidup untuk berumah tangga, memilih
pekerjaan  tertentu,  dan  memilih  mengikuti  sebuah  agama.  Hal  inilah  yang ditegaskan  oleh  Janis    Mann  dalam  bab  pertama  berjudul  Man,  the  Reluctant
Decision Maker pada buku mereka. Dikarenakan teori pembuatan keputusan Janis  Mann 1977 merupakan
sebuah  komentar  untuk  teori  pembuatan  keputusan  yang  sudah  ada  sebelumnya, Janis    Mann  tidak  lagi  memberi  definisi  tentang  arti  dari  sebuah  pembuatan
keputusan  itu  sendiri.  Mereka  langsung  memberi  komentar  baru  atas  teori  yang sudah diperkenalkan oleh ilmuwan sebelumnya.
Dengan  alasan  seperti  itu,  peneliti  mencoba  melihat  definisi  pembuatan keputusan dari tokoh-tokoh lain yang juga memberi sumbangsih dalam dunia teori
pembuatan keputusan. Harris  1998,  dalam  tulisannya  Introduction  to  Decision  Maaking,
mengatakan  bahwa  pembuatan  keputusan  adalah  proses  mengidentifikasi  dan memilih  alternatif-alternatif  berdasarkan  nilai  dan  ketertarikan  individu.  Hal  ini
berarti  individu  memilih  sebuah  alternatif  yang  memiliki  kemungkinan  efektif yang paling besar dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, keinginan, gaya
hidup, nilai dan lain-lain. Selain  itu  Kleindorfer,  Koenrauther,  dan  Schoemaker  1993  mengatakan
bahwa  pembuatan  keputusan  adalah  proses  membuat  suatu  pilihan  yang  bersifat intensional  dan  reflektif  dalam  merespon  kebutuhan  yang  dipengaruhi  oleh
pengalaman masa lalu, masa sekarang dan perkiraan akan masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan  definisi  diatas,  dapat  dikatakan  bahwa  pembuatan  keputusan adalah  proses  penyelesaian  masalah  yang  dilakukan  secara  sadar  dengan  cara
memilih alternatif yang paling tepat diantara alternatif-alternatif yang tersedia.
2. Proses Pembuatan Keputusan