C. Gambaran Proses Pembuatan Keputusan pada Individu yang Melakukan
Konversi Agama
Secara umum manusia memeluk agama tertentu karena mengikuti orangtua mereka yang lebih dahulu memeluk agama tersebut dan
memperkenalkan agama itu sejak dini kepadanya Beit-Hallahmi Argyle, 1997; Lamb Bryant, 1999. Namun, melalui interaksi sosialnya, individu juga
berkenalan dengan agama lain yang bukan merupakan agama yang ia anut. Beberapa individu mulai berkenalan dengan agama lain di luar agamanya, entah
itu sekadar mengetahui kebiasaan perilaku beragama teman sebaya yang berlainan agama, mulai mempelajari perbedaan-perbedaan antara agamanya dengan agama
lainnya atau mempelajari agama lain sebagai usaha untuk memahami hal-hal transendental dan makna akan kehidupan yang ia jalani. Perkenalan sedemikian
rupa dengan agama lain, dalam proses berangsur-angsur gradual process dapat membuat individu pada akhirnya melepaskan agama yang ia anut sebelumnya dan
memeluk agama yang lainnya, yang dikenal sebagai peristiwa konversi agama Hood, Hill Spilka, 2009.
Rambo 1998 mengatakan bahwa konversi agama adalah sebuah topik yang kontroversial, karena hal tersebut sering kali mengusik kehidupan orang-
orang secara umum, dan lingkungan terdekat dari individu yang melakukan konversi tersebut secara khusus. Seperti apapun kelompok masyarakat tempat
tinggalnya, jika seseorang melakukan konversi agama, yang bertentangan dengan kebiasaan masyarakat yang lebih luas, kebanyakan orang akan bertanya-tanya
bagaimana seseorang dapat mempercayai agama baru tersebut dan bagaimana hal
Universitas Sumatera Utara
yang sedemikian asing itu dapat terjadi. Bagaimanapun, konversi agama bukanlah hal yang umum terjadi.
Tidak hanya bertanya-tanya tentang konversi yang terjadi, lingkungan masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya juga memberikan reaksi
negatif dengan keinginan konversi ini, misalnya menjauhi dan memperlakukan individu secara diskriminatif. Maka dalam diri individu timbullah konflik antara
keinginan untuk konversi dengan keinginan tidak konversi dengan masing-masing konsekuensi yang mengikutinya. Keadaan seperti ini menimbulkan tekanan stres
pada individu yang sedang berada dalam proses pembuatan keputusan melakukan konversi agama.
Pembuatan keputusan adalah proses mengidentifikasi dan memilih alternatif-alternatif berdasarkan nilai dan ketertarikan individu Harris, 2009.
Pembuatan keputusan melakukan konversi agama sendiri bukanlah sebuah pembuatan keputusan ringan yang hanya berpusat pada ketertarikan individu.
Meminjam istilah Ullmann-Margalit 2006, pembuatan keputusan melakukan konversi agama adalah sebuah big decision, yaitu sebuah pembuatan keputusan
yang besar. Keputusan seperti ini, menurut Ullmann-Margalit 2006, merupakan keputusan yang bersifat personal dan transformasional, keputusan yang menjadi
titik penting dan sangat berarti dalam hidup seseorang, tidak dapat dibatalkan bila telah dilakukan dan dilakukan dengan kesadaran penuh.
Pembuatan keputusan yang besar big decision sering dilihat sebagai pekerjaan yang sulit, sarat dengan emosi dan memicu stres pada kebamnyakan
orang. Pembuatan keputusan dengan karakteristik seperti inilah yang dijelaskan
Universitas Sumatera Utara
oleh Janis Mann 1977 dalam teori Decision Making mereka yang terdiri dari rangkaian lima tahap.
Tahap pertama dalam proses pembuatan keputusan tersebut adalah Appraising the Challenge. Tahapan ini menjelaskan periode awal ketika individu
berkenalan dengan agama yang baru ia temui yang berlainan dengan agama yang selama ini ia anut. Perkenalan menimbulkan keinginan kuat untuk lebih mengenal
agama tersebut hingga menimbulkan kesadaran dalam diri individu bahwa keinginan tersebut memiliki resiko-resiko tertentu. Dalam hal konversi,
berdasarkan fenomena di lapangan, resiko yang dimaksud adalah reaksi negatif yang keras dari lingkungan sosial, dimana resiko tersebut memiliki arti atau
pengaruh dalam diri individu. Pada tahap selanjutnya, Searching Alternatives, individu akan mencari alternatif-alternatif yang berpotensi menjadi solusi untuk
konflik yang ia alami di tahap pertama sebelumnya. Berlanjut ke tahap ketiga, Weighing Alternative, individu akan melakukan pertimbangan serius untuk
melihat sisi kekuatan dan kelemahan dari masing-masing alternatif yang ia dapatkan. Setelah itu, individu akan bergerak ke tahap keempat, Deliberating
about Commitment, yaitu tahap ketika individu memikirkan dengan seksama dampak dari konversi yang akan ia lakukan terhadap lingkungan sosialnya
sebelum satu langkah kemudian ia membuat sebuah komitmen yang tidak dapat ia batalkan lagi. Pada tahap ini terjadi pembuatan keputusan melakukan konversi
yang diwujudnyatakan dalam sebuah ritual keagamaan resmi, misalnya mengucapkan dua kalimat syahadat dalam agama Islam dan upacara baptisan
dalam agama Kristen. Tahap kelima, Adhering despite Negative Feedback,
Universitas Sumatera Utara
sekaligus tahap terkahir adalah tahap ketika individu yang telah melakukan konversi agama tetap memeluk agama yang sudah ia pilih, tetap memegang
komitmen yang telah ia buat, walau terdapat aneka umpan balik negatif yang timbul dari keputusan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
D. Paradigma Penelitian