Proses Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

gaya hidup ini, disamping itu masyarakat juga masih menganggap aneh mengenai gaya hidup ini. Tak dapat dipungkiri hal tersebut terjadi karena masih adanya paradigma masyarakat bahwa daging merupakan hidangan spesial yang selalu diidam-idamkan hadir di meja makan. Hal ini tentunya menjadi salah satu hambatan bagi para pelaku vegetarian, karena masih adanya stigma aneh terhadap para pelakunya.

4.2 Proses Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011. Studi pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran umum narasumber yang akan diteliti serta bagaimana aktivitas maupun kegiatan keseharian mereka. Peneliti berusaha mengikuti dan mengamati bagaimana pola aktivitas keseharian mereka tanpa melakukan wawancara. Hal ini diperlukan karena untuk mempersiapkan diri peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan kepada narasumber nantinya. Selama observasi awal, peneliti melakukan pengamatan, pendekatan, dan wawancara awal kepada beberapa narasumber untuk data-data informasi penelitian. Awalnya peneliti mengalami kesulitan dalam memperoleh narasumber penelitian karena wilayah kota Semarang sangatlah luas dan jumlah pelaku vegetarian sendiri juga kurang diketahui tepatnya oleh peneliti karena tidak semuanya mengelompok atau tergabung dalam suatu wadah maupun organisasi, namun berdasarkan informasi yang diperoleh atas bantuan beberapa teman dan relasi akhirnya peneliti mendapati tiga orang narasumber utama. Ketiga narasumber utama dalam penelitian ini adalah dua orang perempuan yang menjalani Vegan Rk dan Ys dan satu orang laki-laki yang menjalani Lacto-ovo vegetarian Ap yang digali informasinya sehubungan dengan tema penelitian. Awalnya peneliti ingin meneliti lima narasumber agar lebih variatif dalam memberikan gambaran mengenai konsep diri pelaku gaya hidup vegetarian, namun peneliti mengalami hambatan karena narasumber lebih sering beraktivitas di luar kota Semarang dan memiliki kesibukan yang cukup tinggi sehingga intensias waktu serta peluang untuk proses wawancara hampir tidak ada. Pada awal penelitian, peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap narasumber agar tercipta komunikasi serta penerimaan atau kesan yang baik terhadap narasumber, karena agar peneliti dapat mendapatkan informasi yang baik pula. Observasi dan identifikasi awal dilakukan dengan diawali perkenalan antara peneliti dan narasumber. Peneliti melakukan pengamatan, pendekatan, dan wawancara awal untuk membangun hubungan baik dengan narasumber selama penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran kondisi narasumber, sehingga akan lebih memudahkan proses pelaksanaan penelitian. Kegiatan tersebut dilakukan juga untuk menentukan subyek penelitian dan informan pendukung untuk memperoleh data-data informasi penelitian. Metode pengumpulan data yang dipakai untuk mendukung penelitian adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Penggunaan metode di atas diharapkan dapat merinci fenomena yang diteliti. Alat yang digunakan untuk merekam proses wawancara adalah recorder atau alat perekam. Tidak terdapat kendala yang begitu berarti menyangkut penggunaan alat perekam saat proses wawancara. Pelaksanaan wawancara mendalam dan observasi dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2011. Proses wawancara terhadap masing- masing narasumber dilakukan beberapa kali pertemuan agar diperoleh lebih banyak informasi dan selain itu, peneliti juga melakukan kroscek data melalui informan keluarga, kerabat atau teman terdekat dan pendamping. Keberhasilan dalam melakukan proses wawancara dan observasi antara peneliti dengan masing-masing narasumber berbeda. Wawancara dengan narasumber Ap berjalan lebih lancar dibandingkan kedua narasumber lainnya. Keseluruhan proses wawancara dengan narasumber berjalan cukup lancar karena dapat berlangsung mengalir seperti halnya pembicaraan biasa dan terkadang diselingi dengan suatu lelucon sehingga menciptakan suasana wawancara yang hidup dan tidak kaku. Adanya sikap keterbukaan dalam menjawab setiap pertanyaan oleh para narasumber, dapat membantu peneliti dalam mengolah data yang dibutuhkan. Proses observasi tidak hanya dilakukan pada saat wawancara berlangsung, tetapi juga di luar proses wawancara. Cara yang dilakukan adalah peneliti datang ke lokasi kegiatan atau mengikuti aktivitas narasumber di luar jadwal wawancara sehingga dapat diketahui pola keseharian narasumber tanpa harus merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti. Walaupun secara keseluruhan penelitian berjalan cukup lancar, namun wawancara dengan narasumber Rk dan Ys mengalami beberapa hambatan. Ada beberapa faktor penghambat jalannya proses wawancara antara lain: 1. Narasumber Ys memiliki mobilitas yang cukup tinggi sehingga waktu untuk proses wawancara tidak dapat berlangsung secara terus menerus. Dalam hal ini peneliti menyesuaikan jadwal narasumber dengan menunggu waktu sela diantara kesibukan narasumber. 2. Narasumber Rk selalu seringkali bersama pacarnya sehingga peneliti tidak leluasa menggali informasi narasumber Rk secara terus menerus. Peneliti lebih banyak melakukan observasi ketika Rk beraktivitas karena tidak setiap kali dapat melakukan wawancara dengan Rk. Oleh karena itu, proses penelitian dengan narasumber Rk dilakukan ketika tidak bersama pacarnya.

4.3 Temuan Penelitian