3.3.1 Teknik wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moleong, 2006 : 186.
Wawancara kualitatif dilakukan peneliti untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik
yang akan diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut Poerwandari, 1998 : 75.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan wawancara mendalam. Wawancara terstruktur merupakan
wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan disajikan, sama untuk setiap subyek Moleong, 2006 : 138. Adapun
kegiatan wawancara dan jawaban dari seluruh informasi dibuat dalam catatan lapangan.
Alasan peneliti menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan data utama adalah untuk mendapatkan informasi atau jawaban yang valid sesuai
dengan fokus penelitian, oleh karena itu penelitian harus dilakukan tatap muka secara langsung face to face dengan subjek. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan peneliti agar data yang diperoleh sesuai dengan harapan antara lain: 1.
Mencari informasi dari berbagai sumber mengenai hal-hal yang akan diungkap dalam proses wawancara mengenai gaya hidup vegetarian dan
konsep diri, baik melalui studi pustaka maupun wawancara awal dengan
informan sehingga terbentuklah suatu daftar pertanyaan sebagai pedoman dalam mengumpulkan data dari narasumber penelitian.
2. Menciptakan hubungan yang baik rapport dengan narasumber yang akan
diwawancarai. Peneliti perlu melakukan rapport terlebih dahulu dengan narasumber dan tidak menanyakan secara langsung permasalahan yang
dihadapi sehingga dapat mengetahui kesiapan dan penerimaan narasumber terhadap peneliti. Tujuan menjalin rapport adalah untuk menciptakan suasana
saling menghargai, mempercayai, memberi dan menerima, bekerja sama, memberi rasa aman dan perhatian, oleh karena itu tugas peneliti tidak hanya
terbatas untuk mendapatkan informasi, melainkan membuat suasana wawancara yang sebaik-baiknya.
3. Menciptakan kerjasama yang baik dengan narasumber. Pada awal wawancara
peneliti melakukan pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya ramah tamah kemudian mengemukakan tujuan dari penyelidikan dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan menciptakan suasana bebas agar subjek tidak merasa tertekan sehingga subjek bersedia bekerjasama dan peneliti dapat dengan
mudah menggali informasi dari subjek. 4.
Peneliti menggunakan recorder sebagai alat perekam hasil wawancara penelitian terhadap subjek.
5. Melakukan pencatatan terhadap hasil wawancara taking note agar peneliti
dapat mencatat ekspresi subjek ketika menjawab pertanyaan.
Sebelum wawancara dilakukan peneliti membuat instrumen wawancara dengan tujuan agar wawancara yang dilakukan terarah dan mendapatkan
informasi yang runtut serta akurat. Wawancara ini direncanakan berlangsung selama kurang lebih selama satu sampai tiga jam. Tempat wawancara ditentukan
atas kesepakatan antara peneliti dengan subyek penelitian. Untuk mempermudah dan memperlancar proses wawancara, peneliti menggunakan alat perekam
recorder dan HP, yang difungsikan untuk merekam seluruh pembicaraan antara peneliti dengan narasumber. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara
dengan informan. Adapun informan yang dimaksud adalah keluarga, kerabat dan teman dekat dari narasumber. Informan ini dianggap dapat memberikan infomasi
sebagai pembanding antara yang diungkap oleh ketiga narasumber dengan pandangan informan tentang narasumber penelitian.
3.3.2 Teknik Observasi