211
Kembar, akan tetapi orang tuanya juga melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan si Kembar. Bapak si Kembar sering menyapa anaknya
hanya dengan kedipan mata ataupun senyum, sehingga yang dilakukan si Kembar juga mencontoh dari tindakan yang dilakukan oleh Bapaknya dalam
berkomunikasi. Hal ini jelas sangat melemahkan motivasi si Kembar untuk berbicara. Tetapi hal berbeda ketika si Kembar berada di lingkungan di luar
keluarganya, maka yang akan terjadi adalah gambaran yang sama yang terlihat pada saat si Kembar berada di Banyumas. si Kembar terlihat lebih termotivasi
ketika berada di tengah-tengah teman sebayanya. Dari hal tersebut di atas maka diperoleh kesimpulan bahwasanya si
Kembar mengalami kondisi yang menimbulkan motivasi dalam berbicara mereka menjadi meningkat hanya pada saat mereka berada di Banjarnegara. Dan selain
pada kondisi itu, terbukti bahwa si Kembar sangat kurang termotivasi untuk berbicara. Monks dkk 2002: 160 mendefinisikan Jika anak mengetahui bahwa
mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan tanpa memintanya, dan jika pengganti bicara seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut,
maka dorongan untuk belajar berbicara akan melemah. Maka dalam kasus ini diperoleh hasil bahwa faktor motivasi yang timbul karena adanya stimulus yang
diberikan oleh lingkungan terbukti sangat mempengaruhi perkembangan bicara si Kembar yang tidak sama dengan kemampuan anak-anak sebayanya.
4.4.3.6 Bimbingan
Bimbingan di sini berarti membicarakan 3 hal yaitu model yang baik, pemberian contoh yang jelas, dan juga pembetulan pada setiap kesalahan yang
212
dibuat oleh anak. Dalam rentang waktu si Kembar berada di Australia, mereka tidak mendapatkan model yang baik yaitu dari Bapak dan Ibunya. Ketika
berbicara Bapak dan Ibu kembar dapat mengucapkannya dengan perlahan dan jelas, akan tetapi intensitas mereka dalam berkomunikasi sangatlah sedikit. Dan
yang terakhir bahwasanya model dan orang yang berinteraksi langsung dengan si Kembar tidak membetulkan kalimat yang salah pada si Kembar, bahkan mereka
memaklumi kesalahan yang dibuat oleh si Kembar. Dari hal tersebut nampak bahwa ketika si Kembar berada di Australia, mereka kekurangan bimbingan dari
orang di sekitarnya yaitu Bapak dan Ibunya. Sedangkan dalam rentang waktu berikutnya yaitu pada saat si Kembar
berada di Banjarnegara. Model dalam hal ini cukup memberikan bimbingan terhadap si Kembar. Hal ini dibuktikan dengan adanya model yang baik, yang
cukup untuk memberikan contoh seperti pengucapan kata-kata yang perlahan dan jelas dapat menunjang dalam proses belajar berbicara anak. Walaupun tidak
diketahui apakah model tersebut memberikan bantuan untuk mengikutinya dengan cara membetulkan setiap perkataan yang salah yang dilakukan oleh si Kembar
akan tetapi dalam rentang waktu ini bimbingan sudah cukup mendukung kemampuan berbicara si Kembar terlihat dari berubahnya kemampuan bicara
Kembar ke arah yang lebih baik walaupun sedikit. Pada awal kedatangannya di Tangerang, dalam membuat kalimat kembar
sering kali mencampurkan antara kata dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Sehingga ada beberapa kata dalam bahasa Jawa yang si Kembar masukkan ke
dalam susunan kalimat berbahasa Indonesia yang si Kembar ucapkan pada lawan
213
bicaranya. Kesalahan bicara si Kembar yang secara sengaja ataupun tidak mencampurkan bahasa ini langsung mendapat pembenaran oleh Ibu Guru kelas
TK A. Mengingatkan kalau kata tersebut salah dalam penggunaannya, memberikan pengertian, dan juga membuat dan mencotohkan kalimat yang sesuai
dengan kemauan si Kembar itulah bentuk bimbingan yang dilakukan oleh Ibu Guru dan Guru les si Kembar. Bimbingan yang dilakukan Guru TK dan Guru les
si Kembar dalam membuat pemahaman berbahasa pada si Kembar semakin matang dan pada akhirnya si Kembar dapat berbicara dengan lebih baik dan benar.
Berarti dapat terlihat bahwa pada awal keberadaan si Kembar di Tangerang ini, bimbingan dapat si Kembar peroleh bukan dari orang tua yang tetap membiarkan
peristilahan yang dibuat si Kembar tetap berjalan, akan tetapi pda Ibu Guru yang banyak memberikan pembetulan terhadap kesalahan bicara yang dibuat oleh si
Kembar. Sedangkan yang terjadi pada kondisi saat ini berbeda dengan kondisi si
Kembar pada awal kedatangannya di Tangerang. Dalam hal ini si Kembar mendapat beberapa model yang dalam mencontohkan berbicara kurang begitu
baik. Model tersebut kurang memberikan contoh yang baik pada si Kembar. Orang tua si Kembar terutama Ibu juga membiarkan anaknya mengalami
kesalahan dalam arti kata hingga mereka mempunyai istilah tersendiri pada suatu benda. Keberadaan Ibu Guru yang terlihat tidak fokus ketika berada di kelas dan
sering disibukkan dengan urusannya sebagai Kepala Sekolah membuat si Kembar kehilangan model yang baik di dalam perkembangan bicara kaitannya dalam
pemberian bimbingan kepada si Kembar.
214
Dari segala hal yang berkaitan dengan bimbingan yang sudah dibahas diatas, dapat diambil kesimpulan bahwasanya pada saat si Kembar berada di
Australia si Kembar tidak mendapatkan cukup bimbingan dalam proses belajar berbicara mereka samahalnya pada kondisi saat ini. Akan tetapi, kondisi pada saat
si Kembar berada di Banjarnegara dan awal mereka pindah di Tangerang membuat kondisi yang berbeda. Dijelaskan bahwa pada rentang waktu tersebut si
Kembar mendapatkan cukup bimbingan oleh orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Monks dkk 2002: 160 menjelaskan tentang cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah pertama, menyediakan model yang baik,
kedua, mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga, memberikan bantuan mengikuti model tersebut
dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut. Sehingga didapatkan dalam hal ini bahwa faktor kekurangan
bimbingan dari orang-orang yang menjadi model kembar dapat mempengaruhi terhambatnya perkembangan bicara pada si Kembar.
4.4.4 Kondisi yang Mendorong Keragaman Kemampuan Berbicara