71
6 Kode W dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor urutan
wawancara 7
Kode CLO dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor urutan catatan lapangan observasi.
8 Kode CLW dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor
urutan catatan lapangan wawancara. 9
Kode enam digit angka menunjukkan tanggal pelaksanaan wawancara. Berikut ini adalah uraian temuan-temuan yang diperoleh mulai dari proses
penelitian sampai dengan data hasil penelitian dari masing-masing kasus, baik dari hasil wawancara maupun observasi.
4.3.4 Riwayat Kasus
Dijelaskan dalam sub bab ini tentang gambaran aktivitas keseharian subjek dan interaksinya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya mulai dari mereka
berada di Australia, kemudian pindah ke Banjarnegara, dan akhirnya tinggal dan menetap di Tangerang. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
anak laki-laki kembar berusia lima tahun yang mempunyai permasalahan dengan perkembangan bicaranya. Kemampuan bicara mereka jika dibandingkan dengan
tahapan tugas perkembangan bicara yang ideal ataupun dengan anak seusianya, kedua anak tersebut mengalami keterlambatan dalam kemampuan bicaranya
Speech Delay. Subjek penelitian lahir di Banyumas, pada tanggal 19 Februari 2005.
Pendidikan bapak subjek adalah S1 di salah satu Perguruan Tinggi negeri di Banyumas dan S2 pada salah satu universitas di Australia, dan beliau sekarang
72
bekerja di LIPI Jakarta. Sedangkan ibu subjek merupakan lulusan SMA yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Keduanya mempunyai sifat yang sama, yaitu
sama-sama tidak suka banyak bicara. Terutama Bapak subjek, dia hanya mau menjawab pertanyaan dari orang lain dengan secukupnya saja.
Sejak subjek lahir, orang tua subjek sering berpindah-pindah tempat tinggal. Pada awal pernikahan orang tua subjek, mereka tinggal di Jakarta, dan
setelah subjek lahir mereka pindah tinggal di Banyumas. Pada tahun 2005 bapak subjek mendapat beasiswa S2 dari tempatnya bekerja ke Australia, sehingga
membuat dia harus membawa keluarganya untuk ikut bersamanya. Tahun 2007 subjek kembali ke Indonesia dan tinggal di rumah nenek mereka di Banyumas
Jawa Tengah. Dan semenjak tahun 2008 hingga sekarang, mereka tinggal di Perumnas I Karawaci Tangerang.
Anak pertama yang terlahir kembar laki-laki ini, sewaktu berusia empat bulan sudah dibawa ke Australia dan tinggal disana oleh kedua orang tuanya.
Subjek dan kedua orang tuanya tinggal dan menetap di Australia selama kurang lebih 18 bulan. Selama tinggal di Australia, kesibukan bapak subjek adalah kuliah
di salah satu universitas di Australia, sedangkan ibu subjek sebagai buruh setrika. Ketika bapak subjek sibuk dan mengunci diri di kamar untuk mengerjakan tugas-
tugas kuliahnya, ibu subjek tidak berani mengganggunya. Jadi semua pekerjaan rumah dan juga mengurus subjek, semua dilakukannya sendiri. Kondisi ini
membuat intensitas subjek berinteraksi dengan kedua orang tuanya menjadi rendah. Hal yang digunakan untuk menghabiskan waktu dalam setiap harinya
adalah dengan menonton tayangan kartun di televisi atau dengan bermain dengan
73
kembarannya sendiri. Subjek juga jarang sekali melakukan interaksi dengan tetangga di lingkungan apartemennya. Hal ini disebabkan, tetangga subjek
memang tidak pernah ke luar dari apartemen. Waktu berkumpul dengan semua tetangga hanya pada hari libur, dan terjadi di taman bermain. Sesekali mereka
berlibur ke kebun binatang, atau tempat wisata lainnya untuk mengisi waktu luang bersama-sama.
Keluarga baru ini, tinggal jauh dari sanak saudara. Subjek merupakan anak pertama dari orang tuanya. Kondisi seperti ini membuat bapak dan ibu subjek
agak sedikit bingung dalam mengurus anak. Kondisi tetangga apartemennya juga tidak memungkinkan untuk diajak berbagi pengalaman tentang mengasuh bayi.
Hal ini yang membuat ibu dan bapak subjek akhirnya merawat subjek sendiri dengan berdasarkan naluri mereka. Mereka membuat jadwal sendiri pada setiap
harinya, seperti waktu makan, tidur, bermain, dan juga mandi. Jadi ketika waktu makan telah tiba, walau subjek sedang bermain dan tidak ingin makan, makanan
akan tetap datang dan mereka harus makan. Hal ini memang sangat membantu dalam pengaturan perilaku subjek dan juga keluarganya pada setiap jamnya,
melalui pembiasaan disiplin waktu kegiatan. Untuk membuat subjek tenang dan tidak rewel ketika sang bapak belajar di rumah atau berangkat kuliah sedangkan si
ibu sedang bekerja membereskan rumah ataupun sedang melakukan pekerjaan lainnya, ibu biasanya menyalakan televisi dengan program anak-anak, memainkan
musik di komputer dan menyebarkan mainan subjek, ataupun dengan menyalakan VCD kartun kesukaan mereka.
74
Interaksi dalam keluarga subjek memang sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari rutinitas yang dialami oleh keluarga tersebut. Disamping alasan
tersebut, kedua orang tua subjek juga dapat dikatakan sebagai pribadi yang tidak banyak bicara. Keduanya lebih sering melakukan pekerjaannya saja, tetapi tidak
banyak komentar yang keluar dari mulut mereka. Walau tingkat interaksi dinilai rendah, tetapi tetap ada komunikasi yang terjalin antar anggota keluarga subjek.
Terdapat kondisi bahasa yang berbeda, yang digunakan oleh lingkungan sekitar subjek waktu berada di Australia untuk sarana berkomunikasi. Di dalam
komunikasi intern keluarga ini menggunakan bahasa Indonesia, tetapi karena ibu dan bapak subjek berasal dari daerah yang sama yaitu Banyumas maka sesekali
mereka juga menggunakan bahasa Jawa ngapak di dalam kesehariannya. Dalam kehidupan subjek, mereka juga melakukan komunikasi sosial di lingkungannya,
yaitu ada yang menggunakan bahasa Indonesia juga, karena program beasiswa yang sama dengan bapak subjek dapatkan, tetapi ada juga yang penduduk asli
Australia yang menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasinya. Subjek juga sering menonton televisi sebagai bagian dari media komunikasinya. Tontonan
yang ditayangkan di televisi tersebut adalah kartun atau acara untuk sarana belajar anak dengan menggunakan bahasa Inggris.
Setelah menetap selama 18 bulan di Australia, akhirnya subjek beserta orang tuanya pulang kembali ke Indonesia. Pada saat itu, subjek berusia sekitar 22
bulan. Terdapat keanehan yang dirasakan oleh orang tua subjek dan keluarga besarnya. Subjek hanya bisa memproduksi 2-3 kata, itupun kata-kata yang keluar
dari mulut mereka tidak jelas. Akhirnya keluarga mengambil tindakan untuk
75
emeriksakan organ bicara dan pendengaran subjek ke dokter anak. Dan hasil yang didapatkan adalah bahwa organ pendengaran dan juga bicaranya normal, sehingga
dokter hanya memberikan vitamin otak untuk subjek. Dari Australia, subjek tinggal bersama ibunya tanpa si bapak. Bapak subjek
kembali bekerja di LIPI Jakarta sepulang dari masa studynya di Australia. Subjek dan ibunya tinggal di rumah orang tua si ibu yaitu di Gumiwang, Banjarnegara.
Subjek tinggal dan menetap di Banjarnegara selama kurang lebih 17 bulan, yaitu dari usia 22 bulan sampai dengan 3 tahun 3 bulan. Pada saat subjek berada di
Banjarnegara, aktivitas setiap harinya lebih banyak bermain dengan anak-anak yang tinggal di lingkungan sekitar rumah nenek subjek. Karena memang di
lingkungan sekitar rumah nenek subjek terdapat banyak anak yang seumuran dengan subjek. Bapak subjek yang bekerja di Jakarta, berusaha untuk setiap
seminggu sekali pulang ke Banjarnegara untuk berkumpul bersama keluarganya. Bapak subjek hanya berada dua hari selama di Banjarnegara karena pulang pada
hari jumat dan kembali lagi ke Jakarta pada hari minggunya. Setelah menetap selama 17 bulan di Banjarnegara, akhirnya orang tua
subjek pindah ke daerah Karawaci, Tangerang. Di Perumnas I Karawaci Tangerang mereka tinggal sebagai sebuah keluarga yang utuh. Pada saat subjek
berusia emapat tahun, orang tua subjek memasukkan subjek ke tempat les mengaji di daerah yang tidak jauh dari rumah subjek. Kegiatan sehari-hari subjek hanya
bermain di dalam rumah, sesekali pergi ke luar rumah dan bermain bersama Akbar. Akbar adalah tetangga subjek sekaligus teman bermain subjek ketika
mereka berada di rumah. Dan baru subjek berusia empat tahun enam bulan subjek
76
mendaftar di TK Melati Tangerang. Bersama Bu Guru Ami di TK A atau TK 0 kecil, subjek belajar banyak hal. Dan sekarang subjek berada di kelas TK B atau
TK 0 besar. Subjek tergolong anak yang aktif, dan mempunyai banyak teman di sekolahnya. Jika dibandingkan dengan teman kelas TK subjek, subjek tergolong
sebagai anak yang tidak suka dan pandai bercerita.
4.3.5 Kemampuan si Kembar dalam Berbicara