184
besar, disiplin yang ditegakkan lebih otoriter dan ini menghambat anak-anak untuk berbicara sesukanya. Dalam kasus ini ditemukan bahwa subjek bukan
merupakan anak tunggal. Mereka adalah sepasang anak kembar yang terlahir dengan selisih waktu 15 menit. Walaupun demikian tetap saja mereka memiliki
saudara yang secara langsung maupun tidak akan membuat perhatian dari orang tua mereka akan terbelah menjadi dua. memang telah dijelaskan bahwasanya tidak
ada perbedaan yang diberikan oleh orang tua si Kembar terhadap anaknya tersebut, akan tetapi tetap saja hal tersebut masih kurang untuk mendorong
kembar dalam proses belajar berbicara. Dari kasus ini didapatkan bahwasanya faktor ukuran keluarga menjadi salah satu faktor penyebab dari keterlambatan
bicara speech delay yang si Kembar alami.
4.4.2.5 Status Sosial Ekonomi
Orang tua si Kembar adalah keluarga baru. Mereka baru saja menikah dan anak pertama terlahir adalah kembar. Bapak sebenarnya sudah bekerja di LIPI
Jakarta, akan tetapi karena oleh lembaga tempat Bapak bekerja membiayai sekolah S2 Bapak di Australia akhirnya beliau beserta keluarga pindah ke sana. Di
tempat yang sangat jauh dari keluarga tersebut, Bapak si Kembar tidak bekerja sehingga tidak ada pemasukan yang diberikan oleh Bapak si Kembar selain uang
saku dari tempat beliau bekerja. Walaupun tidak ada pemasukan yang berasal dari Bapak si Kembar, akan tetapi Ibu si Kembar dapat bekerja secara sederhana yaitu
dengan menjadi buruh setrika di Australia. Ibu si Kembar menerima jasa menyetrikakan baju tetangganya atau orang lain yang memang membutuhkan
185
jasanya tersebut. Dengan tambahan pemasukan dari Ibu tersebut, membuat kebutuhan dari keluarga tersebut dapat sedikit mendapat sokongan dana dalam
pemenuhannya. Dari hal tersebut di atas, bisa terlihat bahwa walaupun Bapak tidak
mendapatkan pemasukan bagi keluarganya dan Ibu harus bekerja demi menambah simpanan dana untuk mencukupi kebutuhan, akan tetapi sirkulasi perekonomian
pada keluarga si Kembar masih dapat berjalan dengan lancar. Salah satu contoh yang bisa membuktikan hal ini adalah bahwa orang tua yang masih bisa
membelikan susu bagi si Kembar yang harganya terbilang cukup mahal seperti yang diakui oleh Ibu si Kembar. Menurut penuturan Ibu si Kembar, walaupun
kebutuhan keluarga banyak dan beragam akan tetapi dengan hidup secara sederhana dengan memfokuskan pada kebutuhan primer keluarga dapat tercukupi
maka semuanya akan berjalan dengan lancar. Setelah kembali ke Indonesia, selama kurang lebih 16 bulan si Kembar
beserta Ibunya tinggal dan menetap di rumah neneknya yang berada di Gumiwang Banjarnegara sedangkan Bapak si Kembar tinggal di Jakarta dekat dengan tempat
kerjanya. Walaupun Bapak tinggal jauh dari si Kembar dan Ibunya, akan tetapi setiap minimal 2 minggu sekali Bapak si Kembar pulang ke Banjarnegara dan
mengunjungi keluarganya tersebut. Selama tinggal di Banjarnegera, si Kembar dan Ibunya tidak pernah merasakan berkekurangann walaupun jauh dari Bapaknya
yang sedang bekerja. Kebutuhan hidup si Kembar dan Ibunya tetap dapat tercukupi sementara Bapaknya yang tinggal jauh di Jakartapun tidak merasakan
kekurangan. Kedua orang tua si Kembar sudah merencakan untuk membeli
186
sebuah rumah pada kompleks perumahan di Kota Tangerang. Dan hal tersebut dapat terealisasikan dengan baik sehingga pada saat semua persiapan telah
terpenuhi, maka mereka sekeluarga pindah ke rumah milik mereka sendiri di Perum I Karawaci Kota Tangerang.
Keluarga si Kembar resmi pindah dan menempati rumah mereka yang baru di Perum I Karawaci tersebut pada saat si Kembar berusia 3 tahun lebih 3 bulan.
Pada awal mereka datang hingga saat ini, kebutuhan hidup si Kembar dapat tercukupi dengan baik. Walaupun jauh dari saudara yang mayoritas berdomisili di
Jawa Tengah, akan tetapi perekonomian keluarga ini tetap dapat berkembang. Terlihat dari kepemilikan barang mewah yang sudah mereka miliki saat ini.
Sehingga dapat dikatakan bahwa mulai dari awal kedatangan si Kembar dan keluarganya di Tangerang hingga sekarang, golongan keluarga si Kembar dapat
dikatakan berada pada tingkatan kelas menengah ke atas. Menurut teori dalam Hurlock 1980: 115 mendefinisikan anak yang
berasal dari golongan keluarga kelas rendah akan mengalami hambatan dalam kemampuan berbicaranya. Sedangkan yang didapatkan pada kasus ini adalah
sebaliknya. Sepanjang rentang kehidupannya, keluarga si Kembar dapat memenuhi semua kebutuhan masing-masing anggota keluarganya. Atau dapat
dikatakan dalam hal ini keluarga si Kembar berada pada tingkatan perekonomian kelas menengah ke atas. Sehingga menurut acuan teori di atas, dapat disimpulkan
bahwasanya faktor status sosial ekonomi keluarga si Kembar bukan menjadi penyebab dari keterlambatan bicara yang terjadi pada saudara kembar ini.
187
4.4.2.6 Status Ras