Kesempatan untuk Berpraktek Hal Penting dalam Belajar Berbicara

206 1 Pada saat si Kembar berada di Australia, si Kembar kekurangan model yang baik dalam proses belajar bicara mereka. 2 Pada saat si Kembar berada di Banjarnegara, si Kembar mendapatkan model yang baik dalam proses belajar bicara mereka. 3 Pada saat si Kembar pindah ke Tangerang pertama kali, si Kembar kekurangan model yang baik dalam proses belajar bicara mereka. 4 Pada saat kondisi saat ini, si Kembar kekurangan model yang baik dalam proses belajar bicara mereka. Monks 2002: 160 menjelaskan bahwa agar anak tahu mangucapkan kata dengan betul, dan kemudian menggabungkannya menjadi kalimat yang betul, maka mereka harus memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Model tersebut mungkin orang di lingkungan mereka, penyiar radio atau televisi, dan aktor film. Jika mereka kekurangan model yang baik, maka mereka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada di bawah kemampuan mereka. Dari pembahasan model bicara ini dapat ditarik kesimpulan bahwa si Kembar mengalami kekurangan dalam mendapatkan model yang baik dalam proses bicara mereka. Sehingga faktor model yang baik untuk ditiru dalam kaitannya dengan proses belajar mempengaruhi terhadap keterlambatan bicara yang si Kembar alami.

4.4.3.4 Kesempatan untuk Berpraktek

Ketika si Kembar berada di Australia, si Kembar tinggal di apartemen. Lingkungan kehidupan apartemen dengan tetangga yang mayoritas orang warga negara asing sangat individualis. Tidak pernah terlihat di antara mereka saling 207 tegur sapa ataupun juga berkunjung ke tempat yang lain. Jadwal Bapak si Kembar untuk pergi kuliah adalah pada satiap hari senin sampai kamis dan bagi Bapak si Kembar hari jumat hingga minggu adalah hari bersama keluarganya. Ketika hari libur itu datang, mereka terkadang pergi berkumpul dengan orang Indonesia yang ada di sana. Pada saat itulah si Kembar mempunyai lingkungan sosial yang baru selain rutinitas harian mereka dengan si Bapak, Ibu dan kembarannya. Bentuk interaksi Bapak dan ibu dengan kembar adalah dengan menemaninya bermain, mengajarinya berjalan, merangkak, dan sebagainya. Dari hal tersebut diatas, tidak terlihat aktivitas yang menimbulkan kesempatan bagi anak untuk berbicara. Selain hal tersebut di atas, orang tua si Kembar juga membuat jadwal menu makan untuk si Kembar pada setiap harinya. Menu makan itu dibuat dengan tujuan meringankan pekerjaan kedua orang tua si Kembar, sehingga tidak harus menunggu kembar menangis karena lapar makanan sudah datang kepada mereka. Pada kenyataannya, hal tersebut sebenarnya bermakna penghilangan kesempatan berpraktek si Kembar dalam belajar berbicara. Ketika si Kembar sudah berada di Indonesia dan tinggal di Banjarnegara, mereka bergaul dengan saudara dan nenek mereka serta banyak dari teman-teman sebayanya. Tidak ada batasan bagi si Kembar untuk berinteraksi dengan siapa saja. Dan kebanyakan dari lingkungan sosial si Kembar aktif dalam membangun interaksi dengan si Kembar dengan mengajak mereka berbicara. Hal ini membuat si Kembar memiliki kesempatan berpraktek untuk melatih kemampuan berbicaranya dengan orang lain. Akan tetapi pada hal kesempatan praktek dengan Bapak si Kembar, mereka mengalami kekurangan. Hal ini dikarenakan Bapak 208 yang hanya pulang ke Banjarnegara selama tiga hari setiap 2 minggu sekali. Sebenarnya si Kembar sangat antusias dan bermotivasi tinggi ketika dia mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan Bapaknya. Walaupun si Kembar jarang bertemu dengan Bapaknya, akan tetapi mereka cukup mendapatkan ruang untuk berpraktek berbicara dengan orang-orang yang ada di sekitar kembar. Pada awal kepindahan keluarga si Kembar di Tangerang mereka banyak terbantu dengan kekembaran yang mereka miliki. Karena mereka kembar, maka banyak menarik minat orang di sekelilingnya. Hal tersebut membantu si Kembar dalam berhubungan dengan orang lain. Lingkungan interaksi si Kembar pada awal kepindahan mereka di Tangerang bertambah, dari yang awalnya hanya dengan kedua orang tua mereka menjadi semakin meluas. Hal ini disebabkan pada waktu itu si Kembar sudah mengikuti les membaca dan mengaji di tempat les milik Ibu Amanah. Selain itu si Kembar juga sudah mulai masuk sekolah kelas TK A di TK Melati. Dengan luasnya interaksi kembar, maka kesempatan kembar untuk berpraktek bicara dengan orang-orang di luar keluarganya semakin meluas. Sehingga bisa ditarik kesimpulan di sini bahwa pada awal kepindahan si Kembar di Tangerang, mereka tidak kekurangan kesempatan untuk berpraktek dalam berbicara. Kondisi pada saat ini, kesempatan si Kembar untuk dapat berinteraksi dengan kedua orang tuanya, pada setiap harinya terhitung sedikit. Hal ini disebabkan oleh rutinitas kesibukan Bapak dan Ibu si Kembar yang sangat tinggi membuat waktu mereka untuk kedua anaknyapun menjadi berkurang. Hal tersebut secara langsung membuat kesempatan si Kembar untuk berpraktek bicara menjadi 209 semakin berkurang. Hal yang serupa juga ditemukan ketika di sekolah si Kembar, Ibu Guru yang sangat sibuk mengurusi murid-muridnya yang terbilang cukup banyak dengan hanya seorang diri ditambah lagi kesibukannya menjadi kepala sekolah. Hal tersebut juga membuat kesempatan murid untuk berinteraksi dengan Guru menjadi berkurang. Seiring berkurangnya interaksi dengan Ibu Guru, membuat kesempatan si Kembar dalam praktek bicarapun menjadi berkurang. Hal serupa juga ditemukan pada Ibu Guru les si Kembar. Dalam mengikuti les mengaji, si Kembar tidak hanya bersama dengan kembarannya tetapi juga bersama teman yang lain. Hal ini membuat perhatian Ibu Guru menjadi terpecah dan kesempatan si Kembar untuk berkomunikasi dengan Ibu Gurunya tersebut menjadi semakin sedikit. Dari pembahasan tentang kesempatan untuk berpraktek bicara tersebut dapat disimpulkan bahwasanya faktor kesempatan dalam praktek bicara dapat berpengaruh dalam kemampuan berbicara pada si Kembar. Monks dkk 2002: 160 menjelaskan jika karena alasan apapun kesempatan berbicara dihilangkan, jika mereka tidak dapat membuat orang lain mengerti mereka akan putus asa dan marah. Ini sering kali melemahkan motivasi mereka untuk berbicara. Sehingga semakin jelas di sini bahwa faktor kesempatan untuk berpraktek bicara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara yang terjadi pada si Kembar.

4.4.3.5 Motivasi untuk Berbicara