214
Dari segala hal yang berkaitan dengan bimbingan yang sudah dibahas diatas, dapat diambil kesimpulan bahwasanya pada saat si Kembar berada di
Australia si Kembar tidak mendapatkan cukup bimbingan dalam proses belajar berbicara mereka samahalnya pada kondisi saat ini. Akan tetapi, kondisi pada saat
si Kembar berada di Banjarnegara dan awal mereka pindah di Tangerang membuat kondisi yang berbeda. Dijelaskan bahwa pada rentang waktu tersebut si
Kembar mendapatkan cukup bimbingan oleh orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Monks dkk 2002: 160 menjelaskan tentang cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah pertama, menyediakan model yang baik,
kedua, mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga, memberikan bantuan mengikuti model tersebut
dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut. Sehingga didapatkan dalam hal ini bahwa faktor kekurangan
bimbingan dari orang-orang yang menjadi model kembar dapat mempengaruhi terhambatnya perkembangan bicara pada si Kembar.
4.4.4 Kondisi yang Mendorong Keragaman Kemampuan Berbicara
4.4.4.1 Kesehatan
Ketika si Kembar terlahir hingga saat ini, orang tua si Kembar mengaku bahwasanya tidak terjadi masalah pada kondisi kesehatan si Kembar. Sejak si
Kembar lahir di Indonesia kemudian pindah ke Australia dan akhirnya kembali ke Indonesia dan menetap di Tangerang ini, tidak pernah muncul gangguan pada
kesehatan kembar. Menurut Ibu si Kembar, anaknya masih dalam kondisi sehat
215
sampai saat ini, walaupun pada beberapa bulan yang lalu Kembar pernah mengalami sakit typus dan harus dirawat di Rumah Sakit.
Dalam Hurlock 1978: 186 menjelaskan bahwa anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara dari pada anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih
kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut. Dari hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kondisi
kesehatan kembar cukup baik untuk mendukung persiapan menuju proses belajar berbicaranya. Dengan demikian, faktor kondisi kesehatan si Kembar yang sehat
ini bukanlah menjadi salah satu penyebab dari timbulnya keterlambatan bicara yang terjadi pada mereka.
4.4.4.2 Kecerdasan
Ketika membahas mengenai kecerdasan si Kembar, maka akan kita bahas pula masalah inteligensi mereka. Inteligensi atau kecerdasan pada anak sangat
mempengaruhi pada perkembangan seseorang, tidak terkecuali pada perkembangan bicaranya. Hurlock 1978: 186 menyatakan bahwa anak yang
memiliki kecerdasan tinggi, belajar berbicaranya akan lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul dari pada anak yang
tingkat kecerdasannya rendah. Pada kasus ini ditemukan bahwa si Kembar sudah pernah melakukan
pengetesan terhadap kecerdasan mereka. Orang tua si Kembar tidak pernah melakukan pengukuran pada kecerdasan anaknya tersebut sebelum si Kembar
masuk di kelas TK A Melati atau tepatnya pada saat kembar berusia 4 tahun lebih 8 bulan. Dari tes Inteligensi yang pernah mereka ikuti tersebut, didapatkan skor
216
IQ yang berbeda antara Tama dan Dika. Dikatakan pada hasil tes tersebut bahwa skor IQ Tama adalah 103 sedangkan Dika memiliki skor IQ 102 atau tingkat
kecerdasan mereka berada pada kisaran normal atau rata-rata. Dengan berlandaskan hal tersebut, jelas bahwa si Kembar dapat dikatakan
sebagai anak yang cukup cerdas sehingga seharusnya ketrampilan berbicara si Kembar dapat mereka kuasai secara lebih cepat. Tetapi pada kenyataannya si
Kembar memiliki hambatan dalam kemampuan berbicara mereka. Maka dapat dikatakan bahwa keterlambatan bicara yang dialami oleh si Kembar bukan berasal
dari faktor kecerdasan yang mereka miliki.
4.4.4.3 Keadaan Sosial Ekonomi