216
IQ yang berbeda antara Tama dan Dika. Dikatakan pada hasil tes tersebut bahwa skor IQ Tama adalah 103 sedangkan Dika memiliki skor IQ 102 atau tingkat
kecerdasan mereka berada pada kisaran normal atau rata-rata. Dengan berlandaskan hal tersebut, jelas bahwa si Kembar dapat dikatakan
sebagai anak yang cukup cerdas sehingga seharusnya ketrampilan berbicara si Kembar dapat mereka kuasai secara lebih cepat. Tetapi pada kenyataannya si
Kembar memiliki hambatan dalam kemampuan berbicara mereka. Maka dapat dikatakan bahwa keterlambatan bicara yang dialami oleh si Kembar bukan berasal
dari faktor kecerdasan yang mereka miliki.
4.4.4.3 Keadaan Sosial Ekonomi
Ketika menjelaskan keadaan sosial ekonomi keluarga si Kembar maka akan didapatkan bahasan yang sama dengan materi status sosial ekonomi yang
dialami oleh keluarga si Kembar tersebut. Dijelaskan bahwa Bapak si Kembar sebenarnya sudah bekerja di LIPI Jakarta, akan tetapi karena oleh lembaga tempat
Bapak bekerja membiayai sekolah S2 bapak di Australia akhirnya beliau beserta keluarga pindah ke sana. Di tempat yang sangat jauh dari keluarga tersebut, Bapak
si Kembar tidak bekerja sehingga tidak ada pemasukan yang diberikan oleh Bapak si Kembar selain uang saku dari tempat beliau bekerja. Walaupun tidak ada
pemasukan yang berasal dari Bapak si Kembar, akan tetapi Ibu si Kembar dapat bekerja secara sederhana yaitu dengan menjadi buruh setrika di Australia. Ibu si
Kembar menerima jasa menyetrikakan baju tetangganya atau orang lain yang memang membutuhkan jasanya tersebut. Dengan tambahan pemasukan dari Ibu
217
tersebut, membuat kebutuhan dari keluarga tersebut dapat sedikit mendapat sokongan dana dalam pemenuhannya.
Dari hal tersebut di atas, bisa terlihat bahwa walaupun Bapak tidak mendapatkan pemasukan bagi keluarganya dan Ibu harus bekerja demi menambah
simpanan dana untuk mencukupi kebutuhan, akan tetapi sirkulasi perekonomian pada keluarga si Kembar masih dapat berjalan dengan lancar. Salah satu contoh
yang bisa membuktikan hal ini adalah bahwa orang tua yang masih bisa membelikan susu bagi si Kembar yang harganya terbilang cukup mahal seperti
yang diakui oleh Ibu si Kembar. Menurut penuturan Ibu si Kembar, walaupun kebutuhan keluarga banyak dan beragam akan tetapi dengan hidup secara
sederhanadengan memfokuskan pada kebutuhan primer keluarga dapat tercukupi maka semuanya akan berjalan dengan lancar.
Setelah kembali ke Indonesia, selama kurang lebih 16 bulan si Kembar beserta Ibunya tinggal dan menetap di rumah neneknya yang berada di Gumiwang
Banjarnegara sedangkan Bapak Kembar tinggal di Jakarta dekat dengan tempat kerjanya. Walaupun Bapak tinggal jauh dari si Kembar dan Ibunya, akan tetapi
setiap minimal 2 minggu sekali Bapak si Kembar pulang ke Banjarnegara dan mengunjungi keluarganya tersebut. Selama tinggal di Banjarnegera, si Kembar
dan Ibunya tidak pernah merasakan berkekurangann walaupun jauh dari Bapaknya yang sedang bekerja. Kebutuhan hidup si Kembar dan Ibunya tetap dapat
tercukupi sementara Bapaknya yang tinggal jauh di Jakartapun tidak merasakan kekurangan. Kedua orang tua si Kembar sudah merencakan untuk membeli
sebuah rumah pada kompleks perumahan di Kota Tangerang. Dan hal tersebut
218
dapat terealisasikan dengan baik sehingga pada saat semua persiapan telah terpenuhi, maka mereka sekeluarga pindah ke rumah milik mereka sendiri di
Perum I Karawaci Kota Tangerang. Keluarga si Kembar resmi pindah dan menempati rumah mereka yang baru
di Perum I Karawaci tersebut pada saat si Kembar berusia 3 tahun lebih 3 bulan. Pada awal mereka datang hingga saat ini, kebutuhan hidup si Kembar dapat
tercukupi dengan baik. Walaupun jauh dari saudara yang mayoritas berdomisili di Jawa Tengah, akan tetapi perekonomian keluarga ini tetap dapat berkembang.
Terlihat dari kepemilikan barang mewah yang sudah mereka miliki saat ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa mulai dari awal kedatangan kembar dan
keluarganya di Tangerang hingga sekarang, golongan keluarga si Kembar dapat dikatakan berada pada tingkatan kelas menengah ke atas.
Hurlock 1978: 186 menjelaskan tentang anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan
dirinya dengan lebih baik, dan lebih banyak berbicara dari pada anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya
adalah bahwa anak didorong banyak untuk berbicara dan lebih banyak dibimbing dalam melakukannya. Sedangkan yang didapatkan pada kasus ini adalah
sebaliknya. Sepanjang rentang kehidupannya, keluarga si Kembar dapat memenuhi semua kebutuhan masing-masing anggota keluarganya. Atau dapat
dikatakan dalam hal ini keluarga si Kembar berada pada tingkatan perekonomian kelas menengah ke atas. Sehingga menurut acuan teori di atas, dapat disimpulkan
219
bahwasanya faktor keadaan sosial ekonomi keluarga kembar bukan menjadi penyebab dari keterlambatan bicara yang terjadi pada saudara kembar ini.
4.4.4.4 Jenis Kelamin