224
mempunyai objek lekat masing-masing, dan objek lekat tersebut tidak sama satu dengan yang lain. Seperti Dika yang lebih dekat dan mau untuk diajak
berkomunikasi dengan Ibu Guru TK A mereka sedangkan Tama sebaliknya. Tama lebih suka ketika berinteraksi dengan Bu Sri atau Ibu Guru dari kelas TK B
mereka. Jelas terlihat bahwa faktor minat atau keinginan berkomunikasi menjadi
stimulus yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perkembangan kemampuan berbicara kembar. Sehingga ketika Hurlock 1978: 186 menjelaskan
bahwa semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan
waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar benar adanya. Sehingga faktor keinginan berkomunikasi dalam hal ini mempengaruhi terjadinya keterlambatan
bicara yang dialami oleh si Kembar.
4.4.4.6 Dorongan
Pada saat si Kembar berada di Australia, interaksi mereka terbatas pada saudara kembarnya, dan kedua orang tua mereka. Rutinitas Bapak si Kembar yang
sangat sibuk dengan semua urusan kuliah membuat waktunya bersama keluarga menjadi semakin sedikit. Senada dengan kesibukan yang dialami oleh Bapak si
Kembar, Ibu juga mempunyai tugas harian yang sangat menyita waktu dan tenaganya. Beliau harus mengurusi kedua anak dan suaminya disamping
pekerjaannya sebagai Ibu rumah tangga serta pekerjaan sampingannya sebagai buruh setrika. Hampir tidak ada waktu yang bisa digunakan oleh si Kembar untuk
berinteraksi dengan orang tuanya. Walaupun demikian, orang tua si Kembar
225
menyisihkan waktunya setiap hari sabtu dan minggu untuk menghabiskan waktu bersama. Interaksi yang dibangun oleh orang tua si Kembar dengan anaknya
adalah dengan mengajak mereka bermain atau melatih ketrampilan motorik seperti merangkak dan berjalan. Karena mereka punya pendapat bahwa anak
seusia si Kembar memang sedang waktunya untuk banyak bermain. Secara garis besar, si Kembar lebih sering menghabiskan waktunya dengan saudara kembarnya
untuk bermain dan menonton televisi daripada berinteraksi dengan kedua orang tuanya. Dari hal tersebut, terlihat bahwa pada saat si Kembar berada di Australia,
kesempatan untuk si Kembar melakukan komunikasi dengan orang tuanya sangatlah sedikit dan hal itu menyebabkan si Kembar kurang didorong untuk
berlatih berbicara dengan kedua orang tuanya. Sewaktu si Kembar berada di Banjarnegara, si Kembar mendapatkan
banyak dorongan yang diberikan kepada si Kembar dari lawan bicaranya. Dorongan ini berupa interaksi yang dibuat oleh saudara dan teman bermain si
Kembar. Dalam interaksi tersebut terdapat pancingan bagi si Kembar untuk menceritakan lebih dari apa yang sudah diceritakan oleh mereka. Hal ini membuat
si Kembar terdorong untuk melakukan komunikasi secara lebih baik dilihat dari kualitas pembuatan kalimat dan cara bicara mereka.
Kemampuan bicara si Kembar semakin berkembang seiring dengan lingkungan yang mendorong mereka. Pada saat awal kedatangan si Kembar di
Tangerang, ketika menjawab pertanyaan yang diberikan oleh lawan bicara si Kembar, mereka sering kali menggunakan kalimat yang sangat singkat. Kalimat
singkat di sini mempunyai makna bahwasanya kalimat dibuat si Kembar hanya
226
berfungsi untuk menjawab pertanyaan lawan bicaranya saja. Hal tersebut seolah- olah menggambarkan keinginan berbicara si Kembar yang rendah. Dalam rangka
untuk mendorong si Kembar untuk dapat berbicara lebih panjang maka dari itu lawan bicara si Kembar harus pandai dalam membuat kalimat pancingan yang
nantinya bisa membuat si Kembar terus berbicara dan mengeluarkan pendapatnya. Dan hal tersebut sudah dilakukan oleh model yang berperan positif terhadap si
Kembar yaitu teman-teman bermain si Kembar yang bisa membuat si Kembar aktif dalam menanggapi stimulus dalam pembuatan interaksi. Karena pada
dasarnya anak seusia si Kembar yaitu awal masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol
, karena sekali anak-anak dapat berbicara dengan mudah, maka dia tidak putus-putusnya bicara Hurlock 1980: 114-115. Dari hal tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa pada awal kepindahan si Kembar ke Tangerang, mereka cukup mendapatkan dorongan untuk berbicara dari orang lain.
Gambaran kondisi si Kembar pada saat ini adalah bahwa si Kembar sekarang kekurangan dorongan untuk berbicara yang berasal dari kedua orang
tuanya. Dalam hal ini Ibu tidak mencoba membuat situasi komunikasi kepada Tama dengan menanyakan apa yang terjadi padanya. Hal ini menggambarkan
kurang adanya dorongan dari Ibu dalam menimbulkan motivasi anak dalam berbicara. Tama hanya dibiarkan saja oleh Ibu ketika dia memberikan suatu
stimulus yang membutuhkan perhatian dari Ibunya. Hal tersebut juga terlihat pada rutinitas Bapak yang sangat sibuk sehingga membuat si Kembar jarang sekali bisa
berkomunikasi dengan Bapaknya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa orang tua si Kembar kurang memberikan dorongan pada si Kembar untuk berkomunikasi.
227
hal ini yang menyebabkan si Kembar lebih aktif berkomunikasi dengan teman- temannya daripada dengan orang tua mereka sendiri.
Hurlock 1978: 186 menjelaskan tentang semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya berbicara dan didorong menanggapinya,
akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya. Dan terlihat dari pembahasan di atas bahwasanya si Kembar kekurangan dorongan
untuk belajar berbicara. hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara yang kembar miliki.
4.4.4.7 Ukuran Keluarga