231
mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami khusus yang mereka miliki. Ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar
berbicara agar orang lain dapat memahami mereka. Pada teori yang menyebutkan kelahiran kembar akan mempengaruhi
banyaknya anak berbicara terbukti dalam kasus ini. Kemampuan berbicara si Kembar menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan teman-temannya yang
lain. Sehingga faktor kelahiran kembar dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab dari terlambatnya kemampuan berbicara si Kembar.
4.4.4.11 Hubungan dengan Teman Sebaya
Pada waktu si Kembar berada di Australia, mereka hampir jarang sekali berinteraksi dengan teman sebaya, karena lingkungan interaksi si Kembar terbatas
pada saudara kembarnya dan kedua orang tuanya. Hal tersebut juga dipicu oleh lingkungan si Kembar yang memang sangat individualis sehingga membuat kesan
bahwa tidak ada orang yang bisa berinteraksi dengan mereka. Anak-anak kecil dari tetangga apartemen si Kembar juga terlihat tidak banyak melakukan interaksi
di luar rumah. Tidak pernah terlihat adanya saling mengunjungi antar keluarga. Hal ini membuat batasan bagi si Kembar dalam melakukan interaksi dengan orang
di luar keluarganya. Satu-satunya kesempatan bagi si Kembar dapat berinteraksi dengan orang lain adalah pada saat si Kembar pergi jalan-jalan ke luar apartemen
dengan keluarganya. Sehingga dapat disimpulkan di sini bahwa pada saat si Kembar dan keluarganya berada di Australia, si Kembar jarang sekali merasakan
adanya hubungan dengan teman sebaya kecuali dengan saudara kembarnya.
232
Sewaktu si Kembar berada di Banjarnegara, tidak masalah dengan cara berinteraksi si Kembar terhadap teman bermainnya. Hal ini dikarenakan teman
sangat mudah dalam berbaur dengan teman sebayanya ketika berada di Banjarnegara. si Kembar juga sangat antusias dan senang ketika bisa
menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman-temannya. Kondisi si Kembar yang dikelilingi oleh banyak teman bermain inilah yang mendukung
kemampuan berbicara si Kembar lebih berkembang dan juga beragam. Dapat terlihat dari pembahasan di atas bahwasanya tidak terdapat permasalahan dengan
hubungan teman sebaya si Kembar pada saat mereka berada di Banjarnegara. Pada saat si Kembar dan keluarganya baru saja pindah ke Tangerang,
dalam melakukan interaksi si Kembar melakukan pemilihan terhadap teman yang mereka ajak bermain. Dalam hal ini, si Kembar tidak menyukai teman yang belum
bisa berbicara. Si Kembar terlihat melakukan penolakan terhadap anak yang kemampuan berbicaranya di bawah mereka. Interaksi si Kembar pada saat itu
meluas karena si Kembar sudah mulai bersekolah di TK dan juga les mengaji bersama teman-teman sebayanya yang lain. Akan tetapi karena sifat si Kembar
yang tidak bisa mengawali suatu percakapan dan selalu menunggu untuk ditanya terlebih dahulu, maka kecenderungan si Kembar akan berinteraksi dengan teman
yang lebih aktif dalam membangun sebuah komunikasi. Sehingga dapat terlihat bahwasanya hubungan dengan teman sebaya si Kembar dalam keadaan yang baik
dan tidak terjadi permasalahan di dalamnya. Kondisi hubungan interaksi sosial si Kembar saat ini tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan awal kedatangan mereka di Tangerang. Pada saat si Kembar
233
berinteraksi di lingkungan sekolah ataupun tempat mengajinya, mereka dapat bergaul dengan baik bersama teman-temannya yang lain. Si Kembar bersedia
untuk bermain bersama teman-temannya tersebut dan dapat menanggapi ketika temannya mengajak si Kembar untuk berbicara. Tetapi kondisi saat ini ada sedikit
perbedaan yang mencolok bahwa terlihat minat bicara yang berbeda antara teman yang sudah akrab dan yang berteman biasa dengan si Kembar. si Kembar bisa
terlihat sangat asik dalam interaksinya bersama teman-teman akrabnya yang sudah biasa bermain bersama mereka. Hal yang demikian tidak akan didapatkan ketika
si Kembar bersama teman yang tidak begitu akrab dengan mereka, bahkan terkadang si Kembar hanya pasif mendengarkan dan tidak menanggapinya. Dapat
disimpulkan bahwa pada kondisi saat ini tidak terdapat permasalahan pada hubungan dengan teman sebaya si Kembar.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan besar bahwa tidak terdapat permasalahan pada hubungan dengan teman sebaya si Kembar. Hurlock
1978: 186 menyebutkan bahwa semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota
kelompok sebayanya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara. Dari teori tersebut, didapatkan bahwa dengan tidak adanya permasalahan pada
hubungan dengan teman sebaya, seharusnya si Kembar tidak mendapatkan masalah dengan perkembangan kemampuan berbicara. Sehingga faktor hubungan
dengan teman sebaya di sini bukanlah menjadi faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara yang dialami oleh si Kembar.
234
4.4.4.12 Kepribadian