187
4.4.2.6 Status Ras
Si Kembar adalah anak dari keturunan orang Jawa asli khususnya Jawa Tengah. Bapak si Kembar asli orang Banyumas sedangkan Ibu berasal dari
Banjarnegara. Demikian halnya dengan kakek dan nenek si Kembar yang berasal dari Bapak maupun dari Ibu si Kembar berasal dari Jawa Tengah. Dari pernyataan
orang tua si Kembar tersebut dapat disimpulkan bahwa si Kembar merupakan anak keturunan Jawa tulen.
Hurlock 1980: 115 menjelaskan tentang mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada kebanyakan anak berkulit hitam dapat disebabkan sebagian
karena mereka dibesarkan dalam rumah dimana para ayah tidak ada atau dimana kehidupan keluarga tidak teratur karena banyaknya anak atau karena ibu harus
bekerja di luar rumah. Melihat dari teori tersebut, si Kembar bukanlah keturunan orang berkulit hitam. Orang berkulit hitam dalam hal ini adalah bukan keturunan
ras Negroid yang memang mayoritas mempunyai pigmen kulit berwarna hitam. Bapak si Kembar juga tidak memiliki kebiasaan seperti orang berkulit hitam yang
meninggalkan kehidupan keluarganya dan membuat kehidupan keluarganya tersebut menjadi tidak teratur. Sedangkan Ibu si Kembar adalah seorang Ibu
Rumah Tangga yang memang mempunyai pekerjaan untuk merawat rumah dan keluarganya sehingga tidak membuat beliau harus pergi keluar rumah serta
meninggalkan anak-anaknya. Kesimpulan dari hal tersebut di atas adalah bahwasanya faktor status ras
yang berasal dari kulit hitam beserta kebiasaan orang tua yang kulit hitam tidak
188
dialami oleh si Kembar. Jelas di sini bahwa faktor status ras tidak mempengaruhi kemampuan berbicara si Kembar yang berada di bawah rata-rata anak seusianya.
4.4.2.7 Berbahasa Dua
Kondisi kebahasaan si Kembar dalam hal ini dibedakan atas lingkungan interaksi si Kembar yang memang selalu berubah-ubah hingga sekarang. Ada 4
kriteria waktu yang membuat lingkungan interaksi si Kembar berubah-ubah, yaitu pada saat si Kembar berada di Australia, Banjarnegara, kemudian awal di
Tangerang, dan kondisi saat ini. Rentang waktu yang pertama yaitu, pada saat si Kembar berada di Australia yaitu pada umur 4 bulan hingga 22 bulan mereka
dalam lingkungan bahasa yang dapat dikatakan beragam. Lingkungan interaksi si Kembar memiliki beberapa warna bahasa yang berbeda. Ada beberapa poin di sini
dalam membicarakan masalah kebahasaan ditinjau dari lingkungan interaksi si Kembar pada saat berada di Australia, yaitu:
1 Ketika si Kembar berada di Australia, mereka sekeluarga tinggal di sebuah
apartemen. Tetangga apartemen si Kembar berasal dari berbagai macam negara, ada yang memang berwarga negara asli Australia tetapi ada juga yang
pendatang yaitu mereka yang berasal dari India dan juga Cina. Ketika orang- orang tetangga si Kembar tersebut sedang melakukan interaksi pada yang
lain, mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai alat untuk berkomunikasi. 2
Si Kembar adalah anak yang sangat menyukai tayangan televisi. Interaksi mereka dalam menonton televisi terhitung sangat tinggi. Hal ini disebebkan
oleh Ibu yang memang memposisikan anak untuk diam dan menonton TV sembari Ibu menyelesaikan semua tugas-tugasnya. Siaran televisi yang sering
189
si Kembar tonton merupak siaran asli dari Australia, sehingga bahasa yang digunakan dalam percakapannya menggunakan percakapan dengan bahasa
Inggris. 3
Ketika berkomunikasi dengan si Kembar, orang tua menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapannya. Hal tersebut dilakukan orang tua dengan
harapan si Kembar nantinya akan menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan mereka kepada orang lain.
4 Komunikasi intern yang terjadi antara Bapak dan Ibu si Kembar
menggunakan bahasa Jawa “Banyumasan” sebagai alat untuk mereka saling tukar pikiran. Hal tersebut berarti ketika Ibu sedang bercakap-cakap dengan
Bapak ataupun sebaliknya, mereka menggunakan bahasa Jawa “Banyumasan”. Dan pada saat orang tua si Kembar tersebut sedang bercakap-
cakap, sudah pasti si Kembar dapat ikut mendengarnya. Kesimpulan tentang perihal kebahasaan yang diterima oleh si Kembar pada
saat mereka berada di Australia adalah bahwasanya terdapat tiga bahasa multilingual di sekeliling si Kembar yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan
juga bahasa Jawa “Banyumasan”. Hal tersebut bersentuhan dengan si Kembar setiap hari sejak mereka berada di Australia hingga sebelum mereka pindah ke
Banyumas. Rentang waktu yang kedua yaitu pada saat si Kembar berada di
Banjarnegara. Pada saat si Kembar berada tinggal di Banjarnegara, Ibu dan si Kembar tinggal di rumah nenek mereka Ibu dari Ibunya si Kembar. dan pada
190
saat di sana, terdapat perbedaan bahasa yang digunakan orang-orang di sekitar si Kembar dalam berkomunikasi. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1 Karena semenjak tinggal di Australia si Kembar sudah dibiasakan memakai
bahasa Indonesia ketika bercakap-cakap, maka Ibu menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan si Kembar.
2 Nenek dan saudara-saudara si Kembar yang lain berasal dari daerah asli
Banjarnegara yang menggunakan bahasa Jawa “Banyumasan” ketika berbicara dengan orang lain.
3 Teman-teman bermain si Kembar serta tetangga rumah nenek kembar yang
merupakan penduduk asli Banjarnegara, mereka juga menggunakan bahasa Jawa “Banyumasan” ketika berbicara dengan orang lain.
Ibu si Kembar melihat anaknya mengalami hambatan dalam memahami bahasa yang digunakan orang-orang di sekitar mereka, yaitu bahwa si Kembar
sudah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, akan tetapi lingkungan mereka yang terdiri dari saudara-saudara, teman bermain dan yang
lainnya mayoritas menggunakan bahasa Jawa “Banyumasan”. Kondisi ini membuat si Kembar berada pada lingkungan dua bahasa bilingual yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa. Kondisi tersebut membuat si Kembar tidak dapat menangkap apa yang orang-orang bicarakan kepada mereka. Kondisi dua bahasa
bilingual ini membuat kembar sulit menangkap informasi dari luar, sebagai akibatnya si Kembar kurang dapat merespon stimulus yang diberikan oleh
lingkungan terhadap mereka. Dan kondisi tersebut terbukti sangat mengganggu interaksi si Kembar dalam menjalin hubungan dengan orang lain .
191
Melihat kondisi tersebut di atas, Ibu akhirnya mengambil sikap untuk merubah kondisi yang dua bahasa tersebut menjadi satu bahasa. Terdapat point
penting dalam hal ini yaitu di mana Ibu si Kembar membuat pengkondisian terhadap lingkungan tempat si Kembar melakukan interaksi agar mengubah
bahasa yang mereka gunakan pada saat berbicara dengan si Kembar. Sehingga hanya ada satu bahasa saja ketika melakukan komunikasi dengan si Kembar yaitu
bahasa Indonesia atau bahasa yang kembar kuasai. Dampak dari kondisi tersebut, si Kembar sering mencampur-adukkan kata
antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa “Banyumasan”. Dan hal ini terbawa hingga si Kembar pindah dan bersosialisasi dengan lingkungannya yang baru di
Tangerang. Kemudian rentang waktu yang ketiga adalah kondisi di mana si Kembar pindah ke Tangerang pada saat pertama kali. Dalam rentang waktu ini
juga terdapat beberapa hal penting yang perlu ditelisik lebih dalam, yaitu: 1
Si Kembar menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan orang lain siapapun itu, akan tetapi karena terbawa oleh lingkungan Kembar
pada saat di Banjarnegara yang menggunakan bahasa Jawa “Banyumasan” ketika berkomunikasi maka Kembar sering kali mencampurkan bahasa yang
mereka pakai dengan bahasa Jawa “Banyumasan”. 2
Bapak si Kembar yang tetap menggunakan bahasa Jawa “Banyumasan” ketika berinteraksi dengan Ibu si Kembar demikian pula sebaliknya.
Walaupun nantinya ketika mereka berkomunikasi dengan si Kembar mereka merubah bahasa mereka menjadi bahasa Indonesia, akan tetapi si Kembar
192
tetap dapat mendengar percakapan terbuka yang dilakukan oleh orang tua si Kembar yang menggunakan bahasa Jawa tersebut.
3 Dalam memberikan pengajaran kepada si Kembar, terkadang Ibu Guru les si
Kembar tidak sengaja mengucapkan kata-kata dalam bahasa Sunda. Hal tersebut terjadi ketika beliau tidak menemukan kata yang pas untuk
mengartikan sesuatu ke dalam bahasa Indonesia. Ada kalanya juga si Kembar mengucapkan kata dalam bahasa Jawa yang secara otomatis Ibu Guru les si
Kembar tidak faham sehingga beliau mengalami kesulitan dalam memahami maksud si Kembar.
Dengan melihat kondisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa si Kembar pada saat itu berada dalam kondisi tiga bahasa multilingual yaitu bahasa
Indonesia, bahasa Jawa “Banyumasan”, serta bahasa Sunda. Kondisi tersebut juga sangat mempengaruhi si Kembar dalam proses pemerolehan bahasa kaitannya
dengan pemahaman bahasa pada saat si Kembar berinteraksi. Rentang waktu yang terakhir yaitu kondisi si Kembar pada saat ini.
Kondisi lingkungan si Kembar pada saat ini sama persis ketika si Kembar datang pertama kali ke Tangerang. Hal tersebut disebabkan oleh lawan bicara si Kembar
atau sosial si Kembar yang tidak berubah seperti pada saat si Kembar pindah ke Banjarnegara, kemudian pindah lagi ke Tangerang. Sehingga didapatkan kondisi
bahasa yang sama dengan awal si Kembar berada di Tangerang yaitu mereka berada dalam kondisi yang tiga bahasa multilingual yaitu bahasa Indonesia,
bahasa Jawa “Banyumasan”, serta bahasa Sunda. Kondisi ini terbukti mempengaruhi proses pemerolehan bahasa bagi si Kembar.
193
Hurlock 1980: 115 menjelaskan bahwa meskipun anak dari keluarga berbahasa dua sebanyak anak dari keluarga berbahasa satu, tetapi pembicaraannya
sangat terbatas kalau ia berada dalam kelompok sebayanya atau dengan orang dewasa di luar rumah. Dengan adanya kondisi bahasa seperti yang telah dijelaskan
di atas berdampak pada pembuatan bahasa si Kembar yang saat ini terlihat sangat acak-acakan, terlihat dari kalimat yang mereka produksi sangat pendek hanya 2
kata saja dan sering kali dicampur antara bahasa Indonesia yang disisipi bahasa Jawa “Banyumasan”. Dalam Monks dkk 2002: 161 menjelaskan bahwa anak
usia 5 tahun lebih 6 bulan sudah harus bisa membuat kalimat lebih lanjut lebih dari tiga kata dan juga dapat membentuk kalimat secara lengkap.
Melihat dari hal tersebut di atas maka dapat ditarik kersimpulan bahwasanya perbedaan bahasa dan penggunaan bahasa yang lebih dari satu itu
mempengaruhi perkembangan bicara pada si Kembar sehingga membuat kemampuan berbicara si Kembar di bawah rata-rata anak seusianya.
4.4.2.8 Penggolongan Peran Seks