182
tua si Kembar ketika merawat si Kembar bukan dengan metode pendisiplinan yang cenderung lebih bersifat otoriter seperti yang dijelaskan pada teori tersebut.
jenis pendisiplinan orang tua si Kembar cenderung lemah, yang memungkinkan anak dapat lebih banyak berbicara karena anak tidak diposisikan sebagai
seseorang yang pasif mendengarkan saja. Paparan penjelasan di atas menjelaskan bahwa jenis disipin yang
digunakan oleh orang tua kembar tidak menyebabkan terhambatnya perkembangan bicara pada kembar sehingga membuat kemampuan berbicara
mereka di bawah rata-rata anak seusianya.
4.4.2.3 Posisi Urutan
Kembar adalah anak pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Ibu Deli. Posisi urutan kelahiran saudara kembar ini adalah bahwa sang adik yang bernama
Dika lahir 15 menit kemudian setelah Tama atau sang kakak lahir. Sejak kembar masih bayi hingga sekarang, diakui oleh kedua orang tua si Kembar bahwa dalam
mengasuh si Kembar mereka tidak membedakan perlakuan mereka kepada Tama ataupun Dika. Mereka menganggap bahwa si Kembar membutuhkan kasih sayang
dan segala hal yang dalam takaran yang seimbang antara Tama dan saudara kembarnya Dika. Dalam mengasuh si Kembar, orang tua tidak menerapkan sistem
kakak dan adik atau menuakan salah satu dari saudara kembar tersebut. Menurut Bapak si Kembar mereka berdua memang sama tetapi dalam pribadi yang
berbeda. Menjadi sesuatu hal yang wajar ketika kemampuan mereka berdua berbeda akan tetapi perlakuan seharusnya diberika kepada mereka tidak harus
dibeda-bedakan.
183
Hurlock 1980: 115 menjelaskan bahwa anak sulung didorong untuk lebih banyak bicara daripada adiknya dan orang tua lebih mempunyai banyak waktu
untuk berbicara dengan adiknya. Sedangkan yang terjadi pada kasus ini adalah orang tua tidak membedakan si Kembar pada tata urutan kelahiran yang nantinya
akan berdampak pada perbedaan perlakuan yang diberikan kepada si Kembar. Antara Tama dan Dika sama-sama mendapatkan porsi bagian yang sama dalam
segala hal yang diberikan oleh orang tua mereka. Tama dan Dika sama-sama didorong untuk banyak berbicara, bukan hanya pada salah satunya. Sehingga dari
hal tersebut dihasilkan bahwa dari urutan kelahiran dalam hal ini, tidak mempengaruhi keterlambatan bicara yang si Kembar alami.
4.4.2.4 Besarnya Keluarga
Pada kasus yang terjadi pada subjek penelitian ini, mereka berasal dari keluarga yang besar. Keluarga besar dalam hal ini mempunyai pengertian bahwa
si Kembar bukan merupakan anak tunggal, Tama terlahir bersama dengan Dika. Dengan adanya dua orang anak tersebut, sudah sewajarnya ketika nantinya si
Kembar akan berbagi segala hal dengan saudaranya termasuk perhatian dari kedua orang tuanya. Walaupun anak pertama mereka terlahir si Kembar akan tetapi
orang tua mengakui bahwasanya tidak ada perbedaan perlakuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya tersebut terkait pada pembagian perhatian
ataupun yang lainnya. Hurlock 1980: 115 menyatakan bahwa anak tunggal di dorong untuk
lebih banyak bicara daripada anak-anak dari keluarga besar dan orang tuanya mempunyai lebih banyak waktu untuk berbicara dengannya. Dalam keluarga
184
besar, disiplin yang ditegakkan lebih otoriter dan ini menghambat anak-anak untuk berbicara sesukanya. Dalam kasus ini ditemukan bahwa subjek bukan
merupakan anak tunggal. Mereka adalah sepasang anak kembar yang terlahir dengan selisih waktu 15 menit. Walaupun demikian tetap saja mereka memiliki
saudara yang secara langsung maupun tidak akan membuat perhatian dari orang tua mereka akan terbelah menjadi dua. memang telah dijelaskan bahwasanya tidak
ada perbedaan yang diberikan oleh orang tua si Kembar terhadap anaknya tersebut, akan tetapi tetap saja hal tersebut masih kurang untuk mendorong
kembar dalam proses belajar berbicara. Dari kasus ini didapatkan bahwasanya faktor ukuran keluarga menjadi salah satu faktor penyebab dari keterlambatan
bicara speech delay yang si Kembar alami.
4.4.2.5 Status Sosial Ekonomi