ataupun petani. Produksi kambing pedaging di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel barikut.
Tabel 12. Distribusi Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian Tahun 2012
Sumber: Lampiran Tabel 19a
Dari Tabel 12 dapat diketahui rata-rata berat anakan adalah 3.82 Kg, sedangkan berat rata-rata induk adalah 300.73 Kg. Pertambahan berat kambing
pedaging selama pemeliharaan rata-rata adalah 237.45 Kg.
No. Sampel
Jumlah Ternak
ekor Berat
Anakan Kg
Total Berat AnakanKg
Berat Induk
Kg Total
Berat Induk
Kg Pertambahan
Berat Kg
1 11
4 44
14 154
110 2
10 5
50 16
160 110
3 48
3 144
18 864
720 4
39 4
156 16
624 468
5 19
4 76
15 285
209 6
63 3
189 17
1071 882
7 10
4 40
15 150
110 8
20 3
60 15
300 240
9 16
5 80
18 288
208 10
10 4
40 15
150 110
11 15
4 60
14 210
150 12
12 3
36 15
180 144
13 14
4 56
17 238
182 14
17 3
51 14
238 187
15 23
3 69
14 322
253 16
14 4
56 16
224 168
17 10
3 30
13 130
100 18
20 5
100 17
340 240
19 16
4 64
18 288
224 20
10 4
40 14
140 100
21 15
3 45
14 210
165 22
12 5
60 17
204 144
Jumlah 424
84 1,546
342 6,770
5,224 Rata-rata
19.27 3.82
70.27 15.55
307.73 237.45
5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian adalah pengalaman beternak X
1
, kepadatan kandang X
2
, pakan X
3
, obat-obatan X
4
, tenaga kerja X
5
. Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model, perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi
terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier produksi kambing pedaging yang dispesifikasi. Uji asumsi klasik produksi kambing padaging adalah
sebagai berikut.
5.3.1 Uji asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model yakni uji F test dan t test, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya
asumsi-asumsi dalam model regresi linier produksi kambing pedaging yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji normalitas.
a. Uji Multikolinieritas
Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu
pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan Variance Inflaction Faktor VIF. Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF
sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance dibawah 0.1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas.
Tabel 13. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging Menggunakan Statistik Kolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
Pengalamna Beternak .952
1.050 Kepadatan Kandang
.938 1.066
Pakan .150
6.655 Obat-obatan
.332 3.008
Tenaga Kerja .168
5.968
Sumber: Lampiran Tabel 24
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai toleransi tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil
dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging
terbebas dari masalah multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini juga digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas.
Hasil uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi usahaternak kambing pedaging disajikan berikut ini.
Gambar 2. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging
Hasil dari uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model produksi usaha ternak kambing pedaging disajikan pada Gambar 2 .
Gambar diatas menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut.
a. Titik-titik data menyebar di atas atau di bawah angka nol pada sumbu Y. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak berpola yang jelas. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
dalam model regresi linier usaha ternak kambing pedaging.
c.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi linier terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji
normalitas residual model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging
dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut.
Gambar 3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging
Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa pada grafik normal p-p plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan arah penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model regresi linier
terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging memenuhi asumsi normalitas.
5.3.2 Uji Kesesuaian Test Goodness Of Fit Model Dan Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor produksi terhadap
produksi usaha ternak kambing pedaging disajikan pada tabel berikut.
Tabel 14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian
Model Koefisien
Regresi Std.
Error t-
hitung Signifikansi Keterangan
1 Constant
-6.756 .509
-13.269 .000
Pengalaman Beternak
.021 .038
.569 .577
Tidak Nyata Luas Kandang
.261 .133
1.964 .067
Tidak Nyata Pakan
.998 .110
9.059 .000
Nyata Obat-obatan
.403 .121
3.340 .004
Nyata Tenaga Kerja
-.055 .151
-.363 .721
Tidak Nyata R
2
= 0.98 F
hitung
= 157.093 F
tabel
= 2.85 t
tabel
= 2.120
Sumber: Lampiran Tabel 24
Dari Tabel 14 diperoleh nilai konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data. Persamaan tersebut dikembangkan dalam
persamaan Cobb-Douglas sebagai berikut. Y
1
= - 6.756 �
1 0.021
�
2 0.261
�
3 0.998
�
4 0.403
�
5 −0.055
Y = Produksi kg
X
1
= Pengalaman Beternak tahun X
2
= Kepadatan Kandang ekorm
2
X
3
= Pakan kg X
4
= Obat-obatan ml
X
5
= Tenaga Kerja HKP Nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0.98. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa 98 produksi usaha ternak kambing pedaging dapat
dijelaskan oleh variabel pengalaman beternak X
1
, kepadatan kandang X
2
, pakan X
3
, obat-obatan X
4
, tenaga kerja X
5
, sedangkan sisanya sebesar 2 dipengaruhi oleh faktor lain.
Untuk menguji hipotesis secara serempak dilakukan dengan uji F, dan secara parsial dilakukan dengan uji t dengan menggunakan t
ingkat signifikansi α 5 atau 0.05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.
a. Uji Serempak
Dari hasil uji secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0.000. Nilai yang diperoleh lebih kecil
dari probabilitas kesalahan ya ng ditolerir, yaitu α 5 atau 0.05 atau dapat
diketahui melalui uji F. Dimana F hitung yang diperoleh sebesar 157.093 dan nilai F tabel 5,16 sebesar 2.85 sehingga F hitung 157.093 F tabel 2.85. Hal ini
menunjukkan bahwa H ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel pengalaman beternak X
1
, kepadatan kandang X
2
, pakan X
3
, obat-obatan X
4
, dan tenaga kerja X
5
, secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging Y.
b. Uji Parsial
Setelah dilakukan uji serempak, maka akan dilakukan uji secara parsial dengan menggunakan uji t. Hasil pengaruh variabel secara parsial dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Pengalaman beternak X
1
diperoleh nilai t-hitung 0.569 lebih kecil dari t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.577 lebih besar dari
nilai α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H
diterima atau H
1
ditolak, yaitu pengalaman beternak X
1
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging Y. Nilai koefisien regresi sebesar
0.021 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pengalaman beternak X
1
sebesar 1 , maka akan terjadi penambahan produksi kambing pedaging sebesar 0.021. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pengalaman
beternak X
1
akan menyebabkan turunnya produksi Y. 2. Kepadatan kandang X
2
diperoleh nilai t-hitung 1.964 lebih kecil dari nilai t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.067 lebih besar dari
nilai α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H
diterima atau H
1
ditolak, yaitu kepadatan kandang X
2
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi Y. Nilai koefisien regresi sebesar 0.261 menunjukkan bahwa setiap
adanya pertambahan kepadatan kandang X
2
sebesar 1, maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.261. Sebaliknya, jika terjadi pengurangan
kepadatan kandang X
2
akan menyebabkan turunnya produksi Y. 3. Pakan X
3
diperoleh nilai t-hitung 9.059 lebih besar dari nilai t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai
α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H
ditolak atau H
1
diterima, yaitu pakan X
3
secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi Y. Nilai koefisien regresi sebesar 0.998 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan jumlah pakan
X
3
sebesar 1 , maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.998.
Sebaliknya, jika terjadi penurunan jumlah pakan akan menyebabkan turunnya produksi Y.
4. Obat-obatan X
4
diperoleh nilai t-hitung 3.340 lebih besar dari nilai t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.004 lebih kecil dari nilai
α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H
ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel obat-obatan X
4
secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi Y. Nilai koefisien regresi sebesar 0.403 menunjukkan bahwa setiap adanya
pertambahan pemakaian obat-obatan X
4
sebesar 1, maka akan terjadi penambahan produksi sebesar 0.403. Sebaliknya, jika terjadi penurunan
pemakaian obat-obatan X
4
maka akan menyebabkan turunnya produksi Y. 5. Tenaga kerja X
5
diperoleh nilai t-hitung -0.363 lebih kecil dari nilai t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.721 lebih besar dari nilai
α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H
diterima atau H
1
ditolak, yaitu tenaga kerja X
5
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi Y. Nilai koefisien regresi sebesar -0.055 menunjukkan bahwa setiap adanya
pertambahan tenaga kerja X
5
sebesar 1, maka akan terjadi penurunan produksi kambing sebesar 0.055. Sebaliknya, jika terjadi penurunan tenaga
kerja X
5
akan menyebabkan naikya produksi Y. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan pengalaman beternak,
kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian dapat
diterima.
5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Kambing Pedaging di Daerah Penelitian