15.55 Uji Multikolinieritas Uji Serempak Uji Parsial

ataupun petani. Produksi kambing pedaging di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel barikut. Tabel 12. Distribusi Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian Tahun 2012 Sumber: Lampiran Tabel 19a Dari Tabel 12 dapat diketahui rata-rata berat anakan adalah 3.82 Kg, sedangkan berat rata-rata induk adalah 300.73 Kg. Pertambahan berat kambing pedaging selama pemeliharaan rata-rata adalah 237.45 Kg. No. Sampel Jumlah Ternak ekor Berat Anakan Kg Total Berat AnakanKg Berat Induk Kg Total Berat Induk Kg Pertambahan Berat Kg 1 11 4 44 14 154 110 2 10 5 50 16 160 110 3 48 3 144 18 864 720 4 39 4 156 16 624 468 5 19 4 76 15 285 209 6 63 3 189 17 1071 882 7 10 4 40 15 150 110 8 20 3 60 15 300 240 9 16 5 80 18 288 208 10 10 4 40 15 150 110 11 15 4 60 14 210 150 12 12 3 36 15 180 144 13 14 4 56 17 238 182 14 17 3 51 14 238 187 15 23 3 69 14 322 253 16 14 4 56 16 224 168 17 10 3 30 13 130 100 18 20 5 100 17 340 240 19 16 4 64 18 288 224 20 10 4 40 14 140 100 21 15 3 45 14 210 165 22 12 5 60 17 204 144 Jumlah 424 84 1,546 342 6,770 5,224 Rata-rata

19.27 3.82

70.27 15.55

307.73 237.45

5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian adalah pengalaman beternak X 1 , kepadatan kandang X 2 , pakan X 3 , obat-obatan X 4 , tenaga kerja X 5 . Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model, perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier produksi kambing pedaging yang dispesifikasi. Uji asumsi klasik produksi kambing padaging adalah sebagai berikut.

5.3.1 Uji asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model yakni uji F test dan t test, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier produksi kambing pedaging yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.

a. Uji Multikolinieritas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan Variance Inflaction Faktor VIF. Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance dibawah 0.1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas. Tabel 13. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging Menggunakan Statistik Kolinieritas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant Pengalamna Beternak .952 1.050 Kepadatan Kandang .938 1.066 Pakan .150 6.655 Obat-obatan .332 3.008 Tenaga Kerja .168 5.968 Sumber: Lampiran Tabel 24 Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai toleransi tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging terbebas dari masalah multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini juga digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi usahaternak kambing pedaging disajikan berikut ini. Gambar 2. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging Hasil dari uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model produksi usaha ternak kambing pedaging disajikan pada Gambar 2 . Gambar diatas menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut. a. Titik-titik data menyebar di atas atau di bawah angka nol pada sumbu Y. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c. Penyebaran titik-titik data tidak berpola yang jelas. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi linier usaha ternak kambing pedaging. c. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi linier terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji normalitas residual model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut. Gambar 3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa pada grafik normal p-p plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model regresi linier terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging memenuhi asumsi normalitas.

5.3.2 Uji Kesesuaian Test Goodness Of Fit Model Dan Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor produksi terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging disajikan pada tabel berikut. Tabel 14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian Model Koefisien Regresi Std. Error t- hitung Signifikansi Keterangan 1 Constant -6.756 .509 -13.269 .000 Pengalaman Beternak .021 .038 .569 .577 Tidak Nyata Luas Kandang .261 .133 1.964 .067 Tidak Nyata Pakan .998 .110 9.059 .000 Nyata Obat-obatan .403 .121 3.340 .004 Nyata Tenaga Kerja -.055 .151 -.363 .721 Tidak Nyata R 2 = 0.98 F hitung = 157.093 F tabel = 2.85 t tabel = 2.120 Sumber: Lampiran Tabel 24 Dari Tabel 14 diperoleh nilai konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data. Persamaan tersebut dikembangkan dalam persamaan Cobb-Douglas sebagai berikut. Y 1 = - 6.756 � 1 0.021 � 2 0.261 � 3 0.998 � 4 0.403 � 5 −0.055 Y = Produksi kg X 1 = Pengalaman Beternak tahun X 2 = Kepadatan Kandang ekorm 2 X 3 = Pakan kg X 4 = Obat-obatan ml X 5 = Tenaga Kerja HKP Nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.98. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa 98 produksi usaha ternak kambing pedaging dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman beternak X 1 , kepadatan kandang X 2 , pakan X 3 , obat-obatan X 4 , tenaga kerja X 5 , sedangkan sisanya sebesar 2 dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk menguji hipotesis secara serempak dilakukan dengan uji F, dan secara parsial dilakukan dengan uji t dengan menggunakan t ingkat signifikansi α 5 atau 0.05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.

a. Uji Serempak

Dari hasil uji secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0.000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan ya ng ditolerir, yaitu α 5 atau 0.05 atau dapat diketahui melalui uji F. Dimana F hitung yang diperoleh sebesar 157.093 dan nilai F tabel 5,16 sebesar 2.85 sehingga F hitung 157.093 F tabel 2.85. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak atau H 1 diterima, yaitu variabel pengalaman beternak X 1 , kepadatan kandang X 2 , pakan X 3 , obat-obatan X 4 , dan tenaga kerja X 5 , secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging Y.

b. Uji Parsial

Setelah dilakukan uji serempak, maka akan dilakukan uji secara parsial dengan menggunakan uji t. Hasil pengaruh variabel secara parsial dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Pengalaman beternak X 1 diperoleh nilai t-hitung 0.569 lebih kecil dari t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.577 lebih besar dari nilai α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H diterima atau H 1 ditolak, yaitu pengalaman beternak X 1 secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging Y. Nilai koefisien regresi sebesar 0.021 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pengalaman beternak X 1 sebesar 1 , maka akan terjadi penambahan produksi kambing pedaging sebesar 0.021. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pengalaman beternak X 1 akan menyebabkan turunnya produksi Y. 2. Kepadatan kandang X 2 diperoleh nilai t-hitung 1.964 lebih kecil dari nilai t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.067 lebih besar dari nilai α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H diterima atau H 1 ditolak, yaitu kepadatan kandang X 2 secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi Y. Nilai koefisien regresi sebesar 0.261 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan kepadatan kandang X 2 sebesar 1, maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.261. Sebaliknya, jika terjadi pengurangan kepadatan kandang X 2 akan menyebabkan turunnya produksi Y. 3. Pakan X 3 diperoleh nilai t-hitung 9.059 lebih besar dari nilai t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak atau H 1 diterima, yaitu pakan X 3 secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi Y. Nilai koefisien regresi sebesar 0.998 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan jumlah pakan X 3 sebesar 1 , maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.998. Sebaliknya, jika terjadi penurunan jumlah pakan akan menyebabkan turunnya produksi Y. 4. Obat-obatan X 4 diperoleh nilai t-hitung 3.340 lebih besar dari nilai t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.004 lebih kecil dari nilai α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak atau H 1 diterima, yaitu variabel obat-obatan X 4 secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi Y. Nilai koefisien regresi sebesar 0.403 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pemakaian obat-obatan X 4 sebesar 1, maka akan terjadi penambahan produksi sebesar 0.403. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pemakaian obat-obatan X 4 maka akan menyebabkan turunnya produksi Y. 5. Tenaga kerja X 5 diperoleh nilai t-hitung -0.363 lebih kecil dari nilai t- tabel 2.120 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.721 lebih besar dari nilai α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H diterima atau H 1 ditolak, yaitu tenaga kerja X 5 secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi Y. Nilai koefisien regresi sebesar -0.055 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan tenaga kerja X 5 sebesar 1, maka akan terjadi penurunan produksi kambing sebesar 0.055. Sebaliknya, jika terjadi penurunan tenaga kerja X 5 akan menyebabkan naikya produksi Y. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian dapat diterima.

5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Kambing Pedaging di Daerah Penelitian