1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Berapakah produksi kambing pedaging di daerah penelitian? 2. Faktor apa pengalaman beternak, pakan, obat-obatan, kepadatan kandang,
dan tenaga kerja yang berpengaruh nyata terhadap produksi kambing pedaging di daerah penelitian?
3. Faktor apa biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan peternak
di daerah penelitian? 4. Apakah usaha ternak kambing pedaging adalah usaha yang menguntungkan
dan layak dikembangkan di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi berapa produksi kambing pedaging di daerah
penelitian. 2. Untuk menganalisis faktor pengalaman beternak, pakan, obat-obatan,
kepadatan kandang, dan tenaga kerja yang berpengaruh nyata terhadap produksi kambing pedaging di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis faktor biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja yang berpengaruh nyata terhadap tingkat
pendapatan peternak di daerah penelitian.
4. Untuk menjelaskan keuntungan dan kelayakan usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi peternak kambing di Kecamatan Medan
Marelan dalam upaya mengembangkan usahanya. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang
berhubungan dengan substansi penelitian ini. 3. Bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap
pengelolaan usaha ternak kambing.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat
berkembang biak, jumlah anak perkelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek dan pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, kambing memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroekositem suatu tempat Sarwono,2007.
Kambing merupakan ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak, dan merupakan hewan mamalia yang menyusui
anak-anaknya. Menurut Cahyono 1998 kambing memiliki beberapa bangsa kambing yang tersebar di seluruh daerah. Bangsa-bangsa kambing tersebut
memiliki ciri masing-masing yang membedakan satu dengan yang lainnya. Bangsa-bangsa kambing tersebut adalah :
1. Kambing Etawah 5. Kambing Marica
2. Kambing Saanen 6. Kambing Alphine
3. Kambing Kacang 7. Kambing Gembrong
4. Kambing Peranakan Etawah 8. Kambing Anglo Nubian
Kambing memiliki sifat yang cenderung tidak suka bergerombol, hewan yang cerdik dan mudah merasa kesepian, periang, suka bermain dan suka merusak
tanaman. Kambing lebih suka makan pada pagi dan sore hari. Perlakuan yang baik
pada saat perawatan dan pemeliharaan ternak akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya Sumoprastowo, 1997.
2.1.1 Potensi Ekonomi Kambing
Nilai ekonomi, sosial, dan budaya yang diberikan kambing sangat nyata yaitu dapat menyumbangkan 14–25 dari total pandapatan keluarga petani.
Peranan kambing sebagai ternak potong dalam upacara agama atau adat merupakan sumbangan terhadap ketahanan budaya bangsa dan status sosial
peternak. Potensi kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang karena belum memperhatikan peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih didasarkan
atas kebutuhan uang tunai, sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan tidak menjamin kontinuitas pendapatan dan sulit meramalkan ketersediaan ternak
sebagai barang dagangan Sarwono, 2007. Kambing memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain :
a. Mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga tingkat reproduksi dan produksi lebih tinggi.
b. Modal usaha uang cepat berputar karena pamasarannya mudah. c. Ternak kambing tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan
kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan. d. Ternak kambing suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem
pengembalaan akan lebih efisien. e. Proses perkembangbiakan dapat diatur terpola karena betinainduk dapat
dilakukan penjadwalan birahiestrus.
f. Skala usaha pembibitan kambing yang dianjurkan adalah 8-12 ekor induk dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12-18
ekor Devendra, 1994.
2.1.2 Peluang dan Potensi Pasar Kambing
Kambing mempunyai peluang dan potensi pasar yang bagus karena untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri bahkan diekspor. Kambing
merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap bermacam- macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai
lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai prospek yang baik karena disamping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, kambing juga
memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Budidaya kambing saat ini berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana,
pemanfaatan teknologi seadanya, dan lokasi tidak terkonsentrasi. Potensi untuk mengembangkan kambing di Indonesia sangat terbuka lebar,
karena kurang lebih 30 kebutuhan pangan dan pertanian dipenuhi oleh ternak, sehingga keberadaan ternak menjadi sangat strategis dalam hidup dan kehidupan
manusia. Adapun istilah pemasaran adalah semua aktivitas yang berhubungan
dengan penyaluran barang atau jasa dari tempat produsen ke tempat konsumen pada waktu yang tepat, sehingga terjadi pemilikan barang tersebut. Pada
umumnya kambing sangat mudah dipasarkan baik dalam bentuk karkas maupun dalam bentuk hidup, sehingga dapat memberikan peluang dan potensi pasar
kambing di seluruh Indonesia bahkan juga mempunyai peluang untuk di ekspor anonim
b
, 2011.
Peluang pasar kambing, antara lain : 1 Pangsa pasar kambing terbuka lebar lokal, domestik, ekspor; 2 Cita rasa daging kambing sangat spesifik; 3
Dengan potensi lahan pakan cukup memadai mempunyai peluang untuk pengembangan populasi lebih besar. Sedangkan potensi pasar kambing, antara
lain : 1 Meningkatnya pertambahan penduduk, maka permintaan daging semakin meningkat setiap tahun; 2 Meningkatnya daya beli, sehingga kebutuhan daging
meningkat; 3 Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat Hartati, 2012.
Tingkat permintaan daging kambing tidak terlalu fluktuatif sepanjang tahun. Namun, permintaan akan meningkat dengan cepat pada saat Hari Raya Idul
Adha. Pada hari raya tersebut, permintaan daging akan meningkat dan harga pun akan naik. Pada Hari Raya Idul Adha, kambing yang dijual hidup harus sehat dan
tidak cacat. Pasar potensial lain yaitu pedagang sate, gulai, tongseng dan sup kambing Anonim
b
, 2011. Untuk daerah Medan Marelan juga diketahui mengalami peningkatan yang bervariasi sesuai ukuran hewan kurban itu sendiri.
Tahun sebelumnya harga rata-rata kambing ukuran kecil Rp 500,000ekor hingga Rp 600,000ekor, namun pada waktu tertentu kenaikkan harga jenis kambing
ukuran kecil dan sedang dijual rata-rata antara Rp 800,000 hingga Rp 1,200,000, ukuran besar rata-rata Rp 1,200,000 hingga Rp 1,500,000 Anonim
c
, 2011.
2.2 Landasan Teori
Produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan input, faktor, sumber daya, atau jasa-jasa produksi dalam
pembuatan suatu barang atau jasa, output atau produk Beattie dan Robert,1996.
Menurut Soekartawi
d
2002, kegiatan produksi merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit dan karenanya membahas aspek mikro. Peranan
hubungan input faktor produksi dan output hasil atau produksi mendapat perhatian utama. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macamnya atau
tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari segi efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut.
Sebuah fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi tersebut menentukan kemungkinan output maksimum yang bisa diproduksi
dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya, kuantitas input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu Anonim
a
, 2009 Menurut Mubyarto 1998 fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang
menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik output dengan faktor-faktor produksi input. Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini
dituliskan sebagai : Y = f x
1
,x
2
…….x
n
Dimana: Y
= hasil produksi fisik output x
1
……..x
n
= faktor-faktor produksi input Istilah faktor produksi sering pula disebut dengan “korbanan produksi”
karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam Bahasa Inggris faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor
produksi atau input ini, berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk, maka
diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi dan produk Soekartawi
a
, 1984. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu : a Faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam kesuburannya, bibit, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya. b Faktor sosial
ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian, tersedianya kredit, dan sebagainya
Soekartawi
b
,1994. Untuk menghasilkan suatu hasil produksi output diperlukan bantuan
kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Pertanyaan ekonomi yang dihadapi adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut
agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis. Apabila salah satu faktor produksi berubah jumlahnya padahal faktor
produksi lainnya tetap, maka berubahlah perbandingan dari keseluruhaan faktor produksi yang dipakai Mubyarto, 1998.
Fungsi yang sering digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor independen dan dependen adalah fungsi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas
adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebut denga variable dependen Y, dan yang lain disebut
variabel independen X. Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan
demikian, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Soekartawi
d
, 2002.
Efisiensi suatu usaha terkait dengan skala ekonomi usaha. Pengaruh skala ekonomi Economic of Scale ditandai oleh menurunnya biaya rata-rata persatuan
produk apabila jumlah produksi atau volume kegiatan diperbesar. Penurunan biaya rata-rata persatuan produk diperoleh karena pada saat skala kegiatan
diperbesar, maka beban biaya tetap dapat disebar kepada jumlah produk yang lebih banyak, sehingga biaya tetap rata-rata persatuan produk semakin mengecil.
Selain itu di dalam skala kegiatan yang lebih besar dapat dihemat berbagai inputmaterial dan faktor produksi lainnya, berarti dapat dilakukan penghematan
berbagai faktor produksi variabel. Skala ekonomi membahas hubungan antara biaya produksi per unit dengan jumlah produksi output Bunyamin, 2009.
Menurut Soekartawi dalam Bambang 2006 biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya
biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya
yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kemudian, yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan
semua biaya, jadi: π =TR-TC
π = pendapatan usaha tani TR = total penerimaan
TC = total biaya
Menurut Situmorang 2007, tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi
melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal,
kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang
dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non-finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan Kasmir dan Jakfar, 2003.
2.2.1 Analisis Finansial Alat ukur yang digunakan dalam analisis finansial usaha adalah dengan
analisis RC Return Cost Ratio sebagai perbandingan nisbah antara penerimaan dan biaya.
1. RC Return Cost Ratio RC adalah perbandingan antara penerimaan penjualan produk dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan selama pengelolaan usaha. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dan biaya produksi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap FC dan biaya variabel VC. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah
output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Biaya tetap dan biaya
variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total TC yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi
Soekartawi
c
, 1995 RC bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu kegiatan.
Analisa ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah
penerimaan. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:
a = RC R = Py.Y
C = FC + VC a = Py.YFC + VC
Dimana : R = Penerimaan
C = Biaya Py = Harga output
Y = Output FC = biaya tetap
VC = biaya variabel Usaha yang dikelola menguntungkan apabila nilai RC 1. Semakin besar
nilai RC semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut. Secara teoretis dengan rasio RC = 1 artinya tidak untung dan tidak pula
rugi dan RC 1 maka usaha ternak tersebut tidak layak untuk diusahakan. Fauzi, 2008
2.3 Kerangka Pemikiran