Respon Terhadap Upaya Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Udara di Kabupaten Dharmasraya

Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -150 Gambar 3.3.28. Perbandingan Perubahan Penambahan Ruas JalanTahun 2013 Sampai Dengan Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya Sumber: Olahan Tabel-33A. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016. Pemerintah Kabupaten Dharmasraya dibawah koordinasi Dinas Perhubungan Kabupaten Dharmasraya telah melakukan kerjasama dengan PO.DAMRI dan akan menerapkan angkutan masal yang lebih efektif dengan menyediakan fasilitas umum angkutan masal yang aman dan nyaman seperti bus, bus sekolah, bus karyawan dan bus PEMDA. Selain itu, PEMDA telah mendapatkan bantuan bus dalam bentuk hibah dari dana aspirasi DPR-RI untuk angkutan bus PEMDA sebanyak 2 unit. Solusi ini adalah diharapkan efektif dalam hal pengurangan emisi secara bertahap yang berasal dari kendaraan bermotor, dan masyarakat tidak perlu setiap saat menggunakan kendaraannya masing-masing, cukup menggunakan angkutan umum yang tersedia. Selain itu, penerapan bike to work atau car free day satu hari dalam seminggu dapat mulai digiatkan sebagai salah satu bentuk upaya pengendalian terhadap pencemaran udara. Kabupaten Dharmasraya masih memiliki kondisi kualitas udara yang baik, ini terlihat dari peta DDDTLH jasa pemurnian kualitas udara pada Gambar 3.3.29. yang menunjukkan masih adanya hutan di daerah IX Koto, Timpeh, dan Asam Jujuhan sebagai paru-paru dunia. Walaupun dibeberapa Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -151 kecamatan berpotensi rusak atau memiliki jasa sangat rendah seperti dai kawasan lahan terbuka perbatasan antara kecamatan Pulau Punjung dan Koto Baru. Gambar 3.3.29. Peta Rencana Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup untuk Jasa Pemurnian Kualitas Udara Kabupaten Dharmasraya Sumber : Peta Rencana Daya Dukung dan Daya Tampung untuk Jasa Pemurnian Kualitas Udara yang akan disusun dalam Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup RPPLH Kabupaten Dharmasraya. Sumber: Dokumen Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya, 2016. Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -152 c Respon terhadap pengendalian pencemaran udara dari emisi sumber tak bergerak yang berasal dari penggunaan bahan bakar minyak, gas dan bahan bakar lainnya untuk kegiatan industri atau usahakegiatan, yaitu dengan melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap usahakegiatan sesuai dengan dokumen RKL-RPL yang dibuat. Kegiatan pemantauan udara ambien rutin dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya sebanyak 2 dua kali setahun untuk 8 delapan titik sampling mewakili kecamatan yang memiliki sumber pencemaran cukup tinggi, yang didanai melalui APBD Kabupaten Dharmasraya dalam Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan pada Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan. Sementara itu, untuk kegiatan pengawasan pada usahakegiatan juga rutin dilakukan pengawasan sekali 4 empat bulan pada Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan melalui kegiatan Pengkajian Dampak Lingkungan dan Pengawasan Jenis Usaha Kegiatan. Sumber: Tabel-46. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. d Kebakaran hutan atau lahan yang dipicu oleh pembukaan lahan baru dan ditemukannya titik panas dan titik api pada tahun 2016 harus diwaspadai, karena dapat berdampak terhadap perubahan kualitas udara. Hal ini selalu menjadi perhatian Pemerintah Daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan Kabupaten dan Provinsi tetangga Riau dan Jambi terhadap bencana kebakaran hutan atau lahan yang terjadi sebagai upaya mengantisipasi terjadinya kasus asap kabut yang pernah terjadi pada tahun sebelumnya, dan membuat posko bencana padadaerah rawan bencana kebakaran. Selain itu juga melakukan himbauan kepada masyarakat melalui tenaga penyuluh lapangan perkebunan dan pertanian untuk tidak melakukan pembakaran pada lahan perkebunan dan pertanian saat musim kering. Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -153

3.4. RESIKO BENCANA

Definisi Bencana pada Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. berdasarkan definisi tersebut penyebab bencana dapat dikelompokkan pada 3 tiga faktor yakni faktor alam, nonalam, dan manusia. Definisi Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban danataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian. Sedangkan faktor penyebab bencana, berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial sebagai berikut : 1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Sedangkan jenis-jenis bencana dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan. Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -154 2. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material pijar, hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar. 3. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan tsu berarti lautan, nami berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi. 4. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. 5. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. 6. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai. 7. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman padi, jagung, kedelai dan lain-lain yang sedang dibudidayakan . 8. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti rumahpemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban danatau kerugian. 9. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar. 10. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 kmjam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat 3-5 menit. Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -155 11. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. 12. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. 13. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat, laut dan udara. 14. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya unsafe human act dan kondisi yang berbahaya unsafe conditions. Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya. 15. Kejadian Luar Biasa KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949MENKESSKVII2004. 16. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras SARA. 17. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -156 atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional. 18. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan atau penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN, kawasan bencana alam dibedakan menjadi dibedakan menjadi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang dan kawasan rawan banjir. Berdasarkan klasifikasi tersebut, pada wilayah Kabupaten Dharmasraya teridentifikasi bencana alam berupa gerakan tanah, kerawanan longsor, dan banjir. Selain hal tersebut juga, akhir-akhir ini disebabkan perubahan iklim dan masih tingginya tutupan lahan dan pengusahaan kegiatan perkebunan di Kabupaten Dharmasraya maka peta hostpot titik api yang direalease oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama dengan Badan Meteorologi dan Geofisika terdapat beberapa hotspot titik api dengan tingkat kepercayaan diatas 80 yang menandakan pada wilayah Kabupaten Dharmasraya juga berpotensi terhadap bencana kebakaran hutan. Disebabkan faktor perubahan iklim yang melanda saat ini, pada tahun 2016 juga terjadi bencana alam angin puting beliung walaupun tidak terlalu besar tetapi tetap memberikan dampak pada beberapa keluarga dan msyarakat. Berdasarkan hal tersebut diatas, pada wilayah Kabupaten Dharmasraya beberapa jenis kerawanan bencana yang terjadi adalah antara lain : 1. Gerakan tanah 2. Kerawanan longsortanah longsor 3. Bencana banjir 4. Bencana kebakaran hutan dan lahan 5. Bencana angin puting beliung. Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -157 Berdasarkan pemetaan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kabupaten Dharmasraya yang disusun oleh Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera tahun 2015. Berikut Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kabupaten Dhrmasraya terkait ketahanan terhadap bencana. Gambar 3.4.1. Peta DDDT Bencana Kabupaten Dharmasraya Sumber : Dokumen Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Dharmasraya, 2015 Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -158 Tekananpressure pada resiko bencana adalah kegiatan manusia atau kondisi alam memberikan tekanan kepada lingkungan hidup pressure dan menyebabkan perubahan dan dampak pada sumber daya alam dan lingkungan hidup baik secara kualitas maupun kuantitas. Tekananpressure pada resiko bencana meliputi interaksi-interaksi berikut ini: a. Kodisi alam dan lingkungan yang dapat menyebabkan resiko bencana; b. Aktifitas manusia yang dapat menimbulkan dampak negatif dan menimbulkan resiko bencana; Kondisi atau status resiko kebencanaan adalah kejadian kebencanaan atau resiko kejadian kebencanaan yang terjadi pada wilayah Kabupaten Dharmasraya dan respons adalah tingkat upaya para pemangku kepentingan melaksanakan terutama pemerintah terhadap status kejadian kebencanaan atau resiko kejadian kebencanaan pada wilayah Kabupaten Dharmasraya.

3.4.1. Bencana Gerakan Tanah Informasi tekananpressure bencana gerakan tanah longsor dapat

dilihat dari kajian pada Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011-2031, informasi tekananpressure bencana gerakan tanah longsor yang disebabkan gempa bumi, kelerengan terjal, maupun adanya kontak antara batuan yang mempunyai densitas yang berbeda. Gerakan tanah yang terjadi pada wilayah Kabupaten Dharmasraya umumya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kondisi geologi, morfologi, dan curah hujan. Daerah potensi tinggi longsor ada pada Kecamatan Silago, Jorong Sialang Kecamatan Pulau Punjung, dan Jorong Kampung Surau Kecamatan Pulau Punjung. Bedasarkan kajian Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011-2031, gerakan tanah di wilayah Kabupaten Dharmasraya dapat dikelompokkan berdasarkan dominasi sebaran batuan utamanya, sehingga sebaran batuan yang luasnya kecil dan mempunyai topografi hampir sama akan disatukan dengan dominasi batuan utamanya, sedangkan metode yang digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan gerakan tanah digunakan metode kualitatif. Metode ini parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan gerakan tanah terdiri atas: bentuk muka tanah