Kerawanan Longsor Informasi tekananpressure bencana kerawanan longsor berupa

Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -166 Gambar 3.4.4. Tren Curah Hujan Rata-Rata 4 empat Tahun Terakhir di Kabupaten Dharmasraya Ket : Curah hujan dalam mm Sumber : Olahan Tabel-21B. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasarya, 2016 Dari tren curah hujan bulanan pada tahun 2016 tersebut, terlihat curah hujan rendah pada tengah tahun yakni bulan Juni hingga bulan Oktober. Pada bulan-bulan tersebut diperlukan kewaspadaan yang tinggi oleh stakesholder terkait terhadap penanggulangan potensi kejadian kebakaran hutan dan lahan. Jika ditelaah pada tren curah hujan bulanan rata-rata pada 4 empat tahun terakhir maka terlihat pada tahun 2015 pada bulan Juli hingga bulan Oktober curah hujan rata-rata bulanan paling rendah. Hal ini senada dengan kondisi terjadinya kebakaran hutan dan lahan tertinggi pada tahun 2015 sebelumnya yang menyebabkan kejadian bencana kabut asap melanda wilayah ini. Selain kondisi tutupan lahan dan kondisi cuaca, bencana kebakaran hutan dan lahan juga sangat dipengaruhi dengan karakteristik masyarakatnya dalam pengelolaan lahannya. Secara kebiasaan masyarakat di Kabupaten Dharmasraya sebagian kecil masih melakukan pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat dengan cara penebangan dan perambahan hutan selanjutnya dilakukan pembakaran untuk pembersihan lahan tersebut sebelum dilakukan penanaman Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah 2016 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -167 komoditi perkebunannya. Pada saat kondisi curah hujan relatif rendah seperti pada tahun 2015 sebelumnya maka potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan akan cukup tinggi. Sedangkan untuk tingkatan koorporasi para perusahaan perkebunan dan tanaman industri di Kabupaten Dharmasraya sudah menerapkan pembukaan dan pengelolaan lahan tanpa membakar. Selain itu, perusahaan perkebunan dan tanaman industri di Kabupaten Dharmasraya telah memiliki tanggap darurat pengendalian kebakaran lahan dengan ketersediaan sarana prasarana pemadam kebakaran, menara pengawas, dan Standar Operasional Prosedur Pengendalian Kebakaran Lahan serta personil yang telah dilengkapi dengan kompetensi dan pelatihan dalam penanggulangan kebakaran lahan. Status kejadian kebakaran hutan dan lahan pada wilayah Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2016 berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Dharmasraya Tabel 39. Dokumen Informasi Kenerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2016, pada Kecamatan Sungai Rumbai terjadi kebakaran lahan kebun seluas 1,5 hektar dengan besar kerugian sebesar Rp. 15 juta, pada Kecamatan Pulau Punjung dengan luas lahan kebun terbakar seluas 5 hektar atau kerugian material sebesar Rp. 45 juta, pada Kecamatan Sitiung luas lahan terbakar 8,5 hektar dengan besar kerugaian material sebesar Rp. 375 juta dan pada Kecamatan Koto Baru luas lahan kebun yang terbakar seluas 24 hektar dengan kerugian material sebesar 1,245 milyar. Berdasarkan status pada satelit NOAA19 tahun 2015 jumlah sebaran titik api hotspot dengan tingkat kepercayaan mencapai 80 terdapat 80 titik api. Adapun sebarannya tersebut terdapat pada wilayah Kabupaten Dharmasraya sebelah Tenggara, sebelah Timur, sebelah Barat dan sebelah Selatan. Adapun titik api pada sebelah Tenggara dan sebelah Timur beberapa titik api pada Kawasan Taman Nasional Bukit Betabuah yang merupakan Gugusan Bukit Barisan perbatasan wilayah Kabupaten Dharmasraya dengan Kabupaten Kuantan Sengingi. Sedangkan titik api pada sebelah Barat merupakan sebagian Kawasan Hutan Produksi Terbatas dan Perkebunan. Titik api pada sebelah Selatan merupakan Kawasan Perkebunan. Berikut penampakan titik api hostpot tahun 2015 satelit NOAA 19 pada Peta Google Earth.