TEKANAN TERHADAP PERUBAHAN KUALITAS AIR
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -36
Aliran Sungai Nyunyo, Sungai Palangko, Sungai Rotan di Nagari Gunung Medan, Sungai Koto Balai di Nagari Koto Padang dan Sungai di Aur
Jaya akan bermuara ke Sungai Batang Siat yang merupakan juga DAS Batanghari. Selain itu kegiatan galian C rakyat ilegal pada badan dan
sempadan sungai menyebabkan perubahan pola aliran, penggerusan tebing, perusakan perkebunan sawit dan karet masyarakat sekitar, dan kerusakan
sempadan.
c Masih rendahnya ketersediaan Sumber Air Minum Rumah Tangga di Kabupaten Dharmasraya yang bersumber dari pengelolaan air bersih seperti
ledeng. Pada Gambar 3.2.7. terlihat perbandingan jumlah rumah tangga yang menggunakan sumber air minum dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Sumber: Olahan Tabel-22. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016.
Gambar 3.2.7. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Tahun
2012 Sampai Dengan Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-22. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -37
Sumber air bersih yang digunakan rumah tangga masih didominasi oleh air sumur dan sumber lainnya seperti mata air. Namun pada gambar
terlihat penggunaan air ledeng dan air sumur semakin menigkat pada tahun 2016 karena mulai adanya pembangunan sistem pelayanan air minum
SPAM. Namun, pada tahun 2016 masih ditemukan rumah tangga yang menggunakan air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum. Dengan
melihat kondisi lingkungan terutama sungai, sumber air minum yang berasal dari air sungai akan menjadi permasalahan dimana pencemaran yang terjadi
pada sungai yang umumnya telah tercemar dapat berdampak kepada kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang
Gambar 3.2.8. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum per-
Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-22. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Pada Gambar 3.2.8. terlihat perbandingan jumlah rumah tangga dan sumber air miinum per-Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya, yang
memperlihatkan bahwa sumber air minum rumah tangga yang ada di kecamatan di Kabupaten Dharmasraya berasal dari sumur sebesar 41.447 RT
dan ledeng sebesar 93.358 RT. Namun, pada tahun 2016 masih ada yang
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -38
menggunakan air sungai sebagai sumber air minum yaitu sebanyak 1.487 RT, mulai dari yang tertinggi terdapat di Kecamatan Pulau Punjung 512 RT,
diikuti oleh Kecamatan IX Koto 385 RT, Kecamatan Koto Baru 222 RT, Kecamatan Koto Besar 220 RT, Kecamatan Timpeh 106 RT, dan air
sungai sedikit dikonsumsi oleh rumah tangga di Kecamatan Sitiung 45 RT, Kecamatan Padang Laweh 4 RT, Asam Jujuhan 2 RT, dan Tiumang 1
RT, dan tidak dikonsumsi oleh rumah tangga yang ada di Kecamatan Sungai Rumbai dan Koto Salak. Hal ini memperlihatkan bahwa kebutuhan akan
sumber air bersih sangat tinggi dan membutuhkan sarana dan prasarana pengolahan air bersih untuk kebutuhan air minum, seperti melalui program
PAMSIMAS dan SPAM Sistem Pelayanan Air Minum.
d Jumlah rumah tangga dan ketersediaan fasilitas buang air besar menjadi tekanan terhadap perubahan kualitas lingkungan di Kabupaten Dharmasraya.
Limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dari limbah domestik rumah tangga inipun dapat memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap
kondisi sumber air dan kualitas air. Pada Gambar 3.2.9. memperlihatkan ketersediaan fasilitas tempat buang air besar tahun 2016 per-kecamatan.
Jumlah rumah tangga yang memiliki fasilitas MCK sendiri tertinggi terdapat di Kecamatan Pulau Punjung, lalu diikuti oleh Kecamatan Koto Baru, Koto
Besar, Sitiung, Sungai Rumbai, Koto Salak, Timpeh, Asam Jujuhan, Padang Laweh dan IX Koto, dengan total 43.889 RT. Jumlah rumah tangga yang
menggunakan fasilitas MCK bersama masih cukup tinggi yaitu 2.121 RT, dan yang tidak memiliki MCK sebanyak 5.345 RT. Sumber: Olahan Tabel-
23. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -39
Gambar 3.2.9. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun
2016 di Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-23. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Gambar 3.2.10. Perbandingan Jumlah Penduduk Tahun 2013 Sampai Dengan Tahun
2016 di Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-41. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -40
Menurut BPS, Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2016 adalah 229.313 jiwa dan setiap tahun jumlah penduduk Kabupaten
Dharmasraya meningkat dengan persentase pertambahan penduduk tahun 2016 sebesar 2,82. Pada Gambar 3.2.10. terlihat perbandingan pertambahan
jumlah penduduk di Kabupaten Dharmasraya dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Sumber: Olahan Tabel-41. Lampiran Dokumen IKPLHD
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. Pertambahan jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah limbah cair dan limbah padat yang
dihasilkan, sehingga ketersediaan fasilitas tempat buang air besar atau IPAL juga seharusnya semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Namun, jika dilihat dari ketersediaan fasilitas MCK rumah tangga yang terbangun sesuai dengan yang terdata oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya, yaitu hanya 46.010 RT fasilitas sendiri dan bersama dari total rumah tangga yang ada di Kabupaten Dharmasraya yaitu sebanyak 204.848
RT, berarti masih ada sekitar 158.838 RT yang belum terdata memiliki fasilitas MCK. Hal ini masih belum seimbang dengan laju pertumbuhan
penduduk, sehingga jumlah limbah yang dihasilkan tidak cukup tertampung dengan fasilitas yang tersedia, dan dibuang ke badan air melalui saluran
terbuka yang dapat menyerap ke tanah. Hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas sumber air, baik itu air sungai, embung ataupun
air tanahsumur.
e Peningkatan jumlah penduduk suatu wilayah yang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan akan
menimbulkan permasalahan baru bagi pembangunan daerah. Baik permasalahan sosial maupun permasalahan lingkungan. Menurut BPS
pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya sebesar 2,82 dengan tingkat kepadatan penduduk 128,46
jiwakm
2
, seperti terlihat pada Gambar 3.2.11. Sumber: Olahan Tabel-41. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -41
Gambar 3.2.11. Pertumbuhan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2016
di Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel -1. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Berdasarkan olahan data Tabel-24. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016, seperti yang terlihat pada Gambar
3.2.12., menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Dharmasraya yang bersumber dari data Dinas Pencatatan Sipil Kabupaten
Dharmasraya tahun 2016 dengan tingkat tertinggi Diploma hingga S3 adalah sebesar 4,76 9.709 jiwa, SLTA sebesar 16,97 34.651 jiwa, SLTP
sebesar 16,97 34.651 jiwa, dan SD sebesar 17,21 35.131 jiwa, sedangkan yang tidak sekolah sebesar 35,71 72,889 jiwa. Sumber:
Olahan Tabel-24. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak penduduk dengan
tingkat pendidikan rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah dapat berpengaruh terhadap tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
lingkungan hidup yang berkualitas, kebersihan, pengelolaan sampah dan limbah domestik.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -42
Gambar 3.2.12. Perbandingan Jumlah Penduduk Tahun 2013 Sampai Dengan Tahun
2016 Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-24. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
f Lingkungan yang tidak layak huni dan kotor dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit. Jenis penyakit utama yang diderita penduduk dapat berasal
dari kualitas air yang tidak layak konsumsi, kualitas udara ambien yang dihirup sehari-hari, dan limbah cair dan limbah padat domestik yang tidak
dikelola dengan baik. Pada Gambar 3.2.13. merupakan gambaran jumlah penderita jenis penyakit utama yang diderita penduduk tahun 2016 di
Kabupaten Dharmasraya, terlihat bahwa penyakit ISPA menjadi dominasi penyakit terbanyak yang diderita oleh penduduk Dharmasraya, dan diikuti
oleh jenis penyakit lainnya yang cukup beragam.
Pada Gambar 3.2.14. terlihat perbandingan persentase jenis penyakit utama yang diderita penduduk tahun 2015 dan tahun 2016 di Kabupaten
Dharmasraya, bahwasanya penyakit utama yang diderita oleh khalayak banyak masyarakat adalah penyakit ISPA.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -43
Gambar 3.2.13. Jumlah Penderita Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk
Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-25. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Gambar 3.2.14. Perbandingan Persentase Jenis Penyakit Utama Yang Diderita
Penduduk Tahun 2015 dan Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-25. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -44
ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas yang cenderung disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti air dan udara.
Sedangkan penyakit febriscommon cold, alergi kulit, dan diare yang juga banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan tidak begitu tinggi persentasenya.
g Tekanan terhadap kualitas air juga dipengaruhi oleh jumlah rumah tangga miskin yang ada di Kabupaten Dharmasraya. Jumlah rumah tangga dengan
ekonomi rendah akan sulit untuk memenuhi pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan cenderung berada pada lingkungan yang kurang bersih karena
keterbatasan kebutuhan primer, apalagi untuk memenuhi kebutuhan sekunder.
Gambar 3.2.15. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin per-Kecamatan di
Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-26B. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Berdasarkan data jumlah rumah tangga miskin yang ada di Kabupaten Dharmasraya berdasarkan jumlah rumah tangga yang memperoleh
JKN per-Kecamatan, rumah tangga miskin ditemukan di Kecamatan Pulau Punjung, Koto Besar, Koto Baru dan Sitiung pada tahun 2014 dan menurun
pada tahun 2016. Sumber: Olahan Data Tabel-26. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. Hal ini diharapkan juga
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -45
dapat meningkatkan kehidupan yang layak dan lingkungan yang layak bagi rumah tangga tersebut sehingga akan berdampak juga terhadap peningkatan
kualitas lingkungan. Namun, berdasarkan fakta dilapangan, bahwa sasaran penerima jumlah rumah tangga miskin tidak sesuai dengan yang diharapkan
dimana banyak penerima JKN bukan merupakan rumah tangga prasejahtera. Berdasarkan data BPS dalam buku Dharmasraya Dalam Angka Tahun 2016
bahwa jumlah keluarga prasejahtera di Kabupaten Dharmasraya sebanyak 5.467 keluarga. Sedangkan beradsarkan basis data terpadu untuk Program
Perlindungan Sosial tahun 2015, jumlah rumah tangga dan individu menurut status kesejahteraan di Kabupaten Dharmasraya yaitu sebanyak 7.046 RT dan
28.580 jiwa.
h Pengelolaan limbah padat dan cair masih belum terkelola dengan baik, begitu juga untuk pengelolaan limbah B3 padat dan Limbah B3 cair. Hal ini
disebabkan oleh masih banyak pemrakarsa yang belum sepenuhnya melaksanakan upaya pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan yang ada pada dokumen pengelolaan lingkungan hidup yang dibuat.
Ada banyak sumber pencemar yang memberikan kontribusi terhadap faktor pencemaran kualitas air di Kabupaten Dharmasraya. Ada 13 tiga belas
jenis usahakegiatan yang berkontribusi sebagai sumber pencemaran, diantaranya yaitu berasal dari terminal dan pelabuhan penyeberangan, tempat
wisata, penginapan hotelwisma, fasilitas kesehatan rawat inap, pabrik kelapa sawit dan karet, pertambangan batubara, biji besi dan batuan,
perkebunan, SPBU, pemanfaatan hasil kayu, hutan tanaman industri, batching plant dan stone crusher, perumahan dan IPAL, dengan total sekitar 135
usahakegiatan yang terdata, seperti yang terlihat pada Gambar 3.2.16. Sumber: Olahan Data Tabel-27. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2016. Namun, belum semua usahakegiatan tersebut yang melakukan pengelolaan LH dan memberikan laporan pemantauan dan
pengelolaan LH. Hal ini perlu upaya penertiban dan penegakan hukum terhadap usahakegiatan yang tidak melaksanakan pemantauan dan
pengelolaan lingkungan hidupnya.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -46
Gambar 3.2.16. Jumlah Sumber Pencemaran dan Luas Wilayah Usaha Kegiatan di
Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-27. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Gambar 3.2.17. Jumlah Penduduk dan Perkiraan Timbulan Sampah Tahun 2016 di
Kabupaten Dharmasraya
Sumber: Olahan Tabel-42. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.
Pada Gambar 3.2.17. terlihat perkiraan timbulan sampah yang dihasilkan dengan jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Dharmasraya.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -47
Sumber: Olahan Data Tabel 42. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016. Total timbulan sampah yang dihasilkan per-hari
nya untuk 11 kecamatn sekitar 630,61 m
3
hari atau rata-rata timbulan sampah per-hari 57,32 m
3
hari. Jika dikalkulasi jumlah perkiraan timbulan sampah yang dihasilkan pada tahun 2016 adalah 20.924,81 m
3
tahun. Untuk pengelolaan limbah padat sampah dan sampah rumah tangga
juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kualitas air. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah rumah tangga
yang baik dan masih ditemukan masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Selain itu, pengelolaan limbah cair yang berasal dari beberapa
usahakegiatan yang tersebar di Kabupaten Dharmasraya menjadi tekanan terhadap pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Dharmasraya.
Pengawasan terhadap pengelolaan usahakegiatan, limbah padatcair, B3 dan limbah domestik belum dapat terpantau secara keseluruhan disebabkan oleh
keterbatasan anggaran kegiatan pengawasan usahakegiatan terhadap pengelolaan LH.
i Banyaknya areal terbangun pada lokasi DAS yang berpotensi terhadap berkurangnya daerah penyangga resapan air. Dengan berkurangnya daerah
resapan air dan dengan adanya curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran air hujan tidak dapat meresap dan tertampung sehingga dapat menimbulkan
banjir. Debit air sungai juga dipengaruhi oleh curah hujan. Kondisi curah hujan rata-rata per-tahun yang terpantau oleh 5 lima stasiun pemantau di
Kabupaten Dharmasraya berkisar antara 20 - 585 mm, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November 2016 dan terendah pada bulan Desember 2016,
sedangkan rata-rata curah hujan per-tahun sekitar 221,53 mm. Semakin tinggi curah hujan menyebakan semakin tinggi debit air sungai. Sumber:
Olahan Tabel-24. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016.
Selain itu, tingkat penguapan air dipengaruhi oleh suhu udara. Suhu udara rata-rata per-tahun berkisar antara 21,60 - 30,20
o
C, dengan rata-rata suhu per-tahun 26,94
o
C. Suhu udara yang cukup tinggi menyebabkan tingkat
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -48
penguapan air tinggi dan mempengaruhi terhadap kuantitas dan kualitas air sungai debit. Sumber: Olahan Tabel-24. Lampiran Dokumen IKPLHD
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016.
j Pembuatan embung menjadi solusi efektif untuk mengatasi banjir di kawasan pertanian. Embung merupakan tempat penampungan air hujan yang berfungsi
menampung kelebihan genangan air terutama di wilayah pertanian. Namun karena tidak terawat, maka terjadi pendangkalan yang menyebabkan
timbulnya banjir di persawahan dari aliran irigasi embung. Pintu air embung rentan mengalami kerusakan, pertumbuhan enceng gondok yang subur, dan
menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga di badan air embung, sehingga sawah kerap tidak terairi dengan baik.
Berikut adalah penjelasan dari kondisistatus sumber air yang mempengaruhi perubahan kualitas air di Kabupaten Dharmasraya: