Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -163
curah hujan normal tidak terjadi luapan tetapi pada saat curah hujan tinggi terutama pada bagian hulu sungai maka akan berpotensi terjadinya luapan dan
genangan atau banjir.
Status kejadian banjir pada tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya
berdasarkan informasi pada Tabel 37 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2016 yang sumber informasinya berasal dari
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Dharmasraya bahwa pada tahun 2016 terjadi 14 kali kejadian genangan air melanda pemukiman dan rumah
warga atau sebanyak 394 unit rumah dan fasilitas umum yang terendam antara lain beberapa rumah ibadah dan kantor serta 2 dua unit jembatan terendam dan
17 tujuh belas titik jalan terendam.
Secara spesifik kejadian banjir tersebut terjadi pada Jorong Kampung Surau yang merupakan dataran banjir Sungai Pangian, Palayang Pulau Punjung
yang merupakan dataran banjir Sungai Batanghari, kemudian banjor bandang pernah terjadi pada Kecamatan Timpeh yang disebabkan pembukaan lahan hutan
menjadi perkebunan kelapa sawit. Selain itu sekitar Pasar Abai dan wilayah Bonjol sering terjadi genangan air disebabkan luapan air Sungai Batang Siat.
Adapun respon atau upaya dari Pemerintah Kabupaten Dharmasraya
adalah meliputi upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. Upaya pencegahan berupa penataan kegiatan budi daya melalui Perencanaan Tata Ruang
dan Wilayah baik kegiatan pemukiman, perkebunan, industri dan kegiatan budi daya lainnya. Upaya penanggulangan berupa pertolongan pertama pada
masyarakat terdampak banjir baik dari sisi sosial dan kesehatan dimana upaya penanggulangan bencana banjir ini dikordinasikan oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah. Untuk upaya pemulihan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Dharmasraya melalui Organisasi Perangkat Daerah terkait misalnya prasarana
jalan dan jembatan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan, restorasi lahan sawah terdampak banjir dilakukan bersama oleh Dinas Pertanian
dan Tanaman Pangan serta dampak lainnya oleh Organisasi Perangkat Daerah terkait.
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -164
3.4.4. Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
Kejadian bencana kebakaran hutan melanda wilayah Indonesia terparah pada tahun 2015 yang melanda sebagian besar wilayah Pulau Sumatera dan Pulau
Kalimantan. Efek bencana kebakaran lahan ini menimbulkan dampak kabut asap tidak sekedar melanda kedua pulau tersebut tetapi juga menimbulkan dampak bagi
negara sahabat yakni Malaysia dan Singapura. Untuk itu, pemerintah telah melakukan upaya penanggulangan yang konverhensif melibatkan semua
stakesholder mulai dari TNI, POLRI, BPBN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Pemerintah Daerah.
Informasi tekananpressure bencana kebakaran hutan dan lahan
meliputi kondisi tutupan lahan, cuaca atau musim, serta karakteristik dan kebiasaan masyarakatnya. Tutupan lahan di Kabupaten Dharmasraya di dominasi
oleh perkebunan dan hutan dengan persentase mencapai 82,7 dari luas wilayah Kabupaten Dharmasraya atau seluas 248 ribu hektar lebih. Sedangkan sisanya
adalah sebagai badan air, penggunaan non pertanian, penggunaan lahan kering, dan pertanian sawah.
Gambar 3.4.2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2016
Sumber : Olahan Tabel-2. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasarya, 2016
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -165
Dengan luas tutupan lahan yang mayoritas adalah perkebunan dan hutan saat ini jika dipengaruhi oleh cuaca pada saat musim kering akan memberikan
potensi yang tinggi terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Pada Kabupaten Dharmasraya terdapat 5 lima titik pengamatan curah hujan yakni
Stasiun Simpang Silago, Bendungan Batanghari, Komplek Sedasi, Padang Sidondang dan Kotobaru Piruko. Berikut ini gambaran curah hujan rata-tata
bulanan pada tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya dari kelima stasiun pengamatan tersebut.
Gambar 3.4.3. Curah Hujan Rata-Rata di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016
Ket : Curah hujan dalam mm
Sumber : Olahan Tabel-21. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasarya, 2016
Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah
2016
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah III -166
Gambar 3.4.4. Tren Curah Hujan Rata-Rata 4 empat Tahun Terakhir di Kabupaten
Dharmasraya
Ket : Curah hujan dalam mm Sumber : Olahan Tabel-21B. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasarya, 2016
Dari tren curah hujan bulanan pada tahun 2016 tersebut, terlihat curah hujan rendah pada tengah tahun yakni bulan Juni hingga bulan Oktober. Pada
bulan-bulan tersebut diperlukan kewaspadaan yang tinggi oleh stakesholder terkait terhadap penanggulangan potensi kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Jika ditelaah pada tren curah hujan bulanan rata-rata pada 4 empat tahun terakhir maka terlihat pada tahun 2015 pada bulan Juli hingga bulan Oktober
curah hujan rata-rata bulanan paling rendah. Hal ini senada dengan kondisi terjadinya kebakaran hutan dan lahan tertinggi pada tahun 2015 sebelumnya yang
menyebabkan kejadian bencana kabut asap melanda wilayah ini.
Selain kondisi tutupan lahan dan kondisi cuaca, bencana kebakaran hutan dan lahan juga sangat dipengaruhi dengan karakteristik masyarakatnya dalam
pengelolaan lahannya. Secara kebiasaan masyarakat di Kabupaten Dharmasraya sebagian kecil masih melakukan pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat
dengan cara penebangan dan perambahan hutan selanjutnya dilakukan pembakaran untuk pembersihan lahan tersebut sebelum dilakukan penanaman