BUKU II DIKPLHD Kab. Kulon Progo 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……… i
Pernyataan Isu Prioritas Daerah ………. ii
Kata Pengantar ……… iii
Daftar Isi ………. iv
Daftar Tabel ……… v
Daftar Gambar ……… vii
Daftar Lampiran ………. ix
Bab I Pendahuluan ………. 1
1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Profil Daerah Kabupaten Kulon Progo ……… 2
1.3 Perumusan Isu Prioritas ……… 3
1.4 Tujuan ………... 4
1.5 Ruang Lingkup Penulisan ……… 4
Bab II Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah ………. 5
2.1 Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang Belum Menerapkan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan ……… 5
2.2 Maraknya Kegiatan Penambangan di Kawasan Perbukitan Menoreh …… 8
2.3 Pembangunan Mega Proyek dan Pengembangan KIS ………... 10
2.4 Kondisi Topografis dan Geografis Kulon Progo yang Rawan Bencana Longsor di Daerah Utara dan Banjir di Daerah Selatan ………. 14
Bab III Analisi Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah ………. 17
3.1 Tataguna Lahan ……… 17
3.1.1 Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) ………... 17
3.1.2 Usaha Pemanfaatan Lahan ……… 31
3.1.3 Kualitas Lahan ……….. 35
3.1.4 Lahan Kritis ……….. 35
3.2 Kualitas Air ……….. 38
3.2.1 Kualitas Air Sungai ………... 38
3.2.2 Kualitas Air Tanah ……… 43
3.2.3 Kualitas Air Laut ………... 47
3.2.4 Kualitas Air Waduk, Situ, dan Embung ……… 57
3.2.5 Upaya Penyelesaian Permasalahan Pencemaran Air ………. 60
3.3 Kualitas Udara ………. 65
3.3.1 Analisa Parameter yang Memenuhi Baku Mutu Udara Ambien ……… 65
3.3.2 Analisa Parameter Kebisingan di Sekitar Jalan yang Melebihi Baku Mutu Udara Ambien ………... 71
3.4 Risiko Bencana ………. 73
3.4.1 Bencana Alam ………... 73
3.4.2 Bencana Sosial ……….. 79
3.5 Perkotaan ………. 80
3.5.1 Kependudukan ……….. 82
3.5.2 Kesehatan ………. 88
3.5.3 Timbunan Sampah ……… 89
Bab IV Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ………. 92
4.1 Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup ……….. 92
4.2 Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan ……… 98
4.3 Kelembagaan ……… 102
Bab V Penutup ……… 109
Daftar Pustaka ………. 111
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2016 ... 21
Tabel 3.2 Luas Hutan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo ... 25
Tabel 3.3 Luas Wilayah Menurut PenggunaanLahan Utama Tahun 2016 ... 31
Tabel 3.4 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Tahun 2016 ... 32
Tabel 3.5 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ... 32
Tabel 3.6 Jenis Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016... 33
Tabel 3.7 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun 2016 ... 34
Tabel 3.8 Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ... 37
Tabel 3.9 Hasil Uji Parameter Warna Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ... 48
Tabel 3.10 Hasil Uji Parameter Kekeruhan Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………. 49
Tabel 3.11 Hasil Uji Parameter TSS Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 49
Tabel 3.12 Hasil Uji Parameter Temperatur Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………. 50
Tabel 3.13 Hasil Uji Parameter pH Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 51
Tabel 3.14 Hasil Uji Parameter Salinitas Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………. 51
Tabel 3.15 Hasil Uji Parameter DO Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 52
Tabel 3.16 Hasil Uji Parameter BOD Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 53
Tabel 3.17 Hasil Uji Parameter Amoniak Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………. 54
Tabel 3.18 Hasil Uji Parameter Nitrat Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 54
Tabel 3.19 Hasil Uji Parameter Fosfat Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 55
Tabel 3.20 Hasil Uji Parameter Sulfida Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 56
Tabel 3.21 Hasil Uji Parameter Fenol Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 57
Tabel 3.22 Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………. 58
Tabel 3.23 Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) ………. 62
Tabel 3.24 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……….. 63
Tabel 3.25 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Per Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo ……… 64
Tabel 3.26 Tingkat Kebisingan Rata-rata (dBA) di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………. 71
(7)
Tabel 3.28 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan (0C) ... 72
Tabel 3.29 Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2016 ……….. 74
Tabel 3.30 Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……….. 76 Tabel 3.31 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan
Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2016 ………. 83
Tabel 3.32 Jumlah Penduduk Kota Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2016 ……… 84
Tabel 3.33 Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan Di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 85 Tabel 3.34 Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2016 ……… 89 Tabel 3.35 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2016 ……… 90 Tabel 3.36 TPA dan TPST 3R di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 ………. 91 Tabel 4.1 Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2016 ……… 100 Tabel 4.2 Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup …… 101 Tabel 4.3 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup ……….. 102 Tabel 4.4 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup ……….. 103 Tabel 4.5 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Kantor Lingkungan
Hidup Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………. 103 Tabel 4.6 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……….. 104 Tabel 4.7 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………... 104 Tabel 4.8 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 105 Tabel 4.9 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 105
Tabel 4.10 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Sekretariat Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……….. 105 Tabel 4.11 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 106 Tabel 4.12 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Kelautan
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 106 Tabel 4.13 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Kantor Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………. 107 Tabel 4.14 Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kawasan Bekas Penambangan Mangan di Kabupaten Kulon Progo .. 9
Gambar 2.2 Peta Rawan Bencana Geologi (Tanah Longsor) Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032 ………. 15
Gambar 2.3 Peta Rawan Bencana Banjir Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032 …….. 16
Gambar 3.1 Peta Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW Tahun 2012-2032 ……. 18
Gambar 3.2 Hutan Mangrove Wana Tirta, Pasir Mendit, Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo………... 21
Gambar 3.3 Peta Kawasan Budidaya Berdasarkan RTRW Tahun 2012-2032 …… 24
Gambar 3.4 Persentase Luas Lahan Kritis di dalam dan Luar Kawasan Hutan Per Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo ………... 36
Gambar 3.5 Penanaman Bibit Pohon di Sekitar Waduk Sermo oleh Instansi, Masyarakat, dan TNI AD ………... 38
Gambar 3.6 Pengambilan Sampel di Aliran Sungai Serang Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016………... 39
Gambar 3.7 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Timbal Tahun 2016 … 43 Gambat 3.8 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Mangan Tahun 2016 .. 44
Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Seng Tahun 2016 …... 45
Gambar 3.10 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fluorida Tahun 2016 .. 45
Gambar 3.11 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Nitrit Tahun 2016 …... 46
Gambar 3.12 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Tahun 2016 ………. 46
Gambar 3.13 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Total Coliform Tahun 2016 ………. 47
Gambar 3.14 Waduk Sermo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo ………... 59
Gambar 3.15 Pengambilan Sampel Kualitas Udara di Depan Pasar Bendungan ………. 65
Gambar 3.16 Pengambilan Sampel Kualitas Udara di Pertigaan Temon …... 66
Gambar 3.17 Pengambilan sampel kualitas udara di Pertigaan Brosot…….... 66
Gambar 3.18 Konsentrasi SO2 Tahun 2016 ... 67
Gambar 3.19 Konsentrasi CO Tahun 2016 ... 68
Gambar 3.20 Konsentrasi NO2 Tahun 2016 ... 69
Gambar 3.21 Konsentrasi O3 Tahun 2016 ... 70
Gambar 3.22 Konsentrasi TSP Tahun 2016 ... 71
Gamabr 3.23 Banjir di Dusun Girigondo Desa Kaligintung Tanggal 18 Juni 2016 .. 74
Gambar 3.24 Tim dari BPBD Meninjau Lokasi Banjir ... 75
Gambar 3.25 Pohon Tumbang di Lokasi Bencana Banjir ... 75
Gambar 3.26 Tanah Longsor Terjadi di Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo tanggal 24 September 2016 ... 76
Gambar 3.27 Bantuan BPBD Kepada Korban Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ... 77
Gambar 3.28 Peta Rawan Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo ... 78
Gambar 3.29 Peta Rawan Bencana Banjir di Kabupaten Kulon Progo ... 79
Gambar 3.30 Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013-2016 di Kabupten Kulon Progo ……… 83
Gambar 3.31 Diagram Persentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……….. 85
(9)
Gambar 3.32 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ………... 87 Gambar 3.33 Persentase Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo Tahun
2016 ……… 88
Gambar 4.1 Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 ……… 92 Gambar 4.2 Cetak Sawah Baru di Kecamatan Sentolo, Pengasih, dan Nanggulan
Kabupaten Kulon Progo ……….. 94 Gambar 4.3 Embung Kleco (Kawasan Buah 20 hektar, Buah Durian dan
Kelengkeng) ……… 96
Gambar 4.4 Embung Tonogoro Banjaroya (Kawasan Durian Menoreh 20 hektar) ……….. 96 Gambar 4.5 Peresmian Wadukmini Dan Launching Sentra Pemberdayaan Tani di
Kabupaten Kulon Progo ……….. 96 Gambar 4.6 Aktivitas Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah ……… 99
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan
Lahannya ………. 113
Tabel 2 Luas Wilayah Menurut PenggunaanLahan Utama ……….. 115
Tabel 3 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status ………. 115
Tabel 4 Luas Lahan Kritis Di dalam dan Luar Kawasan Hutan ……… 116
Tabel 5 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air ……. 116
Tabel 6 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering ………. 117
Tabel 7 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah ……….. 120
Tabel 8 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove ………... 120
Tabel 9 Luas dan Kerusakan Padang Lamun ………. 120
Tabel 10 Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang ……… 121
Tabel 11 Luas Perubahan Penggunaan Lahan ………. 121
Tabel 12 Jenis Pemanfaatan Lahan ………. 122
Tabel 13 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian ………... 122
Tabel 14 Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi ………. 123
Tabel 15 Kondisi Sungai ………. 123
Tabel 16 Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung ……….. 124
Tabel 17 Kualitas Air Sungai ……….. 125
Tabel 17A Kualitas Air Sungai ……….. 126
Tabel 17B Kualitas Air Sungai ……….. 127
Tabel 18 Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung ……… 128
Tabel 19 Kualitas Air Sumur ………... 129
Tabel 20 Kualitas Air Laut ……….. 135
Tabel 21 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan ………... 136
Tabel 22 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum ……….. 137
Tabel 23 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar …… 137
Tabel 24 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Tingkatan Pendidikan ……… 138
Tabel 25 Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk ……… 139
Tabel 26 Jumlah Rumah Tangga Miskin ……… 139
Tabel 27 Volume Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber Pencemaran 140 Tabel 28 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan ……… 142
Tabel 29 Kualitas Air Hujan ……… 142
Tabel 30 Kualitas Udara Ambien ……… 143
Tabel 30A Kualitas Udara Ambien ……… 144
Tabel 30T Kualitas Udara Ambien ……… 144
Tabel 31 Penggunaan Bahan Bakar ………. 145
Tabel 32 Penjualan Kendaraan Bermotor ……… 146
Tabel 33 Perubahan Penambahan Ruas Jalan ………. 146
Tabel 34 Dokumen Izin Lingkungan ………... 147
Tabel 35 Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 …………. 153
Tabel 36 Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) ……….. 154
Tabel 37 Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian ……… 155
Tabel 38 Bencana Kekeringan, Luas, dan Kerugian ……… 155
Tabel 39 Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian …………... 156
Tabel 40 Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian ………... 156
(11)
Tabel 41 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan
Kepadatan ………. 157
Tabel 42 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari ……….. 157
Tabel 43 Kegiatan Fisik Lainnya oleh Instansi ……… 158
Tabel 44 Status Pengaduan Masyarakat ……….. 158
Tabel 45 Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup 159 Tabel 46 Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup ……….. 159
Tabel 47 Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat ………... 160
Tabel 48 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup …………. 161
Tabel 49 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup ……….. 161
Tabel 50 Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup Menurut Tingkat Pendidikan ……….. 162
Tabel 51 Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang Telah Mengikuti Diklat ………...…... 162
Tabel 52 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku ……… 163
Tabel 53 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan ………. 164
Tabel 54 Data Bank Sampah, KSM dan KPSM di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016………... 165
(12)
1.1 Latar Belakang
Permasalahan lingkungan mulai ramai diperbincangkan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia pada tanggal 15 Juni 1972. Di Indonesia tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dari diselenggarakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972. Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk) (Humairah, 2011). Pertumbuhan manusia erat kaitannya dengan pembangunan. Semakin besar pertumbuhan manusia, maka semakin besar adanya pembangunan. Pembangunan yang tidak memperhatikan masalah lingkungan hidup tentu akan berdampak pada aspek sumber daya alam itu sendiri.
Setiap wilayah memiliki karakteristik lingkungan hidup yang berbeda, baik dari sisi sumber daya alam yang tersedia maupun cara masyarakatnya untuk mengelola lingkungan itu sendiri, seperti halnya dengan Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo memiliki keragaman konfigurasi fisik lingkungan yang dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu: pegunungan, dataran dan pesisir. Selain menjadi modal bagi pembangunan daerah, karakteristik fisik wilayah juga menyimpan kerentanan terhadap kerusakan lingkungan sebagai akibat pengelolaan yang tidak optimal yang akan berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan. Masalah daya dukung fisik wilayah dapat berupa konflik pemanfaatan ruang sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan.
Permasalahan pemanfaatan ruang terjadi di kawasan pegunungan, kawasan dataran dan kawasan pesisir. Pada kawasan pegunungan permasalahan pemanfaatan ruang berupa penggunaan lahan yang kurang memperhatikan fungsi kawasan lindung terutama pada daerah resapan air dan kawasan genangan waduk yang akan memperkecil pasokan air permukaan maupun air tanah di musim kemarau. Selain itu, pada kawasan pegunungan juga terjadi kegiatan penambangan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Pada kawasan dataran terjadi kecenderungan konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian
(13)
(pembangunan fisik bangunan) yang menyebabkan gangguan pada prasarana pertanian (rusaknya saluran air), rusaknya sumberdaya alam dan berkurangya lahan produktif pertanian. Pada kawasan pesisir, rencana pemanfaatan ruang mempunyai potensi kerusakan ekosistem apabila pemanfaatan ruang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada di Kabupaten Kulon Progo tersebut menjadi landasan perumusan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hiidup Daerah Kabupaten Kulon Progo.
1.2 Profil Daerah Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Kulon Progo adalah salah satu dari 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Kulon Progo memiliki batas administrasi yaitu sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa dan 1 kelurahan, serta 918 pedukuhan. Kabupaten Kulon Progo dengan ibu kota Wates memiliki luas wilayah sebesar 58.627,512 hektar (586,28 km²). Luas wilayah ini belum termasuk luas laut yang menjadi kewenangan kabupaten, yaitu seluas 15.872 hektar (158,72 km2).
Bila dilihat dari posisi geostrategic, Kabupaten Kulon Progo yang terletak di bagian barat DIY dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, merupakan ‘pintu gerbang’ Daerah Istimewa Yogyakarta yang menghubungkan DIY dengan pusat-pusat ekonomi dan pemerintahan yang terletak di bagian barat serta utara Pulau Jawa. Selain itu posisi Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia juga dapat menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan negara tetangga yang terletak di bagian selatan Indonesia seperti Australia. Posisi geostrategic Kabupaten Kulon Progo tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perkembangan wilayah kabupaten maupun perkembangan wilayah DIY.
Kabupaten Kulon Progo terletak diantara 110 o 1' 37" - 110 o 16' 26" Bujur Timur dan 7o 38' 42" - 7o 59' 03" Lintang Selatan, dengan memiliki topografi yang bervariasi di ketinggian antara 0 – 1.000 meter diatas permukaan air laut.Sebagian besar wilayah Kabupaten Kulon Progo (40,11 persen) masuk dalam wilayah dengan
(14)
kemiringan lereng <20. Sedangkan luas wilayah yang masuk dalam kemiringan lereng >400 adalah seluas 18,73persen. Secara umum, Kabupaten Kulon Progo terbagi menjadi 3 wilayah meliputi :
1. Wilayah utara, merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 – 1.000 meter diatas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh.
2. Wilayah tengah, merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 500 meter diatas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih dan sebagian Lendah. Wilayah ini memiliki lereng dengan kemiringan antara 2 – 15%, tergolong berombak dan bergelombang, merupakan peralihan dataran rendah dan perbukitan.
3. Wilayah selatan, merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 – 100 meter diatas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Lendah. Wilayah ini memiliki kemiringan lahan antara 0 – 2%, serta memiliki wilayah pantai sepanjang 24,9 km.
1.3 Perumusan Isu Prioritas
Perumusan isu prioritas dilakukan oleh pemangku kebijakan daerah Kabupaten Kulon Progo dengan pendekatan PSR (Pressure State and Response). Langkah-langkah dalam penyusunan isu prioritas dilakukan dengan cara:
1. Mereview kembali draf rumusan dari isu prioritas. 2. Membandingkan catatan antar pemangku kebijakan. 3. Merumuskan isu prioritas berdasarkan pendekatan PSR
Berikut isu prioritas yang menjadi kesepakatan antar pemangku kebijakan daerah Kabupaten Kulon Progo:
1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.
2. Maraknya kegiatan penambangan di kawasan perbukitan Menoreh.
3. Pembangunan Mega Proyek (Bandara, Penambangan Pasir Besi, Jalur Jalan Lintas Selatan/JJLS, Pelabuhan) dan Pengembangan Kawasan Industri Sentolo (KIS) yang mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan keberlanjutan fungsi ekologi-sosial daerah terdampak.
(15)
4. Kondisi topografis dan geografis Kulon Progo yang rawan bencana longsor di daerah utara dan banjir di daerah selatan.
1.4 Tujuan
Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hiidup Daerah Kabupaten Kulon Progo bertujuan untuk:
1. memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo.
2. memberikan gambaran yang nyata kepada masyarakat tentang kondisi lingkungan hidup di daerahnya, dengan harapan masyarakat memiliki kemudahan untuk merencanakan dan memperhatikan pengelolaan lingkungan hidup di daerahnya.
3. mengukur perkembangan dan kemajuan lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo.
1.5 Ruang Lingkup Penulisan
Penulisan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hiidup Daerah Kabupaten Kulon Progo akan difokuskan pada pemasalahan:
1. Isu-isu prioritas lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Kulon Progo
2. Permasalahan tataguna lahan, kualitas air, kualitas udara, risiko bencana, perkembangan perkotaan di Kabupaten Kulon Progo.
3. Inovasi daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo.
(16)
Isu prioritas lingkungan hidup daerah Kabupaten Kulon Progo disusun berdasarkan kesepakatan antar pemangku kebijakan dengan memperhatikan pendekatan PSR (Pressure State and Response). Pressure yaitu tekanan yang terjadi terhadap lingkungan di Kabupaten Kulon Progo akibat dari kegiatan manusia. State atau kondisi pengelolaan lingkungan yaitu keadaan pengelolaan lingkungan sebagai pengaruh dari kegiatan yang dilakukan pada lingkungan dilihat dari kondisi pengelolaan pada ruang terbuka hijau, hutan kota, air permukaan, air tanah, udara, dan pesisir yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Response yaitu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dampak tekanan dan kondisi lingkungan dilihat dari peran serta masyarakat dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa isu lingkungan hidup yang menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. Namun demikian ada empat isu yang menjadi prioritas pemerintah Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2016 yaitu:
2.1 Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang belum menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Secara geografis Kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara berupa dataran tinggi/perbukitan Menoreh, bagian tengah berupa perbukitan, dan bagian selatan berupa dataran rendah sampai dengan laut. Oleh karena itu, Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi alam yang melimpah mulai dari potensi alam di perbukitan, di dataran rendah, maupun potensi di pesisir dan laut. Disamping itu Kulon Progo juga dilewati tiga sungai besar, yaitu Sungai Progo, Sungai Serang dan Sungai Bogowonto serta terdapat Waduk Sermo. Berbagai hasil tambang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo mulai dari bahan galian C batu andesit, batu marmer, pasir besi, dan mangan. Potensi alam lainnya dibidang pertanian, kehutanan dan perikanan. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut tentu akan membawa banyak manfaat bagi kesejahteraan masyarakat Kulon Progo.
Namun yang menjadi masalah yaitu pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya alam memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup Kabupaten Kulon Progo, baik bidang pertambangan, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Efek
(17)
negatif yang timbul yaitu adanya pencemaran lingkungan berupa pencemaran air dan tanah, bahkan kerusakan lahan. Dengan kata lain, pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Kabupaten Kulon Progo masih belum memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dari generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan kelestarian lingkungannya agar kualitas lingkungan tetap terjaga. Kelestarian lingkungan yang tidak dijaga, akan menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang, bahkan akan hilang. Sebagaimana tencantum dalam SDGs (Sustainable
Depelopment Goals) poin 14 dan 15 yang berbunyi:
“Goals 14 Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.
Goals 15 Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.”
Upaya pemerintah dalam menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Kulon Progo tahun 2005-2025 bahwa sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal utama dalam pembangunan daerah dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Kondisi lingkungan yang tertata rapi, indah, sehat, memberikan suasana nyaman bagi masyarakat dan menarik bagi wisatawan. Sumber daya alam yang lestari akan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Kulon Progo yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin, sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan daerah. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
Dalam RPJP juga tertuang tentang peraturan pemanfaatan sumber daya alam baik sumber daya alam terbarukan maupun sumber daya alam tidak
(18)
terbarukan. Pemanfaatan sumber daya alam terbarukan disebutkan bahwa sumber daya alam terbarukan, baik di darat dan di laut, harus dikelola dan dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang. Pengelolaan sumber daya alam terbarukan yang sudah berada dalam kondisi kritis diarahkan pada upaya untuk merehabilitasi dan memulihkan daya dukungnya yang selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan sehingga tidak semakin merusak dan menghilangkan kemampuannya sebagai modal bagi pembangunan yang berkelanjutan. Hasil atau pendapatan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam terbarukan diinvestasikan kembali guna menumbuhkembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Di samping itu, pemanfaatan sumber daya alam yang terbarukan akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan energi.
Pemanfaatan sumber daya alam tidak terbarukan seperti bahan tambang dan mineral diarahkan untuk tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan sebagai masukan untuk proses produksi yang dapat menghasilkan nilai tambah yang optimal bagi daerah. Selain itu, sumber daya alam tak terbarukan pemanfaatannya harus seefisien mungkin dan menerapkan strategi memperbesar cadangan dan diarahkan untuk mendukung proses produksi. Hasil atau pendapatan yang diperoleh dari kelompok sumber daya alam tersebut diarahkan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif, seperti energi yang memanfaatkan seperti biomassa, biogas, mikrohidro, energi matahari, arus laut, tenaga angin yang ramah lingkungan. Pengembangan sumber-sumber energi alternatif itu disesuaikan dengan kondisi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Di samping itu, pengembangan energi juga mempertimbangkan harga energi yang memperhitungkan biaya produksi, menginternalisasikan biaya lingkungan, serta mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat. Dengan demikian, pembangunan energi terus diarahkan kepada keragaman energi dan konservasi energi dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengembangan energi juga dilaksanakan dengan
(19)
memperhatikan komposisi penggunaan energi (diversifikasi) yang optimal bagi setiap jenis energi.
2.2 Maraknya kegiatan penambangan di kawasan perbukitan Menoreh Perbukitan Menoreh terletak di ujung utara pegunungan Kulon Progo di sebelah barat perbatasan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Perbukitan menoreh memiliki berbagai fungsi, antara lain fungsi hidrologis, fungsi geologis, fungsi biologis dan ekologis, serta fungsi ekonomis. Secara hidrologis bukit menoreh sebagai zona tangkapan air hujan. Secara geologis, proses-proses karstifikasi menghasilkan bentukan-bentukan alam yang sangat unik dan menjadi bagian dari kekayaan fenomena geologis. Secara biologis dan ekologis, Perbukitan Menoreh sebagai tempat tinggal dan perkembangbiakan hewan, seperti kupu-kupu, burung, kelelawar dan hewan reptil. Secara ekonomis, masyarakat yang tinggal di Perbukitan Menoreh memanfaatkan untuk berkebun, bertani, dan beternak. Keindahan Perbukitan Menoreh saat ini banyak objek wisata yang ditawarkan di Kulon Progo antara lain perkebunan teh, panorama air terjun, dan panorama alam lainnya.
Selain fungsi-fungsi tersebut, Perbukitan Menoreh juga kaya akan hasil tambang mulai dari marmer merah, andesit, dan mangan. Menurut catatan sejarah, penambangan mangan di perbukitan Menoreh sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1894. Penambangan ini menyisakan berbagai catatan sejarah bagi masyarakat sekitar yang tidak dapat terlupakan. Berbagai peninggalan aktivitas penambangan sampai saat ini masih terlihat seperti terowongan vertikal dan terowongan lainnya yang mulai tertutup oleh tanah.
(20)
Gambar 2.1 Kawasan Bekas Penambangan Mangan di Kabupaten Kulon Progo Sumber: www.navigasi-budaya.jogjaprov.go.id, www.rri.co.id, www.kotawates.com
Beberapa penambangan yang dilakukan di Perbukitan Menoreh saat ini seperti penambangan marmer merah, mangan dan andesit. Penambangan tersebut dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Maraknya penambangan membawa dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan tersebut berawal dari penebangan-penebangan vegetasi penutup untuk mendukung aktivitas penambangan. Akibat dari aktivitas penebangan-penebangan vegetasi tersebut bukit menjadi gundul. Permasalahan timbul jika tidak ada reklamasi bukit setelah aktivitas penambangan selesai. Penggundulan yang terjadi di bukit tersebut mengakibatkan tidak mampunya wilayah tersebut untuk menangkap air hujan. Masalah lain yang ditimbulkan yaitu menurunnya produktivitas tanah, terjadinya
(21)
erosi atau memicu terjadinya tanah longsor dan terganggunya habitat flora dan fauna.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara sudah diatur mengenai perizinan usaha pertambangan, pelaksanaan penambangan, hingga pemantauan penambangan. Maksud disusunnya Peraturan Daerah ini adalah untuk menjamin agar pemanfaatan potensi mineral dan batubara dapat dilaksanakan berdasarkan pada azas manfaat, keadilan dan keseimbangan, partisipatif, transparan, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan melalui kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, penertiban, dan pengendalian.
Bagi perusahaan yang wajib melakukan reklamasi, hal tersebut diatur dalam Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 42 Tahun 2011 tentang Reklamasi Tambang. Dalam pasal 10 disebutkan bahwa: Perusahaan wajib mengangkat seorang petugas untuk memimpin langsung masing-masing pelaksanaan reklamasi. Selanjutnya dalam pasal 11 disebutkan: Pelaksanaan Reklamasi wajib dilakukan sesuai rencana reklamasi yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9.
Adanya Peraturan Bupati membuktikan bahwa pemerintah Kabupaten Kulon Progo memperhatikan kelestarian sumber daya alam, khususnya kegiatan pertambangan. Dalam hal ini kegiatan pertambangan berpotensi rnengubah bentang alam, sehingga diperlukan upaya untuk menjamin pemanfaatan lahan di wilayah bekas kegiatan pertambangan agar berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
2.3 Pembangunan Mega Proyek (Bandara, Penambangan Pasir Besi, Jalur Jalan Lintas Selatan/JJLS, dan Pelabuhan) dan Pengembangan Kawasan Industri Sentolo (KIS) yang mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan keberlanjutan fungsi ekologi-sosial daerah terdampak.
Pembangunan daerah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang bertujuan untuk mengelola potensi sumberdaya – sumberdaya yang ada dan bersama-sama membangun serta meningkatkan perekonomian daerah. Pembangunan daerah harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan potensi sumberdaya yang tersedia. Pembangunan daerah meliputi aspek kehidupan masyarakat dengan pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya
(22)
manusia, dan pemanfaatan potensi sumberdaya yang sesuai dengan peraturan pemerintah. Pembangunan daerah dengan mendirikan infrastruktur fisik dan pembangunan gedung-gedung baru membutuhkan tempat/lahan yang disesuaikan dengan perencanaan daerah. Adanya pembangunan infrastruktur fisik menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun.
Pembangunan Mega Proyek yang telah berjalan di Kabupaten Kulon Progo dipastikan berpengaruh pada laju alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun yang semakin tinggi dan akan berdampak pada kelanjutan fungsi ekologi-sosial daerah setempat. Terdapat empat mega proyek yang sedang berlangsung di Kabupaten Kulon Progo meliputi pembangunan Bandara Internasional di Kecamatan Temon, penambangan pasir besi berada di Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan Galur, JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan) sepanjang 122,9 kilometer, serta Pelabuhan Tanjung Adikarto di Kecamatan Temon. Alih fungsi lahan atau konversi lahan yang terjadi karena pembangunan mega proyek di Kabupaten Kulon Progo memiliki luas area masing-masing proyek berkisar seluas 45,34 hektar dari pembangunan Bandara Internasional, 16,5 hektar dari Pelabuhan Tanjung Adikarto, dan Jalur Jalan Lintas Selatan dengan panjang 122,9 kilometer. Sedangkan penambangan pasir besi setiap pelaksana projek melakukan upaya dalam pelestarian lingkungan pada area bekas tambang. Pelaksanaan Reklamasi Pilot Project Tambang Pasir Besi PT. Jogja Magaza Iron (JMI) di Desa Karangwuni Kabupaten Kulon Progo dilakukan dengan penutupan kembali lahan bekas tambang (Back Filling), melakukan pertemuan sosialisasi dan musyawarah kegiatan reklamasi, pembangunan infrastruktur pertanian antara lain gubuk, sumur pantek, perpipaan dan paranet untuk penahan angin dan sekaligus sebagai pembatas lahan, pengolahan lahan dan penyuburan tanah, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pengelolaan lingkungan fisik, biologi dan sosial termasuk program pengembangan masyarakat telah berjalan
sesuai dengan arahan yang tertuang dalam Dokumen Amdal.
Selain pembangunan mega proyek, Pengembangan Kawasan Industri Sentolo juga mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan mempengaruhi fungsi ekologi-sosial daerah terdampak. Kecamatan Sentolo terdiri dari 8 desa, 84 Pedukuhan, 116 RW dan 360 RT. Luas wilayah Kecamatan Sentolo adalah
(23)
5.252,0907 hektar. Berdasarkan kondisi fisik wilayahnya, wilayah Kecamatan Sentolo merupakan kawasan dengan keadaan kontur tanah datar sampai dengan berombak 45 persen. Berdasarkan peta pola ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032, Kecamatan Sentolo termasuk dalam kawasan pertanian/perkebunan, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan pertambangan (pasir batu dan batu gamping) (www.sentolo.kulonprogokab.go.id). Salah satunya ditetapkan sebagai Kawasan Industri Sentolo atau KIS yang diperuntukkan sebagai kawasan industri besar.
Ditetapkannya Kecamatan Sentolo sebagai kawasan industri merupakan peluang yang sangat besar bagi perkembangan Sentolo dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan dengan berdirinya perusahaan-perusahaan akan banyak menyerap tenaga kerja lokal yang pada akhirnya terjadi peningkatan perekonomian masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.
Selain Kecamatan Sentolo, ada satu kecamatan yang masuk dalam KIS yaitu Kecamatan Lendah. Selain itu kawasan industri lain yang tertuang dalam RTRW yaitu Kawasan Industri Temon. Hal tersebut dijelaskan dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut:
1. Kawasan strategis dalam bidang pertumbuhan ekonomi :
a. Kawasan Industri Sentolo dengan luas kurang lebih 4.796 (empat ribu tujuh ratus sembilan puluh enam) hektar, meliputi Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Lendah.
b. Kawasan Industri Temon di Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 500 (lima ratus) hektar; dan
c. Kawasan peruntukan industri berada di Kecamatan Nanggulan. 2. Kawasan Industri Sentolo, meliputi :
a. Desa Banguncipto, Desa Sentolo, Desa Sukoreno, Desa Salamrejo, dan Desa Tuksono berada di Kecamatan Sentolo; dan
b. Desa Ngentakrejo dan Desa Gulurejo berada di Kecamatan Lendah. Pengembangan kawasan industri akan menguntungkan dari sisi ekonomi, namun berdampak negatif bagi lingkungan hidup, seperti terjadi pencemaran air, udara dan tanah. Industri pada umumnya membuang limbah cair langsung ke badan air, seperti: laut, sungai, atau danau tanpa melalui tahap pengolahan terlebih dahulu.
(24)
Limbah cair industri merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Setiap industri yang menghasilkan limbah cair wajib melakukan pengolahan air limbah agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah sehingga saat dibuang tidak mencemari lingkungan. Limbah yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu akan menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Beberapa alasan pengusaha membuang limbah tanpa diolah terlebih dulu antara lain mahalnya biaya pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), biaya operasional, dan perawatan IPAL yang rumit dan kompleks. Lingkungan mempunyai daya tampung limbah yang terbatas. Ketika limbah yang dibuang tidak melebihi ambang batas, lingkungan masih dapat menguraikannya sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Namun jika ambang batas tersebut terlampaui, maka lingkungan tidak dapat menetralisir semua limbah yang ada sehingga timbul masalah pencemaran dan degradasi kondisi lingkungan.
Pencemaran udara pada umumnya keluar dari cerobong pabrik. Efek dari pencemaran udara terhadap kesehatan yaitu timbulnya gangguan pada saluran pernafasan. Pencemaran udara lebih berdampak secara luas, karena pergerakan asap yang dikeluarkan oleh cerobong pabrik lebih cepat. Oleh karena itu, pencemaran udara lebih sulit penanganannya. Namun untuk meminimalisir setiap perusahaan harus mengolah emisi gas buang terlebih dahulu agar ramah terhadap lingkungan.
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri, limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Dampak dari pencemaran tanah yaitu menurunnya produktivitas tanah, mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
Untuk mencegah permasalahan lingkungan hidup, maka setiap perusahaan wajib melakukan AMDAL atau penyusunan dokumen lingkungan hidup yang lain. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam paragraf 5 Pasal 22 disebutkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Jika perusahaan tersebut tidak
(25)
taat terhadap dokumen lingkungan, maka ada sanksi administratif yang tertuang dalam Pasal 72 ayat 2, sanksi administratif terdiri atas:
1. teguran tertulis; 2. paksaan pemerintah;
3. pembekuan izin lingkungan; atau 4. pencabutan izin lingkungan.
Pengembangan Kawasan Industri Sentolo, selanjutnya akan dibangun rusunawa. Rusunawa tersebut sebagai salah satu pengembangan infrastruktur yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menyediakan tempat tinggal bagi pekerja. Tidak hanya pemerintah yang menyediakan tempat tinggal untuk pekerja, masyarakat sekitar KIS juga menyediakan tempat tinggal untuk disewakan. Kemudian masalah yang muncul yaitu adanya kepadatan penduduk dan daya dukung lingkungan semakin menurun. Oleh karena itu, sebelum kepadatan penduduk terlalu tinggi perlu ada perencanaan pengelolaan lingkungan di kawasan tersebut. Tidak hanya mengacu pada perusahaan yang berdiri, namun mengacu pula pada kawasan tempat tinggal pekerja dan penduduk setempat. Karena saat ini Amdal diberlakukan pada masing-masing perusahaan, tidak ada Amdal yang mengatur pada keseluruhan kawasan industri.
2.4 Kondisi topografis dan geografis Kulon Progo yang rawan bencana longsor di daerah utara dan banjir di daerah selatan.
Kabupaten Kulon Progo memiliki kondisi topografis dan kondisi geografis yang rawan terhadap bencana longsor. Kondisi bagian utara Kabupaten Kulon Progo merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 sampai dengan 1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan
Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. Wilayah bagian utara Kabupaten Kulon Progo yang memiliki kondisi perbukitan merupakan kawasan yang rentan terhadap bencana tanah longsor. Kondisi bagian selatan Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 100 meter di atas permukaan air laut yang meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah dengan kemiringan lereng 0 sampai dengan 2%. Bagian selatan Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, dan apabila musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir.
(26)
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo, tahun 2016 telah terjadi bencana tanah longsor di enam kecamatan yaitu Kecamatan Lendah, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Nanggulan dan Kecamatan Samigaluh. Bencana banjir di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 tercatat seluas 520 hektar ditiga kecamatan, yaitu Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan Lendah. Penyebab terjadinya bencana tanah longsor dan banjir di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah intensitas curah hujan yang tinggi. Pada tahun 2016 rata-rata curah hujan Kabupaten Kulon Progo mencapai angka lebih dari 200 mm, dimana pada bulan November mencapai kisaran tertinggi yaitu 552 mm.
Gambar 2.2 Peta Rawan Bencana Geologi (Tanah Longsor) Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
(27)
Gambar 2.3 Peta Rawan Bencana Banjir Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam mengatasi bencana tanah longsor dan banjir. Pada bencana tanah longsor, BPBD bekerja sama dengan TNI dan polisi untuk memantau lokasi bencana dan memberikan penanganan darurat dalam mengatasi lokasi tanah longsor seperti mengevakuasi, membersihkan area bencana, dan mendirikan posko untuk masyarakat/korban bencana. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi banjir di area persawahan adalah dengan
memfasilitasi pompa air kepada petani agar dapat mengurangi tinggi genangan air dengan cara menyedot dan membuang ke aliran sungai. Banjir yang melanda perumahan warga di atasi dengan melakukan evakuasi menggunakan perahu karet, mendirikan posko pengungsian, memberikan logistik serta pelayanan kesehatan untuk korban banjir. Untuk mencegah terjadinya banjir pihak pemerintah melakukan perbaikan drainase saat air sudah surut.
(28)
3.1 Tataguna Lahan
Tataguna lahan atau land use merupakan pengaturan/suatu upaya perencanaan penggunaan lahan yang memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya untuk pembagian wilayah terhadap fungsi-fungsi tertentu. Perencanaan tataguna lahan pada suatu wilayah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, kemudian dalam cakupan kabupaten disebut sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten atau RTRWK.
3.1.1 Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK)
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) tutupan lahan dibedakan menjadi empat yaitu tutupan lahan vegetasi, tutupan lahan area terbangun, tutupan lahan tanah terbuka, dan tutupan lahan badan air. Sedangkan berdasarkan nama kawasan dibedakan menjadi dua yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya.
BAB III
ANALISIS PRESSURRE, STATE, DAN RESPONSE(29)
1. Kawasan Lindung
Gambar 3.1 Peta Kawasan Lindung Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
Kawasan lindung yaitu wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung dibagi menjadi lima kawasan yaitu kawasan lindung terhadap kawasan dibawahnya; kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka margasatwa; kawasan rawan bencana; dan kawasan lindung geologi.
a.) Kawasan Lindung Terhadap Kawasan Bawahnya
Kawasan lindung terhadap kawasan bawahnya dibagi menjadi dua yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air. Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 – 2032, dilihat dari tutupan lahannya, luas kawasan lindung Kabupaten Kulon Progo terhadap kawasan dibawahnya sebesar 16.834,710 hektar, dengan luas hutan lindung 278,577 hektar dan kawasan resapan air 16.556,133 hektar.
(30)
Rencana Pengendalian fungsi kawasan lindung berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo dengan strategi sebagai berikut:
a. melaksanakan pengawasan dan pemantauan kawasan konservasi dan hutan lindung;
b. mengembangkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;
c. memulihkan fungsi kawasan lindung;
d. mengoptimalkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air serta aspek sosial ekonomi;
e. melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; dan f. mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami.
Kawasan hutan lindung berada di seluruh kawasan hutan negara dengan luas 278,577 hektar, meliputi:
a. Desa Hargowilis Kecamatan Kokap; dan
b. Desa Karangsari dan Desa Sendangsari berada di Kecamatan Pengasih. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa kawasan resapan air 16.556,133 hektar, meliputi:
a. Tempat cekungan air tanah pada daerah tubuh Pegunungan Menoreh; b. Hutan konservasi di Desa Hargowilis Kecamatan Kokap; dan
c. Waduk Sermo di Kecamatan Kokap dan Bendung Sapon di Kecamatan Lendah.
b.) Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Perlindungan Setempat adalah kawasan yang memberi perlindungan kepada tempatnya sendiri. Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Kulon Progo meliputi kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar waduk dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan. Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan Sekitar Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk yang mempunyai manfaat penting
(31)
untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk. Luas kawasan perlindungan setempat yaitu 2.903,081 hektar dengan kawasan sempadan pantai 513,508 hektar, kawasan sempadan sungai 2.047,732 hektar, dan kawasan sekitar danau atau waduk 341,841 hektar.
Rencana pengembangan daerah pantai menurut RTRW Kabupaten Kulon Progo yaitu meningkatkan dan mendayaguna kawasan pantai yang bersinergi dengan kelestarian ekosistem dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kawasan pertanian, pariwisata, pertambangan, industri bahari serta perdagangan dan jasa;
b. memulihkan kawasan yang semula kawasan penambangan; c. memanfaatkan energi ramah lingkungan;
d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung; dan e. melestarikan ekosistem pantai.
Kawasan sempadan pantai berada di sepanjang Pantai Samudera Hindia dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, meliputi:
a. Kecamatan Temon; b. Kecamatan Wates; c. Kecamatan Panjatan; dan d. Kecamatan Galur.
Adapun dalam bidang pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi daerah sempadan pantai ditetapkan sebagai kawasan strategis, meliputi: a. Kawasan pertambangan pasir besi di wilayah pantai yaitu Kecamatan
Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Galur. b. Kawasan pembangkit listrik tenaga angin dan gelombang laut di pantai
selatan.
Kemudian dalam bidang pengembangan pesisir dan pengelolaan hasil laut difokuskan pada Pantai Trisik, Pantai Karangwuni, Pantai Glagah, dan Pantai Congot. Saat ini daerah pantai juga dikembangkan untuk kawasan hutan mangrove yang berada di dua lokasi yaitu Jangkaran Kecamatan Temon dan Banaran Kecamatan Galur. Berikut luasan tutupan mangrove yang ada di Kabupaten Kulon Progo:
(32)
Tabel 3.1 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Lokasi Luas Lokasi (Ha)
Persentase tutupan (%)
Kerapatan (pohon/Ha)
1. Jangkaran, Temon 12 80 200
2. Banaran, Galur 3 15 5
Total 15 95 205
Sumber : Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Kulon Progo, 2016
Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi, seperti tempat budidaya ikan dan habitat air payau, mengurangi abrasi air laut, dan melindungi dari bencana tsunami. Fungsi lain dari hutan mangrove sebagai objek wisata yang dapat memberikan nilai ekonomis untuk masyarakat setempat maupun pemerintah. Keindahan hutan mangrove dapat dijadikan tempat rekresi alam untuk wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Gambar 3.2 Hutan Mangrove Wana Tirta, Pasir Mendit, Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo
Kawasan sempadan sungai sebagaimana meliputi Sungai Progo, Sungai Serang, dan Sungai Bogowonto serta anak-anak sungainya dengan luas kurang lebih 2047,732 hektar. Kawasan sekitar waduk berada di daratan sepanjang tepian Waduk Sermo di sebagian Kecamatan Kokap dengan luas 341,841 hektar. RTH kawasan perkotaan ditetapkan dengan luas kurang lebih 2.023 hektar atau paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas keseluruhan kawasan perkotaan berada di seluruh ibukota kecamatan, meliputi : Perkotaan Wates; Perkotaan Temon; Perkotaan Panjatan; Perkotaan Brosot; Perkotaan Lendah; Perkotaan Kokap; Perkotaan Sentolo; Perkotaan Girimulyo; Perkotaan Nanggulan; Perkotaan Samigaluh; dan Perkotaan Kalibawang.
(33)
c.) Kawasan Suaka Alam
Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang memiliki ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan keutuhan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam terbagi menjadi dua, yaitu kawasan Suaka Margasatwa dan kawasan Cagar Alam. Kawasan Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai kekhasan/keunikan keanekaragaman satwa liar, dalam kelangsungan suaka margasatwa memerlukan upaya perlindungan dan pembinaan terhadap populasi dan habitatnya. Selain kawasan Suaka Margasatwa Kabupaten Kulon Progo juga memiliki Kawasan Cagar Budaya. Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Luas suaka alam sebesar 994.801 hektar yang di dalamnya terdapat suaka margasatwa. Kawasan suaka margasatwa berada di Desa Hargowilis Kecamatan Kokap.
Kawasan suaka alam di Kabupaten Kulon Progo dalam pelestarian alamnya meliputi:
a. taman wisata alam tracking dan hashing berada di Kali Biru Desa Hargowilis Kecamatan Kokap, Gunung Kelir, dan Tamanan Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo;
b. taman wisata alam tracking, hashing, layang gantung, panorama, dan agrowisata teh berada di Suroloyo Pegunungan Menoreh Kecamatan Samigaluh; dan
c. pemandian alam, di Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih; dan Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Kulon Progo, meliputi:
a. Makam Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan Kalibawang; b. Kawasan Sendangsono berada di Kecamatan Kalibawang;
c. Gereja Santa Maria Lourdes Promasan berada di Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang;
(34)
d. Puncak Perbukitan Suroloyo berada di Kecamatan Samigaluh; e. Gua alam Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo;
f. Makam keluarga Paku Alam Girigondo berada di Kecamatan Temon; g. Jembatan Duwet berada di Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang; h. Perumahan pabrik gula Sewu Galur berada di Desa Karangsewu
Kecamatan Galur;
i. Rumah TB. Simatupang berada di Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh; j. Rumah H. Djamal berada di Desa Sentolo Kecamatan Sentolo.
d.) Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Kawasan rawan bencana terdiri dari Kawasan Rawan Tanah Longsor, Kawasan Rawan Gelombang Pasang, dan Kawasan Rawan Banjir. Luas kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Kulon Progo adalah 8.001 hektar dan Kawasan Rawan Banjir sebesar 1.764,495 hektar. Kawasan rawan bencana yang ada pada RTRW Kabupaten Kulon Progo adalah kawasan rawan bencana yang terdiri atas:
a. kawasan rawan banjir;
b. kawasan rawan bahaya kekeringan; dan c. kawasan rawan bencana angin topan.
Kawasan rawan banjir ada di wilayah bagian Selatan – Timur, meliputi Kecamatan Temon; Kecamatan Wates; Kecamatan Panjatan; Kecamatan Galur; dan Kecamatan Lendah. Kawasan rawan bahaya kekeringan dan kawasan rawan angin topan berada di seluruh kecamatan.
e.) Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi di Kabupaten Kulon Progo, meliputi: a. kawasan sekitar mata air;
b. kawasan rawan bencana alam geologi; dan c. cekungan air tanah.
(35)
Kawasan sekitar mata air meliputi sumber mata air Clereng dan Tuk Mudal Anjir berada di Kecamatan Pengasih; Tuk Mudal dan Tuk Gua Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo; Tuk Grembul berada di Kecamatan Kalibawang; dan Tuk Gua Upas dan mata air Sekepyar berada di Kecamatan Samigaluh; dan Kayangan berada di Kecamatan Girimulyo.
Kawasan rawan bencana alam geologi terdiri atas kawasan rawan letusan gunung berapi; kawasan rawan gempa bumi; kawasan rawan gerakan tanah; dan kawasan rawan tsunami. Kawasan rawan letusan gunung berapi berada di seluruh kecamatan. Kawasan rawan gempa bumi berada di seluruh kecamatan. Kawasan rawan gerakan tanah berada di deretan Perbukitan Menoreh, meliputi Kecamatan Kokap; Kecamatan Sentolo; Kecamatan Pengasih; Kecamatan Nanggulan; Kecamatan Girimulyo; Kecamatan Kalibawang; dan Kecamatan Samigaluh. Kawasan rawan tsunami, meliputi Kecamatan Temon; Kecamatan Wates; Kecamatan Panjatan; dan Kecamatan Galur. Cekungan air tanah berupa cekungan air tanah Wates di Kecamatan Wates.
2. Kawasan Budidaya
Gambar 3.3 Peta Kawasan Budidaya Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
(36)
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya di Kabupaten Kulon Progo, terdiri atas:
a.) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032, Arahan peruntukan Hutan Produksi adalah hutan produksi terbatas yang berada di Desa Hargomulyo dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap dengan luas 601,6 hektar dan ditetapkan sebagai kawasan penyangga.
b.) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Arahan peruntukan Hutan Rakyat pada Kabupaten Kulon Progo berdasarkan rencana pola ruang tahun 2012-2032 meliputi:
Tabel 3.2 Luas Hutan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo
No Nama Kecamatan Luas (Ha)
1. Wates 184
2. Galur 291
3. Nanggulan 435
4. Lendah 572
5. Panjatan 651
6. Temon 794,25
7. Sentolo 937
8. Pengasih 1.389
9. Kalibawang 1.855,37
10. Girimulyo 3.095,5
11. Samigaluh 3.675
12. Kokap 4.247
Sumber: Lembar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032, 2016
c.) Kawasan Peruntukan Pertanian
Arahan penetapan kawasan pertanian berdasarkan rencana pola ruang Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 terdiri dari beberapa macam kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, dan kawasan agropolitan. Penetapan kawasan pertanian tanaman pangan terdiri atas kawasan peruntukan pertanian lahan basah dengan luas kurang lebih 10.622 hektar meliputi semua kecamatan di Kabupaten Kulon Progo kecuali Kecamatan Kokap serta kawasan peruntukan pertanian lahan kering dengan luas kurang
(37)
lebih 29.328 hektar tersebar di seluruh kecamatan. Penetapan kawasan peruntukan pertanian holtikultura tersebar di seluruh kecamatan.
Kawasan peruntukan perkebunan terdiri atas komoditas kakao, kopi, kelapa, cengkeh, tembakau, nilam, lada, teh, gebang, dan jambu mete. Komoditas kakau diarahkan pada Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Pengasih, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas kopi diarahkan pada Kecamatan Pengasih, Kokap, Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas kelapa diarahkan pada seluruh kecamatan; Komoditas cengkeh diarahkan pada Kecamatan Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas tembakau diarahkan pada Kecamatan Sentolo dan Pengasih; Komoditas nilam diarahkan pada Kecamatan Giimulyo dan Samigaluh; Komoditas lada diarahkan pada Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas teh diarahkan pada Kecamatan Girimulyo dan Kecamatan Samigaluh; Komoditas gebang diarahkan pada Kecamatan Sentolo, Pengasih dan Nanggulan; Komoditas jambu mete diarahkan pada Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Sentolo dan Nanggulan.
Penetapan kawasan peruntukan peternakan terdiri atas Peternakan besar dengan komoditas sapi, kuda dan kerbau, Peternakan kecil dengan komoditas kambing, domba, babi dan kelinci, Peternakan unggas dengan komoditas ayam, itik, dan puyuh. Semua jenis peternakan tersebar di seluruh kecamatan.
Pengembangan kawasan agropolitan, terdiri atas pengembangan kawasan agropolitan Kalibawang dengan desa pusat pengembangan berada di Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang serta pengembangan kawasan agropolitan Temon dengan desa pusat pengembangan berada di Desa Jangkaran Kecamatan Temon.
d.) Kawasan Peruntukan Perikanan
Arahan penetapan kawasan perikanan berdasarkan rencana pola ruang Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 adalah kawasan peruntukan perikanan tangkap, kawasan peruntukan perikanan budidaya, kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Kawasan peruntukan perikanan tangkap berada di wilayah pantai sepanjang 24,9 kilometer sampai
(38)
dengan 4 mil laut ke Samudera Hindia, meliputi Kecamatan Wates, Panjatan dan Galur. Kawasan peruntukan perikanan budidaya meliputi budidaya perikanan darat tersebar di seluruh kecamatan dan budidaya perikanan air payau, meliputi Kecamatan Temon, Wates, dan Galur. Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan meliputi industri pengolahan tepung ikan di Desa Glagah Kecamatan Temon, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan pasar induk perikanan di sekitar Kompleks Perdagangan Gawok Kecamatan Wates. Terdapat 4 TPI di kabupaten Kulon Progo, masing-masing TPI tersebut adalah TPI di pelabuhan pendaratan ikan Tanjung Adikarta Desa Karangwuni Kecamatan Wates, TPI Congot di Desa Jangkaran Kecamatan Temon, TPI Bugel di Kecamatan Panjatan dan TPI Trisik di Desa Banaran Kecamatan Galur.
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan perikanan di Kabupaten Kulon Progo meliputi Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Adikarta di Desa Karangwuni Kecamatan Wates dan sebagian Desa Glagah Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 83 (delapan puluh tiga) hektar serta PPI Bugel, PPI Sindutan, dan PPI Congot berada di Kecamatan Temon. Kawasan Minapolitan dengan luas kurang lebih 7.160 (tujuh ribu seratus enam puluh) hektar, meliputi pusat perikanan budidaya dan tangkap di Kecamatan Wates dan pusat perikanan budidaya di Kecamatan Nanggulan.
e.) Kawasan Peruntukan Pertambangan
Terdapat tiga jenis kawasan peruntukan pertambangan berdasarkan Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032. Ketiga jenis kawasan peruntukan pertambangan tersebut adalah kawasan peruntukan pertambangan mineral, kawasan peruntukan pertambangan batubara, dan kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas bumi. Kawasan peruntukan pertambangan mineral terdiri atas mineral logam serta mineral bukan logam dan batuan.
Mineral logam meliputi mineral logam emas, barit, dan galena di Kecamatan Kokap yang berada di Desa Kalirejo, Hargotirto, Hargowilis, Hargorejo dan Hargomulyo, mineral logam mangan yang berada di Desa Kalirejo, Desa Hargowilis, dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap; Desa
(39)
Jatimulyo, Desa Giripurwo, Desa Pendoworejo, dan Desa Purwosari berada di Kecamatan Girimulyo; Desa Karangsari, Desa Sendangsari, Desa Sidomulyo, dan Desa Pengasih berada di Kecamatan Pengasih; Desa Banyuroto dan Desa Donomulyo berada di Kecamatan Nanggulan; Desa Purwoharjo, Desa Sidoharjo, Desa Gerbosari, Desa Pagerharjo, Desa Ngargosari, Desa Pagerharjo, Desa Banjarsari, dan Desa Kebonharjo berada di Kecamatan Samigaluh; dan Desa Banjararum, Desa Banjarasri, dan Desa Banjaroyo berada di Kecamatan Kalibawang serta mineral logam pasir besi yang berada di Desa Jangkaran, Desa Sindutan, Desa Palihan, dan Desa Glagah Kecamatan Temon; Desa Karangwuni Kecamatan Wates; Desa Garongan, Desa Pleret, dan Desa Bugel berada di Kecamatan Panjatan; dan Desa Karangsewu, Desa Banaran, Desa Nomporejo, dan Desa Kranggan berada di Kecamatan Galur.
Mineral bukan logam dan batuan terdiri atas pasir kuarsa, phospat, gipsum, kaolin/tanah liat, batu gamping, trass, marmer, batu setengah mulia dan fosil kayu, andesit, bentonit, pasir dan batu, serta tanah urug.
Kawasan peruntukan pertambangan batubara meliputi Desa Kembang dan Desa Banyuroto berada di Kecamatan Nanggulan dan Desa Pendoworejo Kecamatan Girimulyo. Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas bumi meliputi seluruh kecamatan.
f.) Kawasan Peruntukan Industri
Arahan penetapan kawasan peruntukan industri dalam Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032 terdiri atas industri besar dan industri kecil. Industri besar meliputi Kawasan Industri Sentolo dengan luas kurang lebih 4.796 (empat ribu tujuh ratus sembilan puluh enam) hektar yang berada di Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Lendah, Kawasan Industri Temon di Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 500 (lima ratus) hektar, dan Kawasan peruntukan industri berada di Kecamatan Nanggulan. Industri kecil dan mikro tersebar di seluruh kecamatan, meliputi industri pengolahan pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri logam dan jasa, dan industri kerajinan.
(40)
g.) Kawasan Peruntukan Pariwisata
Berdasarkan Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032, arahan kawasan peruntukan pariwisata Kabupaten Kulon Progo meliputi kawasan peruntukan pariwisata alam, kawasan peruntukan pariwisata budaya, dan kawasan peruntukan pariwisata buatan. Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi Pantai Glagah berada di Kecamatan Temon, Pantai Trisik berada di Kecamatan Galur, Pantai Congot berada di Kecamatan Temon, Pantai Bugel berada di Kecamatan Panjatan, Puncak Suroloyo berada di Kecamatan Samigaluh, Goa Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo, Gunung Kuncir berada di Kecamatan Samigaluh, Gunung Kelir berada di Kecamatan Girimulyo, Goa Sumitro berada di Kecamatan Girimulyo, Goa Sriti berada di Kecamatan Samigaluh, Goa Lanang Wedok berada di Kecamatan Pengasih, Goa Kebon berada di Kecamatan Panjatan, Gunung Lanang berada di Kecamatan Temon, Goa Banyu Sumurup di Kecamatan Samigaluh, dan Arung Jeram di Sungai Progo. Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi Makam Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan Kalibawang, Goa Maria Sendangsono berada di Kecamatan Kalibawang, Monumen Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan Wates, Makam Keluarga Pakualaman Girigondo berada di Kecamatan Temon, Petilasan Linggo Manik berada di Kecamatan Samigaluh, Petilasan Ki Jaragil berada di Kecamatan Samigaluh, Makam Pangeran Aris Langu berada di Kecamatan Kalibawang, Makam Kyai Krapyak berada di Kecamatan Kalibawang, Petilasan Demang Abang berada di Kecamatan Kalibawang, dan Makam Kyai Paku Jati berada di Kecamatan Pengasih. Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi Waduk Sermo berada di Kecamatan Kokap, Pemandian Clereng berada di Kecamatan Pengasih, Taman Wisata Ancol berada di Kecamatan Kalibawang, Jembatan Bantar berada di Kecamatan Sentolo, Jembatan Duwet berada di Kecamatan Kalibawang, wisata agro meliputi Kecamatan Temon, Galur, Panjatan, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh, wisata desa kerajinan, meliputi Kecamatan Galur, Lendah, Nanggulan, Kalibawang dan Sentolo.
(41)
h.) Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan Permukiman dibagi dua yakni Kawasan peruntukan permukiman perkotaan dan Kawasan peruntukan permukiman perdesaan. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi Perkotaan Temon, Panjatan, Brosot, Lendah, Sentolo, Kokap, Nanggulan, Girimulyo, Kalibawang, Dekso dan Samigaluh. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan meliputi Desa Glagah Kecamatan Temon, Desa Panjatan Kecamatan Panjatan, Desa Brosot dan Desa Tirtorahayu berada di Kecamatan Galur, Desa Sentolo Kecamatan Sentolo, Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap, Desa Jatisarono Kecamatan Nanggulan, Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo, Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang dan Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh.
Pemanfaatan kawasan peruntukan permukiman berada di seluruh kecamatan, terdiri atas pengembangan permukiman swadaya, kawasan permukiman siap bangun, permukiman baru. Pengembangan permukiman khusus, terdiri atas permukiman nelayan berada di Kecamatan Wates, permukiman transmigrasi lokal berada di Kecamatan Panjatan dan Galur. i.) Kawasan Peruntukan Lainnya
Arahan penetapan kawasan peruntukan lainnya dalam Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah kawasan peruntukan perdagangan dan jasa serta kawasan pertahanan dan keamanan. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi Kecamatan Temon, Wates dan Sentolo. Kawasan pertahanan dan keamanan meliputi Satuan Radar Militer berada di Desa Jangkaran Kecamatan Temon, Detasemen 2 Satuan Brigade Mobil Daerah Istimewa Yogyakarta berada di Kecamatan Sentolo, Markas polisi perairan (pos polisi laut) berada di Desa Glagah Kecamatan Temon, Pos TNI Angkatan Laut berada di Desa Karangwuni Kecamatan Wates, Markas Komando Distrik Militer berada di Desa Triharjo Kecamatan Wates, Markas Komando Rayon Militer tersebar di seluruh kecamatan, Markas Kepolisian Resor berada di Desa Kedungsari Kecamatan Pengasih, Markas Kepolisian Sektor tersebar di seluruh kecamatan, dan Lapangan tembak Sentolo berada di Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo.
(42)
3.1.2 Usaha Pemanfaatan Lahan
Menurut penggunaan lahan utama, lahan terdiri dari non pertanian, sawah, lahan kering, perkebunan, hutan, dan badan air. Adapun di Kabupaten Kulon Progo penggunaan lahan utama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Luas Wilayah Menurut PenggunaanLahan Utama Tahun 2016
No. Kecamatan
Luas Lahan (Ha) Non
Pertanian Sawah
Lahan
Kering Perkebunan Hutan
Badan
Air Total
1. Temon 929 1.065 1.211 0 50 0 3.255
2. Wates 659 710 965 0 5 0 2.339
3. Panjatan 470 1.045 2.077 0 651 0 4.243
4. Galur 1.134 1.169 844 0 50 0 3.197
5. Lendah 602 658 126 0 50 0 1.436
6. Sentolo 1.663 1.166 694 0 740 0 4.263
7. Pengasih 653 1.399 627 0 770 0 3.449
8. Kokap 3.688 76 614 0 1.754 0 6.132
9. Girimulyo 638 536 2.221 545 1.210 0 5.150
10. Nanggulan 213 1.600 1.317 0 25 0 3.155
11. Samigaluh 1.339 741 2.517 45 492 0 5.134
12. Kalibawang 594 947 2.358 0 350 0 4.249
Total 12.582 11.112 15.571 590 6.147 0 46.002
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016
Luas penggunaan lahan utama di Kabupaten Kulon Progo terbesar yaitu untuk non pertanian. Luasan terbesar di Kecamatan Kokap dan luasan terkecil di Kecamatan Nanggulan. Sebaliknya pada penggunaan lahan sawah Kecamatan Kokap memiliki luasan terkecil, sedangkan luasan terbesar di Kecamatan Nanggulan. Selanjutnya pada lahan kering dengan luasan terbesar berasa di Kecamatan Samigaluh, Kalibawang dan Girimulyo. Penggunaan lahan perkebunan terbesar yaitu di Kecamatan Girimulyo yaitu berupa perkebunan teh. Penggunaan lahan hutan ada di semua kecamatan, namun luasan terbesar di Kecamatan Kokap dan Girimulyo. Secara terperinci fungsi dan status hutan di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut ini:
(43)
Tabel 3.4 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Tahun 2016
No. Fungsi Hutan Luas (Ha)
A. Berdasarkan Fungsi Hutan
1. Hutan Produksi 601,5
2. Hutan Lindung 249,40
3. Taman Nasional 0
4. Taman Wisata Alam 0
5. Taman Buru 0
6. Cagar Alam 0
7. Suaka Margasatwa 181,5
8. Taman Hutan Raya 0
B. Berdasarkan Status Hutan
1. Hutan Negara (Kawasan Hutan) 0
2. Hutan Hak/Hutan Rakyat 22.308
3. Hutan Kota 9,3
5. Taman Hutan Raya 0
6. Taman Keanekaragaman Hayati 0
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016
Berdasarkan fungsinya, hutan di Kabupaten Kulon Progo terdiri dari hutan produksi, hutan lindung, dan suaka margasatwa dengan luasan terbesar berupa hutan produksi seluas 601,5 hektar. Hutan berdasarkan statusnya dibagi menjadi dua, yaitu hutan hak/hutan rakyat dan hutan kota. Luas hutan rakyat adalah 22.308 hektar dan hutan kota seluas 9,3 hektar.
Perubahan penggunaan lahan mencerminkan laju pembangunan suatu daerah. Di Kabupaten Kulon Progo, perubahan penggunaan lahan terbesar yaitu lahan pertanian menjadi lahan permukiman. Luas perubahan penggunaan lahan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Sumber Perubahan Lama (2015) Baru (2016)
1. Pemukiman 9.951 9.980,71 −
2. Industri 0 0 −
3. Perkebunan 590 590 −
4. Pertambangan 139,65 103,4205 −
5. Sawah 10.354 10.366 −
6. Pertanian Lahan
Kering 15.652 15.571 −
7. Perikanan 177,94 132,6 Pengembangan bandara internasional Daerah Istimewa Yogyakarta
8. Lainnya 0 0 −
Sumber : Data dari berbagai sumber, 2016
Keterangan : Luas pertambangan berdasarkan UKL-UPL : nol (0) berarti tidak terdapat data
(44)
Selain permukiman (29,71 hektar), pengembangan bandara juga mempengaruhi adanya perubahan lahan. Pada tabel diatas disebutkan bahwa ada perubahan lahan dari perikanan menjadi bandara kurang lebih 45,34 hektar. Luas lahan perkebunan tidak mengalami perubahan. Lahan sawah dan pertanian lahan kering juga tidak mengalami perubahan secara signifikan. Berdasarkan dokumen UKL-UPL terjadi penurunan luas lahan pertambangan sebesar 36,2295 hektar, hal ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan pertambangan yang tidak mendasarkan pada aspek lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus pada bidang pertambangan.
Jenis pemanfaatan lahan di Kabupaten Kulon Progo meliputi empat bidang, yaitu tambang, perkebunan, pertanian, dan pemanfaatan hutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Jenis Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Keterangan
1. Tambang 134,1205 -
2. Perkebunan 590 -
3. Pertanian 34.933 -
4. Pemanfaatan Hutan 6.147 -
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016
Kegiatan pertambangan dilakukan oleh sembilan perusahaan yang memiliki izin, dengan skala menengah. Luas areal penambangan yaitu 134,1205 hektar. Adapun nama-nama perusahaan yang mengelola hasil tambang sebagai berikut:
(45)
Tabel 3.7 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun 2016
No. Jenis Bahan Galian Nama Perusahaan Luas Ijin Usaha Penambangan (Ha) Luas Areal (Ha) Produksi (Ton/ Tahun) 1. Pertambangan dan pengolahan batu andesit
PT. Jago Jaya
Cemerlang 19 19,4 135.000
2. Pertambangan dan pengolahan batu andesit PT. Bumi Kalimasada Pertambangan
29,77 29,77 61.979
3. Penambangan sirtu
PT.Gunung Sejahtera Temom
9,5 9,8 90.000
4. Pengolahan/pemu rnian batu andesit
CV. Putra
Diafan 0,3605 0,3605 72.000
5.
Pertambangan dan pengolahan batu andesit
PT. Agung Baru
Cemerlang 30 30 300.000
6. Penambangan
tanah urug CV. Cahaya 5 5 40.560
7.
Penambangan dan pengolahan pasir dan batu
PT. Pasir Alam
Sejahtera 4,8 4,8 90.000
8.
Penambangan pasir dan batu sungai progo
CV. Bedjoe
Oetomo 4,99 4,99 4.500
9.
Penambangan dan pengolahan batuan andesit
CV. Handika
Karya 30 30 84.000
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016
Pertambangan terbesar di Kabupaten Kulon Progo yaitu pertambangan andesit yang dikelola oleh lima perusahaan dengan memproduksi 652.979 ton pertahun. Kemudian disusul dengan pertambangan pasir dan batu, serta sirtu.
Komoditas perkebunan di Kabupaten Kulon Progo meliputi cengkeh, kakao, tebu, kelapa, dan kopi. Pada tahun 2016 produksi masing-masing komoditas adalah 5.235 kwintal, 11.649 kwintal, 350.583 kwintal, 317.081 kwintal, dan 4.164 kwintal. Pada sektor pertanian khususnya sub sektor hortikultura komoditas utama yaitu cabe besar, bawang merah, dan melon dengan produksi mencapai 190.248 kwintal, 38.515 kwintal, dan 180.888 kwintal. Pengelolaan hutan rakyat dilakukan oleh masyarakat melalui penanaman berbagai jenis kayu, seperti jati, mahoni, sonokeling, akasia, sengon, dan rimba lain. Produksi kayu secara keseluruhan pada tahun 2016 mencapai 48.440 m3. Dalam hal ini penebangan kayu masih
(1)
Tabel 52 : Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten : Kulon Progo
Tahun Data : 2016
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.135,30 1.255,67 1.373,63 1.442,66 1.579,97 a. Pertanian, Peternakan, Perburuan
dan Jasa Pertanian 884,90 997,97 1.101,15 1.150,87 1.257,93 i. Tanaman Pangan 269,98 292,98 295,97 299,78 350,21 ii. Tanaman Hortikultura 227,12 279,26 339,15 335,24 361,09 iii. Tanaman Perkebunan 116,43 128,76 142,45 156,70 155,20
iv. Peternakan 251,04 275,01 300,35 332,45 363,69
v. Jasa Pertanian dan Perburuan 20,33 21,96 23,22 26,70 27,74 b. Kehutanan dan Penebangan
Kayu 198,62 196,04 202,14 212,59 233,68
c. Perikanan 51,78 61,67 70,34 79,20 88,36
2. Pertambangan dan Penggalian 88,65 93,04 98,94 101,82 109,89
3. Industri Pengolahan 708,16 692,12 780,59 870,62 918,05
4. Pengadaan Listrik dan Gas 4,41 4,39 4,19 4,29 4,47
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 7,98 8,34 9,01 10,01 10,52
6. Konstruksi 462,25 509,53 561,70 597,70 651,78
7. Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 702,92 788,52 843,41 913,41 993,19 8. Transportasi dan Pergudangan 496,00 510,23 547,29 593,00 636,39 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 193,24 214,34 242,86 267,89 296,72
10. Informasi dan Komunikasi 305,49 323,84 342,99 364,48 382,52 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 140,57 161,62 205,58 228,91 255,82
12. Real Estate 186,57 199,34 213,83 233,58 256,04
13. Jasa Perusahaan 16,90 17,73 18,11 20,30 22,11
14 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 422,24 483,95 548,40 615,52 684,13
15. Jasa Pendidikan 330,04 344,81 369,07 409,07 461,61
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 78,05 86,28 92,25 100,50 112,61
17. Jasa lainnya 221,48 222,82 237,74 260,50 286,47
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO 5.500,25 5.916,57 6.489,59 7.034,26 7.662,30
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO TANPA MIGAS 5.500,25 5.916,57 6.489,59 7.034,26 7.662,30
Keterangan : Format menggunakan 17 kategori dengan perhitungan tahun dasar 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2016
(2)
Tabel 53 : Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten : Kulon Progo
Tahun Data : 2016
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1. Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 1.047,68 1.104,31 1.131,36 1.120,17 1.143,12
a. Pertanian, Peternakan,
Perburuan dan Jasa Pertanian 806,98 867,22 890,44 873,91 889,58 i. Tanaman Pangan 241,14 254,68 256,06 257,61 267,89 ii. Tanaman Hortikultura 207,06 241,04 256,33 226,65 227,59 iii. Tanaman Perkebunan 106,42 108,03 113,51 114,27 109,85
iv. Peternakan 233,01 243,66 244,47 253,61 261,91
v. Jasa Pertanian dan Perburuan 19,35 19,81 20,08 21,77 22,33 b. Kehutanan dan Penebangan
Kayu 193,20 185,15 185,73 188,68 193,14
c. Perikanan 47,50 51,94 55,19 57,57 60,40
2. Pertambangan dan Penggalian 83,10 86,18 90,14 91,49 91,99 3. Industri Pengolahan 676,19 648,52 696,31 754,50 776,91
4. Pengadaan Listrik dan Gas 4,87 5,37 5,71 5,84 5,83
5. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,83 8,15 8,24 8,34 8,52
6. Konstruksi 439,16 464,30 483,86 508,86 531,26
7. Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 660,92 718,88 757,22 796,72 849,66 8. Transportasi dan Pergudangan 482,03 486,87 502,39 512,69 531,19 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 185,32 194,96 209,36 219,37 231,15
10. Informasi dan Komunikasi 307,49 331,73 352,12 378,09 398,65 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 133,00 139,06 157,99 175,75 189,97
12. Real Estate 182,50 194,17 202,87 213,56 226,91
13. Jasa Perusahaan 16,96 17,62 18,33 19,56 20,89
14.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
407,38 438,67 461,08 488,81 513,34
15. Jasa Pendidikan 318,98 339,60 353,04 378,04 405,42
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 73,71 79,98 84,99 91,00 97,50
17. Jasa lainnya 219,01 216,79 226,65 240,00 259,24
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO 5.246,15 5.475,15 5.741,66 6.002,79 6.281,57
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO TANPA MIGAS 5.246,15 5.475,15 5.741,66 6.002,79 6.281,57
Keterangan : Format menggunakan 17 kategori dengan perhitungan tahun dasar 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2016
(3)
Tambahan Tabel
Tabel 54 : Data Bank Sampah, KSM dan KPSM di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Kabupaten : Kulon Progo
Tahun Data : 2016
No Nama Dusun Desa
1 Ngudi resik Mejing Banjararum
2 Bumi Arum Lestari Sayangan
3 Arum Berseri Kagongan
4 Kuncup Asri Kepiton Banjarasri
5 Banjar Lestari banjaran Banjaroya
6 Uwuh Harjo Ngrajun Banjarharjo
7 Resik manfaat Tulangan 34/14 Ngargosari
8 Pulung sari Tegalsari
9 Lestari Pucung
10 rejeki Nguntukuntuk
11 sumber rejeki Ngaran III Banjarsari
12 Sido Asri Pengos Gerbosari
13 Legowo Dukuh
14 Tinalah Asri Pagutan Purwoharjo
15 Ngudi resik Kalirejo Lor Pagerharjo
16 Sulur Permai Sulur Sidoharjo
17 Pulung Rejeki Pundak Lor Kembang
18 Rizki Mulia Ngrojo
19 Sekar Sekawan Pundak Tegal
20 Sapu Jagad Donomulyo
21 Pelopor Kebersihan Cepitan Wijimulyo
22 Tanjung berkah Tanjunggunung tanjungharjo
23 Sadidu 29 Wonosidi Lor RW 29 Wates
24 Maju Sehati Wonosidi Lor RW 30,
31
25 Mekar Melati Durungan RT 45 RW 21 Mawar Mekar Durungan RT 45 RW 21
26 Flamboyan Sebokarang RT 86 RW
38
27 Migunani Kedungdowo RW 24
28 42 Sehat Gadingan
29 Berkah kuncen RT 05 RW 03 Bendungan
30 Sehat Sideman Giripeni
31 Berkah Conegaran Triharjo
32 Teratai Putih Graulan RT 03 RW 02
33 Melati Kembang margosari
34 Skansa /PIK R - KKPL SMKN 1 Pengasih Pengasih
(4)
36 Barokah RT 24/11 Sidomulyo
37 Gemah Ripah RT 23/11 Nabin
38 Widodaren Parakan
39 Kompak Kutogiri
40 Obika Karangasem
41 Bakung Asri Cemetuk Kedungsari
42 Hijau Daun Klegen Sendangsari
43 Mugi Makmur Garang Tawangsari
44 Ngudi Resik Kopok Kulon
45 Uwuh Mulyo Segajih Hargotirto
46 Berkah Tirto
47 Sido Mulyo Sambeng Hargorejo
48 Sarwo Guno Selo timur
49 Alam Lestari Ngaseman
50 Ngudi Rejeki Tegalrejo Hargowilis
51 Ngudi Makmur Bibis
52 Giri Uwuh Klepu
53 Bina Sejahtera Depok XI Depok
54 Mekar Mandiri Depok VIII
55 Guyub Rukun Depok IV
56 Mbangun Lestari Kanoman III Kanoman
57 Suka Maju Tayuban I Tayuban
58 Migunani Bangeran 35/16 Bumirejo
59 Mapan Bonosoro 40/18
60 Ngugemi Kepek Jatirejo
61 Resik Geden RT 40 Sidorejo
62 uwuh Berkah Tubin RT 36
63 Wijaya Kusuma Karangwuluh Kidul Karangwuluh
64 Sekar Mandiri Plumbon Plumbon
65 Asri Lestari Salam 3
66 QT.A Panginan Sindutan
67 Mestiti Nagung Kedundang
68 Melati 2 Kledekan Jangkaran
69 Bunda Mandiri Banyunganti Kidul Kaliagung
70 Limbah Mulya Ngrandu
71 Harapan Makmur Banyunganti Lor
72 Tambah Rejeki Gedangan Sentolo
73 Dadi Migunani Gedangan
74 Berokah Wora-wari Sukoreno
75 Rahayu Banggan
76 Utama Jonggrangan Jatimulyo
77 Pemuda Jonggrangan RT 95
78 Wanita Jonggrangan RT 96
(5)
80 Mekar Asri Sukomoyo Rt 10
81 Sekar Arum Kujon Lor Kranggan
DATA KSM
1 KSM Sampurna Asih Tobanan Pengasih
2 KSM Melati Beji Wates
3 KSM Asri Mulyo Bendungan Bendungan
4 KSM Amrih Resik Ngestiharjo
5 KSM Sampah Rejo
Mulyo Triharjo
6 KSM Giri Sehat Giripeni
7 KSM Asri Sentolo Sentolo
8 KSM Kranggan Sehat Kranggan
DATA KPSM
1 KPSM Sapu Jagad Kriyanan Wates
2 KPSM Kreatif Mandiri Driyan
3 KPSM Sumber Waras Beji RT 08/04 4 KPSM Ngudi Makmur Beji, RT 07/04
5 KPSM Berhias Wetan Pasar Ramelan
6 KPSM Jembatan Putih Wonosidi Kidul
7 KPSM Beringin Ringinardi Karangsari
8 KPSM Menara Jogahan Temon Wetan
9 KPSM Ngrojo Ngrojo Kembang
10 KPSM Perintis Ped. I Panjatan Panjatan
11 KPSM Ijo Resik Ped III. Panjatan
12 KPSM Galuh Asri Jetis Gerbosari
13 KPSM Makmur I Wahyuharjo
(6)