Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

81 pada pengadaan rambu-rambu lalu lintas dan slogan-slogan tentang tata tertib. Sekolah juga memberikan sarana atau fasilitas bagi siswa yang memiliki kendaraan dan telah mencukupi usia untuk mengendarai kendaraan bermotor dengan mengadakan SIM massal. Hal ini merupakan sebuah fasilitas sekolah yang memiliki tujuan untuk memudahkan siswa untuk mendapatkan SIM dan juga sebagai bagian dari adanya implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di sekolah. 4 Kewenangan George C. Eward III menegaskan bahwa kewenangan yang cukup untuk membuat keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan kebijakan Joko Widodo, 2012: 103. Bentuk-bentuk Kewenangan yang dimiliki oleh sekolah dalam mengimplementasikan kebijakan pendidikan meliputi kewenangan dalam pengelolaan dana yang diberikan oleh pihak Dinas Pendidikan dan Astra Honda Motor, dana tersebut dikelola oleh sekolah sebagai pelaksana kebijakan untuk kegiatan sosialisasi, optimalisasi kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan. Selain itu sekolah juga memiliki kewenangan dalam mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas dalam proses belajar mengajar, salah satunya adalah mengenai pembuatan perangkat pembelajaran silabus dan RPP. 82 c. Disposisi 1 Respon terhadap kebijakan Respon terhadap implementasi kebijakan cukup baik hal ini dikarenakan sekolah telah terbiasa dengan kegiatan ketertiban. Selain itu peran sekolah dalam merespon implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas juga diwujudkan dengan memberikan kebijakan kepada siswa kelas 1 atau siswa yang belum memiliki SIM untuk tidak membawa kendaraan bermotor ke sekolah. Hal tersebut dalam pelaksanaannya juga direspon oleh kelas 1 dengan baik karena kenyataan di lapangan banyak siswa kelas 1 tidak membawa kendaraan bermotor kelingkungan sekolah. 2 Pengetahuan cognition Pengetahuan atau pemahaman terhadap kebijakan pendidikan etika lalu lintas juga cukup baik, hal ini dikarenakan sebagian besar guru telah mengerti tentang konsep kebijakan tersebut. Selain itu adanya petunjuk teknis serta fasilitas yang disediakan oleh Dinas Pendidikan yang berupa workshop sosialisasi pembuatan perangkat pembelajaran. d. Struktur Birokrasi 1 Standar Prosedur Operasi Standar prosedur operasi implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta dilaksanakan mengacu 83 pada pedoman yang dibuat oleh Dinas Pendidikan kota Yogyakarta yang bekerjasama dengan Astra Honda Motor. 2 Fregmentasi Persebaran tanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta memerlukan koordinasi. Koordinasi dilakukan sekolah dengan menjalin kerjasama dengan pihak yang memiliki kewenangan, pihak-pihak tersebut adalah Dinas Pendidikan, Astra Honda Motor dan pihak kepolisian. koordinasi dilakukan sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan kebijakan pendidikan etika lalu lintas. 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan, sebagai berikut : 1. Implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta dilaksanakan melalui pengintegrasian kedalam mata pelajaran, budaya sekolah dan pengembangan diri. Pengintegrasian pendidikan etika lalu lintas dalam mata pelajaran, dilakukan dengan cara memasukkan etika lalu lintas ke dalam silabus dan RPP yang relevan dengan materi. Pendidikan etika lalu lintas ke dalam budaya sekolah dilakukan melalui kegiatan rutin, keteladanan dan pengkondisian. Sedangkan dalam pengembang diri dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah atau PKS, PMR, dan Pramuka. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta a. Komunikasi Komunikasi dalam implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta berjalan dengan baik. Faktor ini meliputi dimensi transmisi yang mana proses penyaluran komunikasi terhadap pelaksana kebijakan atau guru dilakukan melalui sosialisasi pada saat rapat guru, ketika upacara dan dengan mengirimkan perwakilan guru melalui workshop sosialisasi pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas. Penyaluran komunikasi juga disampaikan guru sebagai pelaksana 85 kebijakan kepada siswa sebagai sasaran kebijakan melalui kegiatan belajar di kelas, upacara bendera, dan ketika masa orentasi siswa. Kejelasan komunikasi yang selama ini diterima oleh guru sebagai pelaksana kebijakan pendidikan etika lalu lintas sudah cukup baik, sebab guru dilibatkan langsung dalam pembuatan prangkat pembelajaran melalui workshop, selain itu peran Dinas Pendidikan sebagai fasilitator dalam pelaksanaannya memberikan manfaat dalam memahami pelaksanaan kebijakan. b. Sumber daya Sumber daya yang terdiri atas sumber daya manusia tidak begitu menjadi hambatan karena dari segi jumlah telah mencukupi selain itu sekolah juga membuat tim pelaksana pendidikan etika lalu lintas yang terdiri atas beberapa guru, dan dari segi kualitas semua guru telah memenuhi standar kompetensi guru yaitu semua guru sudah sarjana. Sumber daya anggaran masih minim, karena sekolah masih mengandalkan bantuan dana dari Dinas Pendidikan serta sekolah belum menganggarkan kedalam APBS. sehingga hal tersebut mengakibatkan pengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan pendidikan etika lalu lintas. Sumber daya fasilitas atau Sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas, masih sebatas pada pengadaan rambu-rambu lalu lintas dan slogan-slogan tentang tata tertib berlalu lintas. Sarana atau fasilitas dari sekolah kepada siswa yang belum 86 memiliki surat ijin mengemudi diberikan melalui SIM massal oleh sekolah. Sekolah mendapatkan kewenangan dari Dinas Pendidikan untuk mengelola dana yang diberikan, selain itu sekolah juga memiliki kewenangan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran silabus dan RPP dengan tetap mengacu pada pedoman dari Dinas Pendidikan. c. Disposisi Sikap dari pelaksana maupun sasaran kebijakan pendidikan etika lalu lintas cukup baik. Hal ini karena sekolah telah membangun dan menekankan kedisiplinan selain itu, para pelaksana kebijakan atau guru telah mengerti tentang konsep kebijakan pendidikan etika lalu lintas melalui petunjuk teknis dari Dinas Pendidikan melalui workshop. d. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi mencakup standar prosedur operasi atau SOP dan fregmentasi. SOP yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta mengacu pada pedoman yang telah dibuat oleh Dinas Pendidikan kota Yogyakarta. Selain itu koordinasi dalam pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas dilakukan dengan berbagai pihak yaitu Dinas Pendidikan kota Yogyakarta, Astra Honda Motor dan kepolisian.

B. Saran

1. Bagi Dinas Pendidikan untuk selalu memberikan dukungan dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas. 87 2. Bagi Sekolah, agar selalu memberikan pengawasan dalam pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas. 88 DAFTAR PUSTAKA Achmad Faris. 2011. Harapan Transportasi Hijau dari Yogyakarta. Diakses dari http:farismind.wordpress.com . Pada tanggal 04 Desember 2013, Jam 15.00 WIB. Arif Rohman. 2009. Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama. Budi Winarno. 2005. Teori Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo. . 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo. Dani Prabowo. 2013. Setiap hari, 69 tewas di jalan. Diakses dari http:www.kompas.com, pada tanggal 06 April 2013, Jam 13.00 WIB. H.A.R. Tilaar Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan, Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joko Widodo. 2012. Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia. Lexy J. Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Rivisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yoyakarta Nomor. 54 Tahun 2011. Pendidikan Etika Berlalu Lintas Pada Satuan Pendidikan. Yogyakarta. Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan Yang Unggul. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar. . 2012. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Rizki Maulana. 2012. Angka Kecelakaan Masih Tinggi, Kultur Masyarakat Harus Diubah. Diakses dari http:news.detik.com, pada tanggal 06 April 2013, Jam 11.00 WIB Solahuddin, Kusumanegara. 2010. Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Gava Media.