Implementasi Kebijakan Pendidikan Etika lalu lintas di SMA Negeri 5

79 menghendaki agar kebijakan dapat ditransmisikan kepada para pelaksana, target grup, dan pihak lain yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan dapat diterima dengan jelas, sehingga diantara mereka mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran serta substansi dari kebijakan tersebut. Joko Widodo, 2012: 97.

b. Sumber Daya

1 Sumber Daya Manusia George C. Edward III menegaskan Sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah staff yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas dan pekerjaan Joko Widodo, 2012: 99. Sejalan dengan pendapat tersebut, sumber daya manusia di SMA Negeri 5 Yogyakarta sebagai pelaksana kebijakan dalam hal ini adalah guru berjumlah 52 orang. Dari jumlah tersebut untuk mendukung implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas, pihak sekolah membentuk sebuah tim pelaksana kebijakan etika lalu lintas yang beranggotakan 7 orang guru, yang mana mereka memiliki tanggung jawab dalam segala permasalahan implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di sekolah. Selain itu kualitas sumber daya manusia juga mempengaruhi implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas. Kualitas sumber daya manusia atau guru sebagian besar tingkat pendidikannya adalah sarjana dan sesuai 80 dengan keahlian yang mereka miliki sehingga hal tersebut dapat mengoptimalkan implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di sekolah. 2 Sumber Daya Anggaran Anggaran menjadi hal yang penting dalam implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di SMA Negeri 5 Yogyakarta. George C. Edward III menyatakan bahwa sumber dana diperlukan untuk membiayai operasional pelaksanaan kebijakan Joko Widodo, 2012: 100. Sejalan dengan pendapat tersebut sumber daya anggaran SMA Negeri 5 Yogyakarta diperoleh atau bersumber dari Dinas Pendidikan dan Astra Honda Motor. Selain sekolah, setiap MGMP juga mendapatkan dana untuk menunjang operasional kebijakan. Kendala sumber dana terjadi dikarenakan sekolah belum menganggarkan implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas kedalam APBS, untuk saat ini sekolah masih mengandalkan bantuan dari Dinas Pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan teori George E. Edward III yang meyebutkan bahwa terbatasnya sumber daya anggaran akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan Joko Widodo, 2012: 101. 3 Sumber Daya Peralatan facility Sarana prasarana atau fasilitas yang ada di sekolah dalam mendukung pelaksanaan pendidikan etika lalu lintas masih sebatas 81 pada pengadaan rambu-rambu lalu lintas dan slogan-slogan tentang tata tertib. Sekolah juga memberikan sarana atau fasilitas bagi siswa yang memiliki kendaraan dan telah mencukupi usia untuk mengendarai kendaraan bermotor dengan mengadakan SIM massal. Hal ini merupakan sebuah fasilitas sekolah yang memiliki tujuan untuk memudahkan siswa untuk mendapatkan SIM dan juga sebagai bagian dari adanya implementasi kebijakan pendidikan etika lalu lintas di sekolah. 4 Kewenangan George C. Eward III menegaskan bahwa kewenangan yang cukup untuk membuat keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan kebijakan Joko Widodo, 2012: 103. Bentuk-bentuk Kewenangan yang dimiliki oleh sekolah dalam mengimplementasikan kebijakan pendidikan meliputi kewenangan dalam pengelolaan dana yang diberikan oleh pihak Dinas Pendidikan dan Astra Honda Motor, dana tersebut dikelola oleh sekolah sebagai pelaksana kebijakan untuk kegiatan sosialisasi, optimalisasi kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan. Selain itu sekolah juga memiliki kewenangan dalam mengintegrasikan pendidikan etika lalu lintas dalam proses belajar mengajar, salah satunya adalah mengenai pembuatan perangkat pembelajaran silabus dan RPP.