3 Tanaman Perkebunan dan Tanaman Lainnya

DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 46 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN 4 nilai ekspor hasil perikanan mencapai Rp 16,1 triliun pada tahun 2002, dengan volume sebesar 0,51 juta ton. Indonesia memberi share terhadap pasar dunia sebesar l3,5. Pasar domestik cukup kuat, dari produksi 4,6 juta ton per tahun yang dipasarkan dalam negeri adalah 4 juta ton, dan ini sebagian besar dipasok oleh pelaku usaha tradisional yang memiliki keistimewaan struktur landing yang tersebar dan pasar yang terpencar sehingga secara ekonomi sulit disaingi oleh usaha-usaha besar. Konsumsi per kapita penduduk Indonesia baru 19,04 kgkapitatahun. Dengan target 22 kgkapitatahun saja, pasar domestik masih memerlukan tambahan pasok lebih dari 0,5 juta tontahun. Dengan demikian pasar domestik masih sangat menjanjikan. Pangsa pasar hasil perikanan indonesia yang telah dicapai menunjukkan perkembangan yang signifikan. Sebagai negara maritim Indonesia memiliki beberapa produk unggulan untuk perikanan, diantaranya adalah : udang tunacakalangtongkol rumput laut mutiara ikan hias

b.3 Tanaman Perkebunan dan Tanaman Lainnya

Pembangunan perkebunan dan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan yang strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam peningkatan PDB, penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan arahan dan amanat Garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1999–2004, Pembangunan Pertanian diarahkan kepada mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis kepada keragaman sumber bahan pangan, kelembagaan dan DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 47 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN budaya lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau, dengan memperhatikan pendapatan petani dan nelayan serta peningkatan produksi yang diatur dengan peraturan perundangan-undangan. Sejalan dengan rumusan GBHN tersebut diatas maka arah pembangunan pertanian jangka panjang adalah pengembangan sistim dan usaha-usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Pada jangka menengah pembangunan pertanian diarahkan untuk menciptakan landasan yang kokoh bagi pembangunan sistim agribisnis melalui pengembangan hubungan yang sinergi antar sub sistem agribisnis. Dalam jangka pendek, pembangunan perkebunan dan pertanian diarahkan untuk memberikan konstribusi dalam upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional. Sub Sektor Perkebunan, memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian terutama dalam penghasil devisa, penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto. Devisa yang dihasilkan dari sektor pertanian tahun 2004 sebesar 4.859 juta dolar Amerika, dan kontribusi dari sub sektor perkebunan sebesar 7.784 juta dollar Amerika 160,19. Sedangkan data penyerapan tenaga kerja tahun 2004 menunjukkan bahwa dari 41,3 juta angkatan kerja pertanian, sebesar 18,6 juta 45 bekerja di sub sektor perkebunan sektor perkebunan rakyat merupakan salah satu sektor yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dalam menunjang strategi pemberdayaan ekonomi rakyat. Adanya sentra perkebunan akan memudahkan pemantauan terhadap keberadaan pelaku usaha yang ada pada sentra tersebut untuk meningkatkan performance baik secara kinerja keuangan, pemasaran dan aspek produksi. Pada sektor perkebunan ini dapat dilihat bagaimana prospek komoditas perkebunan. Adapun komodiatas perkebunan terdiri dari : DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 48 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Kelapa Sawit Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan. Prospek pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan permintaan minyak nabati dalam negeri dan dunia, namun terkait juga dengan perkembangan sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rape seed dan bunga matahari. Gambaran tentang pangsa produksi dan konsumsi minyak nabati dunia dapat diikuti pada Tabel 5.6 berikut ini. Tabel 5.6 Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia 01 234546 7889:788; 788:=7 =9:=; =;:=7= +,-.012345461+78 .,793,5:8 ;3,4+0,7=47+43,4+ ;47,22?0?-,4 ;47,2, ?3??0 ;47,22?-, , ;47,2-,477, +,-731=345461+78 .,793,5:8 ;47,22?0?-,4 ;47,23,4+5.8 ;47,2 ;47,26179,=,+,+,4 ,,477,5-?7438 Minyak kapas, m. kacang tanah, m. bunga matahari, m. sesame, m. jagung, m. olive, m. jarak, dan m. rape seed Sumber : Diolah dari Oil World Dari tabel 5.6 diatas terlihat bahwa mulai periode 1998-2001 produksi minyak nabati dunia lebih kecil dari konsumsi minyak nabati dunia sehingga diperkirakan harga minyak nabati akan meningkat. Jika ditinjau DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 49 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN untuk masing-masing komoditas diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan konsumsi yang cukup tinggi terjadi terutama pada tiga jenis minyak nabati, yaitu minyak kedelai, minyak kelapa sawit dan rape seed. Namun demikian mulai periode 2003-2007 pangsa konsumsi minyak kelapa sawit mengungguli pangsa konsumsi minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak rape seed. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga tahun 2020. Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup kompetitif dibanding minyak nabati lainnya, karena : a Produktivitas per-hektar cukup tinggi; b Merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat; dan c Ditinjau dari aspek gizi, minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol, bahkan mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A. Karet Pertumbuhan konsumsi karet alam dunia pada tahun 2000 menunjukkan trend yang melambat, demikian pula untuk tahun 2001 dan 2002. Pergerakan konsumsi karet alam di negara-negara konsumen utama bervariasi. Pada tahun 2000 di Amerika Serikat dan Inggris mengalami pertumbuhan negatif, masing-masing sebesar 1,3 dan 0,8 per bulan. Sementara itu, konsumsi di Jerman dan Jepang pada tahun yang sama meningkat sebesar 2,9 dan 5,5 per bulan. Sedangkan pertumbuhan konsumsi di Perancis mengalami penurunan sebesar 2,9 per bulan. Pertumbuhan konsumsi dunia tahun 2000 sebesar 0,2 per bulan, Pertumbuhan produksi akan menurun dari 2,35 pada periode 1990– 2000 dan diperkirakan menjadi 0,9 pada periode 2000-2020. Sedangkan pertumbuhan konsumsipermintaan karet akan meningkat dari 2,0 pada periode 1990-2000 dan diprediksi akan menjadi 2,5 pada periode 2000-2020. Kelapa Kebutuhan kelapa setiap tahunnya meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Apabila pada tahun 1992 konsumsi DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 50 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN kelapa setara kopra didalam negeri setara kopra di dalam negeri sebesar 1,782 juta ton maka pada tahun 1996 konsumsi naik sekitar 7,36 persen atau menjadi 1,913 juta ton. Diperkirakan kebutuhan ini akan terus meningkat pada masa yang akan datang mengingat pola hidup masyarakat pada masa yang akan datang tidak dapat dilepaskan dari kelapa dan hasil olahannya. Komoditas kelapa merupakan bahan baku untuk menghasilkan berbagai macam produk penting, seperti minyak kelapa, tepung kelapa, karbon aktif, gula kelapa, dan lain-lain. Pabrik pengolahan kelapa tersebut banyak yang beroperasi di bawah kapasitas, bahkan ada yang terancam gulung tikar yang dikarenakan tidak kontinyunya pasokan bahan baku dan harga yang cenderung berfluktuatif. Menurut perkiraan bahwa jumlah penduduk dunia pada tahun 2010 adalah sekitar 6,4 milyar dan tentunya kebutuhan kelapa dan bahan olahanya juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi dunia terhadap minyak kelapa, bungkil dan tepung kelapa dalam kurun waktu 5 tahun 1992 – 1996 yang mengalami peningkatan. Konsumsi minyak kelapa naik 1,31 persen dari 2,9 juta ton pada tahun 1992 menjadi 3,9 juta ton pada tahun 1996, bungkil naik dari 1,71 juta ton menjadi 1,8 juta ton 2,14 dan tepung kelapa dari 166,5 ribu ton menjadi 172,7 ribu ton 1,22; Kopi Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Coffee Organization ICO, menunjukkan bahwa produksi kopi dunia selama tahun 1998 sampai dengan 2001mengalami peningkatan cukup signifikan dan melampaui tingkat konsumsi dunia. Kondisi seperti ini menyebabkan kelebihan pasokan over supply lebih dari 40 dari kebutuhan pasar. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah produksi kopi Brazil stabil pada tingkat yang tinggi; terjadinya peningkatan produksi kopi yang tajam di Vietnam; peningkatan produksi pada beberapa produsen utama seperti Meksiko, India, Guatemala, Pantai Gading dan Ethiopia, serta stabilnya tingkat produksi kopi di Indonesia dan Kolumbia. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 51 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Kakao Kakao Indonesia mempunyai peranan yang besar dalam perkakaoan dunia. Pada tahun 2000, Indonesia merupakan negara produsen utama ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana, yaitu dengan peranan produksi sekitar 13,9. Sedankan bila dilihat dari ekspor dunia, ekspor kakao Indonesia mempunyai peranan ke dua setelah Ivory Coast, yaitu dengan peranan ekspor sekitar 15,1. Gambaran pangsa ekspor dan produksi kakao Indonesia tahun 2000 dapat diikuti pada tabel 5.7 berikut ini. Tabel 5.7 Gambaran pangsa ekspor dan produksi kakao .01234 .23 ? 434 06 46 4 ? 434 06 46 4 ,3+ ,3+ 0+,7, 707?34, 707?34, 149?4, 149?4, .21,0 3,44- ,=?7 ,=?7 ;,-,34, ,,477, ,,477, 4 91=+, 7, -8, 7, Sumber : Direktorat Industri Tekstil,Depperindag Kalau dibandingkan dengan kondisi tahun 1993, peranan kakao Indonesia di pasar dunia mengalami peningkatan. Dari aspek produksi, peranan kakao meningkat dari 10,6 menjadi 13,9 pada tahun 2000. Sedangkan dari aspek ekspor, peranan kakao Indonesia meningkat dari 12,3 menjadi 15,1. Teh Pada dasarnya, produk yang berbasis teh mempunyai spektrum industri yang sangat luas yang mencakup teh untuk minuman yang meliputi teh kemasan packet tea, tea bag, instant tea, flavoured tea, teh wangi teh melati, decafeinated tea, dan aneka minuman siap saji ready to drink tea antara lain teh botol, teh kotak tetrapack tea, canning tea, fermented tea, fruit tea, ice tea, tea cola, dan foamy tea. Teh untuk bahan campuran makanan antara lain dalam bentuk tea- candies, tea-noodles, tea biscuits, tea-cake, tea-rice, tea-porridge, tea- DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 52 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN ice-cream, dietary food dan teh untuk keperluan industri pewarna makanan dan pengawet makanan alami. Teh untuk industri farmasi antara lain dalam bentuk teh jamu, food supplement, cafein, catechin anti kanker, tea flavin, tea rubigin, vitamin B,C,E dan fluoride. Di Indonesia jenis minuman teh yang populer sehingga mampu mengalahkan pangsa pasar dari carbonated drink adalah teh botol. Saat ini pangsa pasar teh botol mencapai 28 dari total pasar minuman di Indonesia, sementara pangsa pasar carbonated drink adalah 27. Pangsa pasar terbesar masih dikuasai oleh air minum mineral dalam kemasan 42. Produsen sekaligus eksportir teh dunia didominasi oleh lima negara yaitu Sri Langka, Kenya, India, China dan Indonesia. Pangsa produksi kelima negara tersebut terhadap total produksi dunia pada tahun 1998 mencapai 76,5, sedangkan pangsa ekspornya mencapai 80,3. Urutan pangsa produksi mulai dari yang terbesar adalah India 29,4, China 22,4, Kenya 9,9, Sri Langka 9,5, dan Indonesia 5,6. Karena jumlah pada pola konsumsi di kelima negara tersebut berbeda, urutan pangsa ekspor menjadi sebagai berikut : Sri Lanka 21,0, Kenya 20,8, China 17,2, India 16 dan Indonesia 5,3. Lada Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai produsen utama lada dunia yang diusahakan secara tradisional. Kontribusi lada Indonesia terhadap produksi lada dunia pada tahun 2000 sekitar 30,49. Ini merupakan kontribusi yang tertinggi dibandingkan produksi dari 8 negara produsen lainnya di dunia. Demikian pula halnya untuk ekspor, kontribusi ekspor lada Indonesia terhadap dunia pada tahun 2000 sekitar 36,96 yang merupakan pangsa ekspor terbesar dibandingkan negara produsen lainnya. Perkembangan harga lada di Pasar Dunia cenderung berfluktuatif. Untuk lada hitam, pada tahhun 1991 mencapai harga 243,16 Sin 100 kg dan tahun 1998 meningkat menjadi 1.183 Sin 100 kg. Sedangkan untuk lada putih, pada tahun 1991 mencapai harga 236,78 Sin 100 kg meningkat menjadi 863,70 Sin 100 kg pada tahun 1998. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 53 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Perkembangan harga lada tersebut erat pula kaitannya dengan sifat produk lada itu sendiri, dengan kata lain terdapat kecenderungan kenaikan harga lada tidak dapat diikuti oleh kenaikan produksi. Sampai saat ini masih belum ditemui adanya produk bahan substitusi, dan hasilnya dapat disimpan. Hal ini tentunya merupakan peluang yang sangat baik bagi negara-negara produsen yang mempunyai potensi perluasan areal. Oleh karenanya dapatlah dikatakan bahwa masa depan perladaan dunia cukup cerah. Bagi Indonesia, prospek pengembangan lada masih cukup besar peluangnya mengingat beberapa hal antara lain : Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai produsen utama lada dunia yang diusahakan secara tradisional. Kontribusi lada Indonesia terhadap kebutuhan lada dunia berkisar antara 23 – 36. Daya saing komoditas lada Indonesia cukup tinggi. Potensi pasar tradisional dalam negeri cukup besar yaitu dengan semakin berkembangnya usaha makanan yang menggunakan bumbu dari lada serta minat masyarakat mulai berubah menyukai lada sebagai rempah untuk penyedap masakan. Konsumsi dunia cenderung meningkat sejalan dengan isu food savety terhadap bahan syntetis lain dan tuntutan akan keamanan lada sebagai bahan rempah untuk pangan semakin menonjol terutama di negara-negara maju. Areal yang potensial untuk pengembangan lada tersedia cukup luas. Diversifikasi produk melalui pengembangan produk hilir, seperti: tepung lada, minyak lada dan lada segar dalam kalengan, Lada Indonesia memiliki keunggulan dalam hal spesifik rasa yang tidak dimiliki oleh negara lain. Pengembangan lada menyerap tenaga kerja cukup besar, dimana untuk mengembangkan tanaman secara intensif satu KK petani hanya mampu untuk 750 pohon atau 0,5 ha. Pengembangan lada dapat dilakukan pada wilayah-wilayah terpencil, sehingga berperan sebagai pemerataan pembangunan wilayah. Pengembangan tanaman lada mempunyai potensi untuk dikembangkan bersama-sama dengan tanaman keras lain atau DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 54 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN dengan tanaman keras untuk penghijauan. Mengikutsertakan lada dalam usaha penghijauan tersebut akan lebih mempunyai arti penting dalam rangka perbaikan ekonomi petani yang berada di daerah kritis, oleh karena masalah utama daerah tersebut tidak hanya kritis dari segi fisik tetapi juga kritis dari segi ekonomi. Industri Tekstil dan Tekstil Jadi kecuali Pakaian Industri tekstil nasional telah memiliki struktur yang kuat, yang ditunjukkan oleh lengkapnya sektor-sektor yang dimiliki mulai dari industri pemintalan hingga industri pakaian jadi. Iklim investasi yang kondusif, tenaga kerja melimpah dan permintaan tekstil yang terus meningkat telah mempercepat peningkatan jumlah perusahaan tekstil di Indonesia. Pada waktu ini terdapat 2.580 perusahaan tekstil skala besar dan menengah, dengan rincian seperti pada tabel 5.8 berikut ini : Tabel 5.8 Jumlah perusahaan tekstil yang berkembang di Indonesia No. Cabang Industri Jumlah perusahaan 1 Serat buatan 27 2 Pemintalan 195 3 PertenunanPerajutan 1.031 4 Pakaian jadi dan barang jadi tekstil lain 1.327 Sumber : Direktorat Industri Tekstil,Depperindag Ekspor tekstil dan produk tekstil menduduki peringkat pertama dalam jajaran ekspor semua komoditas non-migas. Pada tahun 1994 ekspor tekstil dan pakaian jadi sebesar US. 5,65 milyar dan tahun 1998 telah meningkat menjadi US 7,32 Milyar atau terjadi peningkatan rata-rata 6,80 . Nilai ekspor tahun 1999 mencapai US .672.262.000. Dari nilai ekspor non migas pada tahun 2001 sebesar US.43,41 milyar, 17 – 18 atau sekitar US. 7,68 milyar berasal dari tekstil dan produk tekstil TPT yang berupa serta, benang, kain, pakaian jadi dan lain-lain. Namun demikian, industri tekstil dan produk tekstil TPT sangat tergantung dari DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 55 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN serta kapas impor, hal ini disebabkan ketersediaan kapas yang di produksi dalam negeri baru memenuhi sekitar 0,38 1.600 – 2.500 ton dari kebutuhan bahan baku industri tekstil dan produk tekstil TPT yaitu sekitar 570.000 ton kapas. Setiap tahun cadangan devisa yang digunakan untuk impor kapas sekitar US. 600 – 750 juta, bahka pernah mencapai US . 1 milyar pada tahun 1996. Industri tekstil merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia selain perkebunan dan sentra kayu, kebutuhan masyarakat dunia akan tekstil merupakan salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan di masa yang akan datang. Pola sentra tekstil di Indonesia masih sangat tradisional. Kebanyakan masih dilakukan secara manual sehingga penetapan harga masih sangat tinggi, akan tetapi hal tersebut bisa juga dilakukan jika orientasi pengembangan usaha difokuskan pada sasaran kalangan tertentu. Industri Roti, Biskuit, Mie, Makaroni, Lainnya Industri makanan merupakan salah satu sektor bisnis yang relatif menguntungkan. Hal ini disebabkan pada tingkat perolehan keuntungan yang relatif besar. Pola yang tergambar dari sentra makanan adalah masih terpola pada makanan khas masing masing daerah. Ada beberapa kelemahan yang dapat dilihat pada industri pada sentra makanan yaitu pelaku usaha masih sangat lemah di packing, sehingga kemasan yang ditampilkan kurang menarik. Industri Pakaian Jadi dan Barang Rajutan Industri pakaian jadi merupakan salah satu produk industri sandang yang tumbuh pesat seiring dengan permintaan pasar yang meningkat. Perubahan selera konsumen yang begitu cepat telah membuat industri pakaian jadi di Jawa Tengah melakukan penyesuaian-penyesuaian sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas seperti kemeja, celana panjang jean maupun casual, baju hangat, pakaian anak-anak, celana pendek, jaket, seragam sekolah, dan lain-lain dalam berbagai bentuk, ukuran, dan model. Sebagian pangsa pasar produk ini adalah konsumen perkotaan di Indonesia, namun beberapa sentra dan industri menengah telah mampu menembus pasar ekspor khususnya untuk DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 56 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN produk sarung tangan, kemeja, baju hangat, pakaian anak-anak, dan jaket. Unggas dan Lain-lainnya Sektor unggas yang berkembang di Indonesia lebih difokuskan pada ayam ras pedaging. Ada juga unggas lain seperti itik, yang juga mewarnai pola bisnis yang terbentuk pada sentra unggas. Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Komunitas usaha di sentra unggas merupakan salah satu sektor yang menguntungkan karena sektor tersebut memenuhi kebutuhan protein masyarakat Indonesia, akan tetapi ada faktor eksternal yang sampai saat ini sangat berpengaruh terhadap kinerja sektor unggas yaitu adanya wabah flu burung yang mengganggu kinerja dari sentra unggas. Peternakan Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah PAD. Berkembangnya sentra peternakan menimbulkan multiplier efek terhadap berkembangnya industri penyamakan kulit. Sentra tersebut menjadi salah satu keunggulan industri yang menyerap ratusan hingga ribuan tenaga kerja lokal. usaha peternakan sudah berjalan lama di Indonesia, akan tetapi pada umumnya masih dalam bentuk usaha sampingan yang bersifat tradisional. Dengan kata lain, pembangunan peternakan Indonesia masih DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 57 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN berbasiskan peternakan rakyat, terutama berskala usaha kecil dan menengah. Kenyataan ini dapat dilihat dari kebiasaan para petani di desa-desa dalam memelihara ternak dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan, pelaku ekonomi atau masyarakat yang menjadikan usaha peternakan sebagai pencaharian utama jumlahnya belum banyak dan tingkat produksinya juga masih relatif kecil. Para peternak tersebut masih terbentur pada berbagai tantangan dan kendala dalam mengembangkan usahanya. Tantangan tersebut antara lain keterbatasan modal, skala usaha belum ekonomis, produktivitas rendah, teknologi belum dilaksanakan secara terpadu, dan lemahnya daya saing berhadapan dengan produk-produk impor. Selain masalah daya saing juga dibahas bagaimana bentuk penawaran dan permintaan sub-sektor peternakan, tingkat perkembangan investasi dan peranan sub-sektor peternakan dalam perkonomian Indonesia. Pasar yang potensial untuk hasil peternakan adalah kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan wilayah Botabek. Sampai saat ini jumlah produksi tersebut masih belum memenuhi permintaan untuk pasar lokal sekalipun, sehingga masih perlu tambahan produksi dari daerah lain. Disamping itu, untuk memenuhi kebutuhan daging secara nasional, negara kita masih harus impor. Kebutuhan hasil peternakan terutama sapi potong adalah 14.470 ekortahun. Sebesar 85 12.300 ekor disuplai dari Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan eks impor, dan 15 2.170 ekor disuplai dari ternak lokal asal Tasikmalaya. Produk ikutan dalam usaha penggemukan sapi diluar daging adalah kulit. Permintaan kulit sebagai bahan baku aneka kerjainan dan bahan asesoris pakaian memiliki kecenderungan yang terus meningkat. Ada beberapa pengrajin kulit di Garut misalnya, terpaksa gulung tikar karena kesulitan memperoleh kulit sebagai bahan baku usahanya. Perikanan Darat dan Hasil Perairan Darat Salah satu sektor yang cukup besar berperan menggiatkan perdagangan dan meningkatkan pendapatan penduduk adalah sentra perikanan darat. Salah satu sentra perikanan darat yang berkembang yaitu di propinsi Jawa Timur. Sentra tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap PAD dan penyerapan tenaga kerja. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 58 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Industri Barang-Barang dari Tanah Liat Sentra tanah liat yang merupakan salah satu sentra yang berkembang merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa Negara. Salah satu bentuk dari perkembangan sentra tersebut adalah berdirinya perusahaan genteng, gelas atau keramik. Selain meningkatkan nilai tambah bahan baku, kehadiran industri semacam itu akan mendorong perekonomian setempat. 5.1.7.2 S TRATEGI MENGATASI PERSAINGAN Strategi mengatasi persaingan merupakan salah satu indikator penting. Untuk mengetahui bagaimana pelaku bisnis pada sentra bisnis UKM mengatasi persaingan dapat dilihat pada tabel 5.9 dan tabel 5.10 berikut ini. Tabel 5.9 Strategi mengatasi persaingan sentra bisnis UKM pada 10 sektor pasca Tabel 5.10 Strategi mengatasi persaingan sentra bisnis UKM pada 10 sektor on going Sumber : Data Diolah DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 59 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Data pada tabel 5.9 dan 5.10 menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan oleh pelaku bisnis pada sentra bisnis UKM baik yang pasca maupun on going sudah mengarah pada perbaikan kualitas. Jawaban dari responden sekitar 13 sampai dengan 63 sudah melakukan perbaikan mutu terhadap produk-produk yang dihasilkan. Tapi dari responden juga menggunakan strategi penurunan harga dan responden yang menjawab menggunakan strategi harga murah berkisar antara 10 sampai 43, dan responden yang menurunkan biaya produksi berkisar antara 1 sampai 30 pada 10 sektor. Kecenderungan melakukan penurunan harga dan menurunkan biaya produksi akan menimbulkan ekses negative terhadap konsumen. Konsumen retail memang menginginkan harga yang murah dengan asumsi kualitas nomor 2 sedangkan buyer reseller akan melakukan penekanan harga sebesar-besarnya untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Kedua strategi tersebut sangat tidak menguntungkan dari pelaku bisnis di sentra UKM. 5.1.7.3 K EUANGAN

a. Kemampuan Mendapatkan Modal Jangka Pendek dan Jangka Panjang