V P P Pengkajian Strategis Tahap Lanjut Sentra Bisnis UKM Pasca Dukungan Program Perkuatan

DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 3 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN

5.1.2 V

ISI DAN M ISI K EMENTERIAN K OPERASI DAN UKM Visi pembangunan Kementerian Koperasi dan UKM adalah : Menjadi Lembaga Pemerintah yang kredibel dan efektif untuk mendinamisasi pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian. Misi Kementerian Koperasi dan UKM adalah : Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui perumusan kebijakan nasional; pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; serta peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM secara sistimatis, berkelanjutan dan terintegrasi secara nasional.

5.1.1 A

NALISIS E KSTERNAL +,-,+.

a. Ekonomi

Pada tahun 2005, secara keseluruhan perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanannya dalam menghadapi berbagai tekanan, baik menghadapi kondisi ekonomi global yang kurang menguntungkan maupun tekanan yang timbul pasca tragedi bom Bali. Hal ini tercermin pada stabilitas ekonomi yang semakin mantap dalam tahun 2002. Namun peningkatan stabilitas ekonomi dan kinerja perbankan belum berhasil mempercepat proses pemulihan ekonomi pada tahun 2002. Hal ini terutama terkait dengan pertumbuhan investasi dan ekspor yang kurang menggembirakan. Konsistensi kebijakan moneter dalam mengendalikan berbagai besaran moneter dan kedisiplinan pengelolaan kebijakan fiskal serta didukung oleh beberapa kemajuan yang dicapai dalam restrukturisasi ekonomi selama tahun 2002, telah memberikan iklim yang kondusif bagi stabilitas ekonomi. Kestabilan tersebut antara lain tercermin pada tingkat inflasi yang turun cukup tajam dan nilai tukar rupiah yang menguat secara signifikan dengan pergerakan yang stabil. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 4 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Terkendalinya nilai tukar dan laju inflasi dalam tahun 2002 memberikan ruang gerak bagi kebijakan moneter untuk secara bertahap menurunkan suku bunga SBI dalam rangka memberikan sinyal yang positif bagi proses pemulihan ekonomi. Sinyal penurunan suku bunga SBI tersebut diikuti dengan penurunan suku bunga simpanan perbankan secara signifikan, namun belum sepenuhnya diikuti oleh penurunan suku bunga kredit perbankan. Meskipun belum optimal, iklim yang positif melalui penurunan suku bunga ini telah dimanfaatkan oleh perbankan untuk melakukan restrukturisasi kredit, memperkuat struktur permodalan, dan meningkatkan penyaluran kredit, terutama yang berjangka waktu relatif pendek. Di sektor riil, kondisi moneter yang stabil telah memberikan kesempatan kepada dunia usaha untuk melakukan restrukturisasi keuangan secara internal serta membantu masyarakat dalam mempertahankan tingkat konsumsinya. Penurunan suku bunga juga telah mendorong perusahaan yang mempunyai reputasi baik untuk mencari alternatif pembiayaan dari pasar keuangan. Membaiknya stabilitas ekonomi serta berbagai kebijakan perbankan telah mendorong perbaikan kinerja perbankan di tahun 2002. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan dana pihak ketiga, perbaikan kondisi permodalan Capital Adequacy RatioCAR serta peningkatan kualitas aset seperti tercermin dalam penurunan rasio Non Performing Loans NPLs. Dana pihak ketiga meningkat dari Rp 797,4 triliun di tahun 2001 menjadi Rp 835,8 triliun di tahun 2002. Sementara itu, CAR meningkat dari 20,5 menjadi 22,5 dan NPLs mengalami perbaikan dari 12,1 di tahun 2001 menjadi 8,3 pada tahun 2002. Pemulihan fungsi intermediasi perbankan juga masih terus berlangsung. Hal ini tercermin pada peningkatan penyaluran kredit baru, termasuk kredit untuk Usaha Kecil dan Menengah UKM, peningkatan Loan to Deposit Ratio LDR, dan perubahan komposisi aktiva produktif perbankan. Kredit baru meningkat dari Rp 62,3 triliun di tahun 2001 menjadi Rp 93,0 triliun di tahun 2002, termasuk kredit untuk UKM yang mencapai Rp 32,7 triliun atau merupakan 41,1 dari total kredit yang disalurkan. Sementara itu, LDR mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 33,0 menjadi 38,2 pada tahun 2002. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 5 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Sedangkan aktiva produktif mengalami pergeseran dengan porsi kredit meningkat dari 34,8 menjadi 40,1 dan porsi obligasi mengalami penurunan dari 38,5 manjadi 35,2. Berbagai permasalahan internal dan eksternal masih menghambat pemulihan kegiatan investasi dan ekspor. Di sisi internal, masih dijumpai permasalahan struktural antara lain menyangkut masalah ketidakpastian di bidang hukum, regulasi investasi dan perburuhan, otonomi daerah, peran yang tumpang tindih penyatuan, serta faktor keamanan dalam negeri yang belum kondusif. Sementara itu, di sisi eksternal juga terdapat kendala berupa ketidakpastian perekonomian global dan meningkatnya persaingan di Asia dalam menarik investasi asing. Menghadapi tantangan tersebut, dalam rangka terus meningkatkan stabilitas ekonomi dan mendukung pemulihan ekonomi di tahun 2003 dan 2004, pengembangan kebijakan terobosan dan peningkatan efektivitas kebijakan di bidang fiskal, moneter, perbankan, dan kebijakan sektor riil sangat penting. Berikut adalah perkembangan keadaan, permasalahan, dan arah kebijakan di masing-masing bidangsektor. Di bidang fiskal, di tahun 2003, upaya menciptakan kesinambungan fiskal ditempuh dengan mengupayakan penerimaan perpajakan menjadi 13,1 PDB pada tahun 2003. Selanjutnya, mengendalikan belanja negara dengan menurunkan secara bertahap beban subsidi dari 2,4 PDB pada tahun 2002 menjadi 1,3 PDB. Langkah yang lain adalah mempertajam prioritas pengeluaran pembangunan, baik dana yang dikelola pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan rencana tersebut, defisit APBN pada tahun 2003 diharapkan sekitar 1,8 PDB. Pada tahun 2004, masalah yang dihadapi adalah menurunkan lebih lanjut defisit APBN dan stok hutang pemerintah untuk menciptakan kesinambungan fiskal dalam jangka menengah. Untuk menurunkan defisit ditempuh upaya peningkatan penerimaan negara dan pengendalian belanja negara. Permasalahan yang menonjol dalam pengelolaan utang pemerintah, terutama utang dalam negeri, adalah besarnya utang yang jatuh tempo antara tahun 2004 – 2009. Agar tidak DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 6 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN terlalu memberatkan kondisi keuangan negara, berbagai langkah kebijakan ditempuh untuk menyeimbangkan beban pokok utang yang akan jatuh tempo melalui kegiatan pembiayaan kembali refinancing, penjadwalan profil jatuh tempo reprofiling, pembelian kembali buyback, dan program pertukaran untuk memperpanjang rata-rata jatuh tempo portofolio utang pemerintah. Sementara itu, upaya penjualan aset program restrukturisasi perbankan juga akan berakhir pada tahun 2004. Hal ini berarti kemampuan keuangan negara untuk membiayai defisit APBN akan semakin terbatas. Disamping itu, upaya melakukan privatisasi BUMN juga diperkirakan akan mengalami hambatan dengan berkembangnya berbagai permasalahan dalam privatisasi BUMN. Hal lainnya yang juga diperkirakan akan memberatkan kondisi keuangan negara adalah kemungkinan tidak akan diperolehnya rescheduling pinjaman luar negeri pemerintah pada tahun 2004 yang selama ini dilakukan melalui Paris Club. Di samping itu, perlu dirumuskan kesepakatan kebijakan sebagai pengganti dari Letter of Intent LOI yang selama ini dilakukan melalui program IMF. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan pembiayaan defisit financing gap. Di bidang moneter, pada tahun 2002, stabilitas moneter terus meningkat. Nilai tukar rupiah terus menguat hingga rata-rata mencapai Rp 9.316,00 per dolar AS dari rata-rata sebesar Rp 10.255,00 tahun sebelumnya. Disamping itu, pergerakan nilai tukar juga relatif stabil seperti tercermin dari volatilitasnya yang cenderung menurun. Menguatnya nilai tukar rupiah yang didukung oleh stabilitas politik dan keamanan turut membantu mengendalikan harga rata-rata barang dan jasa. Laju inflasi selama tahun 2002 mencapai 10,0, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2001 yang mencapai 12,6. Menurunnya laju inflasi sepanjang tahun 2002 memberi ruang bagi penurunan suku bunga. Secara bertahap suku bunga rata-rata tertimbang SBI 1 dan 3 bulan menurun hingga mencapai 12,9 dan 13,1 pada akhir tahun 2002, lebih rendah dibandingkan akhir tahun sebelumnya yang masing- masing mencapai 17,6. Penurunan suku bunga ini kemudian diikuti oleh penurunan suku bunga deposito. Pada periode yang sama, suku DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 7 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN bunga deposito 1 dan 3 bulan menurun dari 17,62 dan 13,12 menjadi 12,81 dan 13,63 pada akhir tahun 2002. Sementara itu suku bunga kredit modal dan kredit investasi hanya menurun dari 19,2 dan 17,9 menjadi 18,3 dan 17,8 dalam periode yang sama. Meskipun secara keseluruhan stabilitas ekonomi dan moneter pada tahun 2002 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun proses pemulihan ekonomi masih berjalan lambat. Perekonomian Indonesia hanya tumbuh 3,7 lebih rendah dari sasaran yang diinginkan yaitu sekitar 4,0. Tidak tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi tahun 2002 disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, melambatnya proses pemulihan ekonomi dunia sebagai akibat merebaknya kasus keuangan dan auditing di beberapa perusahaan besar di AS serta meningkatnya kekuatiran terhadap pecahnya konflik terbuka di Timur Tengah. Kedua, masih rendahnya kepercayaan masyarakat tercermin dari masih lemahnya minat investasi, lambatnya restrukturisasi utang perusahaan, dan belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan. Dalam tahun 2003 ini, stabilitas ekonomi dan moneter diharapkan terus meningkat. Hingga akhir triwulan I2003, nilai tukar rupiah relatif stabil dan mencapai Rp 8.902,- per dolar AS. Sejalan dengan penguatan nilai tukar rupiah serta lancarnya distribusi barang dan jasa serta terkendalinya jumlah uang beredar maka laju inflasi selama tiga bulan pertama tahun 2003 mencapai 7,12. Walaupun stabilitas ekonomi dan moneter diperkirakan akan terus membaik, namun masih terdapat berbagai tantangan yang dapat mengganggu proses pemulihan ekonomi di tahun 2004 antara lain : i masih rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi akibat dari masih rendahnya minat investasi terutama investasi dalam negeri, lambatnya proses restrukturisasi utang perusahaan; serta belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan, ii meningkatnya ketidakpastian politik dan keamanan menjelang Pemilu 2004 yang selanjutnya dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat dan menganggu proses pemulihan ekonomi. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 8 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya permasalahan tersebut serta untuk tetap memelihara stabilitas ekonomi, langkah–langkah kebijakan yang akan ditempuh selama tahun 2004 adalah : 1 Memelihara stabilitas ekonomi melalui koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang makin baik dan terpadu. Langkah ini ditempuh agar momentum pemulihan ekonomi yang sudah dicapai sampai tahun 2002 ini dan percepatan yang akan didorong tidak terganggu oleh gejolak baru yang dapat membahayakan kepastian usaha pada khususnya dan ketahanan ekonomi pada umumnya; 2 Mengupayakan iklim investasi yang lebih kondusif agar investasi mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yaitu pertumbuhan ekonomi yang mampu memecahkan masalah-masalah sosial mendasar terutama pengangguran dan kemiskinan. Sementara itu, neraca pembayaran pada tahun 2003 diperkirakan akan menunjukkan penurunan surplus dibandingkan tahun sebelumnya menjadi sebesar USD 1,5 miliar. Penurunan surplus neraca pembayaran ini terutama disebabkan oleh penurunan surplus transaksi berjalan. Di sisi neraca perdagangan, ekspor dan impor dalam tahun 2003 diperkirakan akan tumbuh masing-masing sebesar 2,1 persen dan 4,4 persen, sehingga surplus neraca perdagangan diperkirakan menurun sekitar USD 0,3 miliar. Selanjutnya, neraca lalu lintas modal pada tahun 2003 diperkirakan akan sedikit membaik, ditunjukkan dari penurunan defisit dari USD 3,6 miliar menjadi sekitar USD 3,0 miliar. Pada tahun 2004, kemungkinan tidak diperolehnya penjadwalan pembayaran utang luar negeri pemerintah sebagai akibat membaiknya keadaan cadangan devisa dan tidak adanya penarikan dana dari IMF sementara pinjamannya sudah jatuh tempo akibat dihentikannya program IMF, akan mengakibatkan arus modal pemerintah yang keluar lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Oleh karena itu, permasalahan utamanya adalah mengupayakan agar arus modal masuk swasta bersih dapat ditingkatkan. Hal ini akan terkait dengan upaya meningkatkan investasi. Selanjutnya, posisi pinjaman luar negeri pemerintah pada bulan Desember 2002 sebesar USD 74,1 milyar atau DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 9 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN 6,8 lebih besar dari akhir tahun 2001 USD 69,4 milyar. Kenaikan jumlah pinjaman disebabkan disepakatinya sejumlah proyek pembangunan yang baru pada tahun 2001 sehingga kegiatan meluncur carry over pada tahun 2002. Sedangkan utang dalam negeri pada akhir tahun 2002 mencapai Rp 647,64 triliun. Utang luar negeri pemerintah pada tahun 2004 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Selain akan disetujuinya sejumlah proyek baru, pinjaman juga diperlukan untuk menutup financial gap pada tahun yang bersangkutan akibat telah berakhirnya bantuan dari IMF pada bulan November 2003. Dalam bidang pengembangan lembaga keuangan, berbagai kemajuan telah dihasilkan. Pertama, berkaitan dengan fungsinya sebagai intermediasi keuangan, perbankan telah menunjukkan kemajuan. Pada akhir tahun 2002, penyaluran kredit perbankan telah meningkat sebesar 18,8 dari akhir tahun 2001, dan di tahun 2003 diharapkan akan semakin meningkat sampai dengan bulan Februari 2003, tercatat sebesar 21,14 dari Februari 2002. Kedua, ketahanan perbankan nasional juga memperlihatkan kemajuan memuaskan. Beberapa hal penting yang dapat dicatat disini adalah perkembangan BPR , prudential regulation untuk meningkatkan kualitas perbankan dan transparansi informasi sektor keuangan dalam negeri. Pada akhir Desember 2002, jumlah BPR sebanyak 2.141 dengan kinerja sebagai berikut : antara tahun 2001 – 2002 volume usaha meningkat dari Rp 6,473 triliun menjadi Rp 9,080 triliun, penghimpunan dana pihak ketiga meningkat dari Rp 4,280 triliun menjadi Rp 6,126 triliun; LDR meningkat dari 81,0 menjadi 84,0 dan NPLs berhasil ditekan dari 12,4 menjadi 8,7. Dengan diterapkannya prudential regulations, secara umum Capital Adequacy Ratio CAR bank terpelihara pada level 8 dan NPLs netto secara agregat mencapai 2,1 meskipun terdapat beberapa bank yang belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 5. Untuk mecapai target NPLs netto tersebut, di tahun 2003 bagi bank-bank yang masih memiliki NPLs netto diatas 5 diminta untuk membuat rencana pencapaian target NPLs netto maksimum 5 secara jelas dan konkrit didalam business plan-nya. Berkaitan dengan perbankan syariah, telah dihasilkan cetak biru pengembangan syariah dan penyempurnaan DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 10 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Standar Akutansi Perbankan Syariah yang dituangkan dalam Pedoman Akutansi Perbankan Syariah. Selanjutnya, pada tahun 2003 diharapkan perkembangan perbankan syariah akan semakin baik, yang diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain : a penyusunan ketentuan pengawasan perbankan syariah berbasis risiko risk based supervision, prudential regulation dan penilaian tingkat kesehatan perbankan syariah, b penyempurnaan sistem pelaporan dan pedoman akutansi dan audit perbankan syariah, serta c sementara itu penyempurnan infrastruktur akan meliputi pemetaan wilayah-wilayah potensial bagi pengembangan kantor-kantor bank syariah baru guna mendorong pengembangan jaringan kantor bank syariah. Ketiga, berkaitan dengan pembentukan lembaga pendukung sektor keuangan, sedang diupayakan adanya Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjaminan Simpanan. Pembentukan OJK telah dimulai sejak tahun 2001 dan pada akhir Desember 2002, rancangan Undang-undang OJK telah berhasil diselesaikan dengan pokok-pokok yang memuat hal- hal sebagai berikut: i indipenden dan akuntabilitas OJK, ii ruang lingkup pengawasan OJK adalah mencakup seluruh jasa-jasa keuangan termasuk program asuransi social yang telah ada saat ini maupun yang baru akan terbentuk; serta kewenangan bagi OJK untuk memperkarakan kasus ke pengadilan. Ditargetkan pemerintah akan menyampaikan Rancangan Undang-Undang tersebut kepada DPR pada bulan Juni 2003. Disamping itu, telah pula dipersiapkan draft rencana proses transisi unit-unit pengawasan dari institusi-institusi asal menjadi OJK. Upaya harmonisasi UU yang terkait dengan OJK seperti UU Pasar Modal, UU Dana Pensiun, dan UU Asuransi juga telah selesai dilakukan. Diharapkan proses harmonisasi akan selesai pada bulan Juni 2003. Keempat, pendirian Lembaga Penjaminan Simpanan LPS akan didahului dengan pengurangan penjaminan menyeluruh pemerintah blanket guarantee secara penjaminan menyeluruh Keppres dan penjaminan simpanan yang meliputi skim penjaminan terbatas dan pembentukan lembaga LPS RUU. Dalam konsep RUU ini bertahap DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 11 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN sehingga jenis dan jumlah yang dijamin sesuai dengan skim penjaminan yang lazim berlaku yang dapat dijamin melalui LPS. Sampai dengan akhir tahun 2002, telah diselesaikan rancangan peraturan perundangan tentang : i pengurangan diamanatkan penyelenggaraan tugas LPS dalam memberikan penjaminan simpanan nasabah termasuk pelaksanaan resolusi terhadap bank bermasalah dan bertanggung jawab terhadap proses penyelesaian yang ditutup. Walaupun berbagai kegiatan tengah dilaksanakan di tahun 2003 ini, namun diperkirakan masih ditemui berbagai tantangan di tahun 2004, seperti perlunya : 1 penyempurnaan ketentuan dan peningkatan pengawasan perbankan yang mengacu kepada standar internasional; 2 mendorong ketahanan BPR dengan cara membentuk sumber dana mendorong terlaksananya prinsip-prinsip perbankan syariah; 3 mempersiapkan Lembaga Penjamin Simpanan dan Otoritas Jasa Keuangan berikut harmonisasi perangkat peraturan yang terkait. Khusus untuk lembaga keuangan bukan bank, problematika yang akan dihadapi pada tahun 2004 adalah terutama ketahanan industri asuransi dan reasuransi dengan akan diberlakukannya peraturan Risk-Based Capital RBC minimal 120 persen. Disamping itu, akan dipersiapkan pula kebijakan mengenai exit policy bagi perusahaan asuransi dan reasuransi yang tidak mampu memenuhi ketentuan prudensial. Untuk mendukung kestabilan industri asuransi akan dipersiapkan skema penjaminan polis. Kedua hal tersebut dimaksudkan untuk lebih memberikan perlindungan kepada pemegang polis dalam memperoleh haknya. Hal yang sama akan terjadi di industri jasa-jasa keuangan lainnya, yaitu tantangan terhadap tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas jasa keuangan, serta pengawasan yang lebih kompeten dan transparan. Untuk mencegah terjadinya praktek pencucian uang pada lembaga keuangan non bank, Menteri Keuangan telah menetapkan peraturan mengenai Prinsip Mengenal Nasabah yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 45 Tahun 2003. Kondisi yang diharapkan pada tahun 2004 adalah setiap lembaga keuangan non bank telah DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 12 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN menerapkan pedoman prinsip mengenal nasabah dan melaporkan transaksi yang mencurigakan yang terjadi pada setiap sektor. Untuk menghadapi hambatan di atas, di tahun 2004 kebijakan penguatan lembaga keuangan ditekankan pada : 1 Upaya-upaya penguatan atas pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan secara keseluruhan yaitu pasar modal, perbankan, usaha perasuransian, dana pensiun, usaha jasa pembiayaan dan sektor jasa keuangan lainnya dikembangkan melalui rencana pembentukan Otoritas Jasa Keuangan OJK. Selain itu, dalam dalam rangka menjamin perlindungan konsumen terutama dibidang perbankan, dipersiapkan pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan LPS. Untuk mengelola stabilitas sistem keuangan, pembinaan di bidang jasa keuangan akan diselaraskan melalui penyusunan Indonesia Financial Safety Net IFSN yang mengkoordinasikan otoritas kebijakan moneter, otoritas pengawasan lembaga keuangan dan pasar modal, otoritas lembaga penjaminan simpanan dan otoritas kebijakan fiskal; 2 Meningkatkan kesehatan keuangan baik bank dan bukan bank; 3 Meningkatkan akses permodalan pada usaha kecil dan menengah; serta 4 Terus memperkuat prudential regulation untuk lembaga keuangan. Dalam hal proses restrukturisasi utang perusahaan yang ditangani Prakarsa Jakarta dan BPPN menunjukkan beberapa kemajuan. Sampai dengan tanggal 4 April 2003, dari 122 kasus yang terdaftar di Prakarsa Jakarta, 91 kasus telah selesai, 22 kasus dikeluarkan, dan tersisa 31 kasus senilai US 10,36 milyar yang diharapkan bisa diselesaikan hingga akhir tahun 2003. Untuk mempercepat pengembalian aset kredit di BPPN kepada swasta dan perbankan nasional, maka sejak akhir Desember 2002, BPPN tidak melakukan restrukturisasi, tetapi dapat langsung melakukan penjualan baik pinjaman yang telah maupun yang tidak direstrukturisasi berdasarkan lelang terbuka. Hingga Maret 2003, restrukturisasi pinjaman di BPPN tercatat 45 kasus telah selesai direstrukturisasi, 13 kasus dalam proses restrukturisasi dan 10 kasus tahap awal restrukturisasi. Mengingat akan berakhirnya masa tugas Prakarsa Jakarta dan BPPN di akhir tahun 2003, diharapkan pada awal tahun 2004 lembaga baru seperti holding company dapat segera DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 13 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN terbentuk untuk melanjutkan proses restrukturisasi utang perusahaan serta menangani pengalihan kasus-kasus yang tersisa dari BPPN. Terkait dengan program pemulihan perbankan, sampai dengan tahun 2002 telah dicapai berbagai kemajuan sebagai berikut: pada pelaksanaan program rekapitalisasi, sektor perbankan diwajibkan mencatat obligasi pemerintah yang dimiliki dalam portofolio investasi, perdagangan dan yang diagunkan collateral. Posisi obligasi pemerintah per 31 Desember 2002 adalah sebesar Rp 419,4 triliun yang terdiri dari obligasi portofolio perdagangan sebesar Rp 99,7 triliun 23,8 dan portofolio investasi sebesar Rp 319,6 triliun 76,2. Selanjutnya, pada tahun 2002 Program Divestasi Perbankan telah melaksanakan program divestasi pada BCA dan Bank Niaga. Sedangkan divestasi Bank Danamon telah dimulai pada bulan Desember 2002. Divestasi Bank Danamon dilakukan berdasarkan persetujuan DPR RI pada tanggal 12 November 2002, di mana diharapkan pada semester pertama 2003 proses divestasi ini dapat dituntaskan. Dalam rangka penyehatan, BPPN telah melakukan merger terhadap 5 bank Bank Bali, Universal, Patriot, Prima Express, dan Bank Media menjadi Permata Bank. Pemerintah BPPN memiliki 97,67 saham di Bank hasil merger tersebut. Permasalahan pokok yang dihadapi pada tahun 2004 meliputi : 1 Masih diperlukannya pemantapan struktur keuangan perbankan yang sehat dan memiliki daya saing, 2 Penyelesaian divestasi aset yang berada di bawah pengawasan pemerintah dengan tujuan memaksimalkan nilai penjualan aset tersebut, dan dilakukan secara terbuka dengan mengutamakan kepentingan nasional. Untuk menghadapi hambatan di atas, maka pada tahun 2004 kebijakan restrukturisasi perbankan adalah sebagai berikut : 1 memantapkan sistem pengawasan perbankan, 2 mengupayakan kepastian permodalan pada sektor perbankan yang disesuaikan dengan resiko pasar, dan 3 mempersiapkan penanganan asset hasil program restrukturisasi perbankan yang belum terselesaikan oleh BPPN. Selanjutnya, telah disebutkan di atas bahwa proses pemulihan ekonomi di Indonesia sampai saat ini berjalan lambat. Pertumbuhan ekonomi DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 14 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN dalam periode 1999 – 2002, rata-rata sekitar 3,2 per tahun, belum cukup untuk dapat mengembalikan keadaan perekonomian seperti sebelum krisis. Dalam situasi perekonomian dunia yang penuh ketidakpastian, perekonomian domestik harus diperkuat untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional. Meskipun konsumsi masyarakat mempunyai sumbangan terbesar dalam perekonomian nasional, namun tidak akan berkelanjutan apabila tidak ada peningkatan pendapatan. Oleh karena itu, kegiatan investasi harus didorong untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh kegiatan investasi ini akan mampu menjamin kesinambungan pertumbuhan sustainable growth serta kesinambungan pembangunan sustainable development dengan ikut membantu memecahkan masalah-masalah sosial mendasar seperti penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Hingga saat ini pertumbuhan investasi masih belum memperlihatkan tanda-tanda pemulihan yang memadai yang dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Dalam tahun 2002 pembentukan modal tetap bruto PMTB, sebagai pendekatan terhadap realisasi investasi, mengalami penurunan sebesar 0,2. Bahkan minat investasi yang dapat dilihat pada persetujuan nilai dan proyek penanaman modal masih sangat kecil. Dalam tahun 2002 jumlah proyek dan nilai PMDN yang disetujui mencapai Rp 185 triliun dan Rp 25,3 triliun atau masing- masing turun sebesar 29,9 dan 56,9 bila dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk PMA jumlah proyek dan nilai yang disetujui mencapai 1.147 dan US 9,8 miliar atau masing-masing turun sebesar 14,0 dan 35,2. Dalam mendorong kegiatan investasi beberapa masalah diperkirakan akan dihadapi di tahun 2004, yaitu : 1 Suhu politik yang diperkirakan meningkat seiring dengan penyelenggaraan Pemilu 2004 akan berdampak pada persepsi dan ekspektasi para investor; 2 Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam perijinan investasi yang tidak jelas. Pelaksanaan otonomi daerah yang diterjemahkan dengan pemberian kewenangan pemerintah daerah dalam urusan investasi masih perlu diperjelas. RUU penanaman modal DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 15 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN yang masih belum diundangkan juga perlu dipercepat prosesnya; 3 Perlindungan terhadap penanaman modal yang masih lemah. Belum adanya kepastian hukum rendahnya administrasi pajak dan kepabeanan, belum kondusifnya pasar tenaga kerja; dan masih adanya gangguan keamana di beberapa daerah akan menyebabkan arus modal ke luar yang lebih besar daripada arus modal masuk; 4 Proses perijinan yang rumit dan panjang yang menyebabkan tambahan biaya bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia; serta 5 Ketersediaan infrastruktur yang kurang memadai, tidak saja karena minimnya pembangunan infrastruktur baru, tetapi juga terbatasnya dana untuk operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah dibangun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, langkah kebijakan utama yang akan ditempuh adalah : 1 memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha dengan mempercepat proses penyelesaian RUU Penanaman Modal agar segera dapat diundangkan selambatnya sebelum Pemilu tahun 2004; 2 memperjelas kewenangan pusat dan daerah di bidang penanaman modal dengan mempercepat keluarnya peraturan pelaksana; 3 menindaklanjuti penyederhanaan prosedur perizinan investasi melalui pelayanan satu atap one roof service sebagaimana yang disetujui Sidang Kabinet tanggal 25 November 2002; 4 meningkatkan perlindungan investasi antara lain melalui pendayagunaan Tim Nasional Pengembangan Ekspor dan Perlindungan Investasi yang diketuai oleh Presiden RI yang merupakan tindak lanjut Sidang Kabinet tanggal 25 November 2002; 5 meningkatkan konsistensi peraturan perundangan yang terkait dengan penanaman modal melalui sinkronisasi peraturan baik peraturan antar sektor ekonomi maupun antara pemerintah pusat dan daerah; serta 6 menciptakan sistem insentif agar mampu bersaing dengan negara lain untuk menarik investasi pada sektorbidang usaha dan lokasi tertentu. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 16 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN

a.1 Kecenderungan Belanja Masyarakat

Kecenderungan belanja masyarakat merupakan indikator bagaimana kekuatan belanja masyarakat terhadap hasil-hasil produksi dari sentra bisnis UKM. Untuk mengetahui kecenderungan belanja masyarakat dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut ini. Gambar 5.2 Kecenderungan belanja masyarakat Sumber Bank Indonesia sebagian besar konsumen mengekspektasikan akan terjadinya kenaikan harga secara umum inflasi pada 6 bulan yang akan datang dengan kecenderungan yang menurun dibanding Juli 2005. Indeks Sentimen Bisnis ISB dalam survei bulan Desember – Januari turun 1,1 menjadi 110,4. Turunnya ISB dipicu turunnya indeks yang mengukur sentimen pebisnis terhadap keadaan ekonomi secara umum. Para pemimpin bisnis Chief Executive Officer – CEO merasa jenuh dengan keadaan saat ini yang belum juga memberikan sinyal positif bagi prospek bisnis enam bulan mendatang. Trend kenaikan harga secara umum akan menurunkan daya beli masyarakat terhadap barang barang yang dihasilkan oleh sentra bisnis UKM.

a.2 Ekspektasi Suku Bunga

Berdasarkan hasil survei Agustus 2005, responden yang memperkirakan suku bunga relatif akan meningkat adalah sebanyak 27,4 meningkat dibanding Juli 2005 sebesar 26,9, dan yang DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 17 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN memperkirakan sebaliknya hanya sekitar 14,8 pada Juli 2005 sebesar 14,6. Kecenderungan peningkatan suku bunga akan berdampak terhadap kebijakan penyaluran perkuatan finansial terhadap sentra UKM, di satu sisi komunitas sentra bisnis UKM mengharapkan modal akan tetapi di sisi lain suku bunga menunjukkan trend kenaikan dan hal tersebut akan berdampak terhadap biaya produksi sehingga akan memberikan tekanan terhadap volume penjualan dan akses pasar.

a.3 Ekspektasi Nilai Tukar Rupiah

Hasil survei Agustus 2005 mengindikasikan jumlah responden yang memperkirakan rupiah akan menguat sebanyak 31,7, relatif lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang memperkirakan rupiah akan melemah sebanyak 32,4. hal ini dapat dilihat pada gambar 5.3 berikut ini. Gambar 5.3 Ekspektasi nilai rupiah Sumber data diolah Pada gambar diatas menunjukkan bahwa rupiah pada waktu yang panjang long term akan menunjukkan trend melemah pada 50 sampai dengan 100 point. Kecenderungan tersebut juga akan mempengaruhi kebijakan terhadap sentra bisnis UKM, terutama yang menggunakan bahan baku impor. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 18 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN

a.4 Politik Kebijakan yang Mendukung

Langkah-langkah sebagai upaya pemerintah yang selama ini telah ditempuh untuk menciptakan iklim usaha yang cukup melindungi kehidupan UsahaIndustri Kecil serta yang cukup kondusif untuk mendorong pertumbuhannya utamanya adalah : Skema pencadangan usaha khusus untuk pengusaha Industri Kecil Reservation Scheme, yang otomatis menjadi bagian dari Daftar Negatif Investasi Negative List. Perlindungan melalui Tarif Bea Masuk pada tingkat yang cukup wajarfair. Ketentuan fiskal melalui PPN, dan PPn BM untuk produk IK tertentu. Pengaturan Tata Niaga impor. Kelonggaran untuk memasok kebutuhan pemerintah Pembelian oleh Pemerintah atau Government Procurement. Kelonggaran dan keringanan ketentuan untuk ekspor. Dorongan peningkatan kandungan lokal untuk industri perakitan melalui Deletion Program. Sistim keringanan di bidang permodalan usaha. Penganekaragaman sistimskema pendanaan antara lain modal ventura, penjaminan kredit, dan sebagainya. Penyederhanaan sistim perijinanpendaftaran. Didorongnya pola kemitraan dengan usaha yang lebih besar. Dikembangkannya Wilayah Kepabeanan Khusus. Pemasyarakatan standardisasi mutu, ISO 9000. Diadakannya sistim perangsang melalui pemberian penghargaan reward system bagi pengusaha dan masyarakat yang peduli dan telah berjasa memajukan Industri Kecil Upakarti. Pengembangan pola kerjasama untuk daerah perbatasan dengan negara tetangga. Perlakuan dan pemberian layanan kemudahan oleh aparat pemerintah fasilitasi bagi pengusaha Industri Kecil. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 19 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Strategi fasilitasi promosi KUKM baik di dalam maupun di luar negeri dilakukan melalui kegiatan-kegiatan : memperkenalkan produk-produk KUKM, meningkatkan akses dan pangsa pasar KUKM, menyediakan sarana dan prasarana promosi bagi KUKM serta menciptakan jaringan pemasaran dan kemitraan bagi KUKM. Output kegiatan ini adalah terciptanya kerjasama bisnis dan meluasnya peluang pasar ekspor produk KUKM, terfasilitasinya promosi produk KUKM di zona-zona perdagangan serta terciptanya kontak bisnis dan kemitraan KUKM dengan pelaku bisnis baik dalam negeri maupun luar negeri. Perkuatan finansial Perkuatan non finansial Kebijakan yang tidak mendukung Sistem Perpajakan yang Tak Mendukung Daya Saing. Kasus yang sering dikeluhkan adalah lambatnya restitusi Pajak Pertambahan Nilai PPN, sehingga praktis produk-produk dalam negeri harus menanggung beban pajak berlebihan dibandingkan dengan produk-produk negara pesaing, Ekonomi Biaya Tinggi sebagai Ekses Implementasi Otonomi Daerah. Keterbatasan anggaran dan lemahnya prioritisasi kebijakan menyebabkan timbulnya tekanan untuk meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi daerah tanpa memperhitungkan daya dukung perekonomian lokal dan nasional. UU Paten UU No. 142001, setiap paten yang terdaftar di Indonesia bisa dimintakan lisensi wajib bila tidak dipakai dalam kurun waktu tiga tahun. Lisensi wajib itu belum dapat dilakukan karena PP-nya belum ada, sehingga banyak paten yang nganggur.

a.5 Teknologi Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak saja penting

sebagai sumber pertumbuhan dan daya saing ekonomi, tetapi juga sumber perkembangan peradaban. Tingkat kemajuan pembangunan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi Iptek ditandai oleh kontribusinya terhadap khasanah perkembangan ilmu pengetahuan DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 20 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN yang bersifat universal, dan pengembangan pada aspek yang bersifat terapan, dalam bentuk pemanfaatan produk litbang pada skala produksi dan komersial. Berpijak dari hal tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional dinilai belum mencapai pada tingkat yang diharapkan. Sampai dengan tahun ketiga pelaksanaan Propenas telah dilakukan berbagai kegiatan Iptek yang ditujukan untuk mendorong tumbuhnya kegiatan Iptek di industri dan duia usaha. Kegiatan yang dilakukan antara lain dalam bentuk kerjasama pengembangan teknologi terapan antara lembaga Iptek dengan industri, peningkatan kesadaran akan pentingnya perbaikan kualitas dalam proses produksi kepada dunia usaha, penyediaan berbagai insentif dalam rangka pemanfaatan produk litbang oleh industri, serta pengembangan rintisan usaha berbasis produk litbang. Selain itu dalam rangka penyediaan informasi teknologi kepada dunia usaha dan masyarakat telah dilakukan pemanfaatan sistem jaringan informasi teknologi sebagai infrastruktur pelayanan iptek, penyediaan paket informasi teknologi siap pakai dalam berbagai bentuk media informasi, serta penyediaan informasi peluang usaha berbasis pemanfaatan teknologi. Dalam upaya peningkatan aliran informasi Iptek juga telah dikembangkan unit pelayanan Iptek masyarakat sebagai simpul aliran pemanfaatan Iptek, penyebarluasan bsisi data keahlian SDM Iptek serta keberadaan sarana dan prasana Iptek yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, industri dan dunia usaha. Juga telah dilakukan berbagai promosi teknologi dalam bentuk pameran serta temu bisnis. Berbagai upaya yang dilakukan dalam mendorong peningkatan kualitas produksi di industri dan dunia usaha tersebut masih menghadapi banyak kendala dalam pelaksanaannya. Disamping masih kuatnya ketergantungan pihak industri dan dunia usaha terhadap produk teknologi asing, juga keberadaan kebijakan dan peraturan operasional yang dapat mendorong tumbuhnya iklim inovasi masih sangat terbatas. Selain itu kurangnya kebijakan dan program yang dapat mensinergikan antara kebijakan di sisi penyedia teknologi supply side dan di sisi pengguna demand side serta mekanisme DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 21 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN transaksi antar kedua sisi tersebut menjadi kendala lain dalam peningkatan pertumbuhan iklim inovasi. Kemajuan Iptek dapat berlangsung apabila terdapat pertumbuhan yang selaras antara sisi penyedia dan sisi penggunan yang difasilitasi oleh system transaksi yang efisien. Secara mendasar permasalahan yang dihadapi oleh pembangunan Iptek nasional adalah terjadinya idle capacity dan persaingan dengan teknologi impor pada sisi penyedia, macetnya sistem transaksi, serta belum tumbuhnya sisi pengguna domestik. Masalah lain pada sisi pengguna adalah belum tumbuhnya persepsi untuk menjadikan teknologi sebagai pendorong dalam sistem produksinya yang perlu dimiliki dan dikembangkan di dalam organisasi mereka. Terdapat indikasi bahwa pihak industri sangat tergantung pada paket teknologi yang diperoleh melalui lisensi dari industri di luar negeri. Beberapa permasalahan yang dapat diindikasikan antara lain adalah belum tumbuhnya kemauan dan kemampuan pihak industri untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Hal yang perlu diwaspadai adalah bahwa pola pengembangan teknologi nasional yang saat ini masih bercirikan supply driven, tidak akan tumbuh secara sehat apabila tidak diimbangi oleh pertumbuhan sisi permintaan yang memadai. Permasalahan pada sisi transaksi adalah belum terbangunnya suatu sistem komunikasi dan hubungan yang terlembaga antara lembaga litbang termasuk universitas dan pihak industri. Sebagai akibatnya adalah terjadinya kegagalan pasar karena tidak selarasnya antara produksi yang dihasilkan oleh lembaga litbang dengan apa yang dikehendaki oleh pihak industri yang terutama diakibatkan oleh gagalnya arus informasi timbal-balik diantara mereka. Berdasarkan kondisi dan permasalahan tersebut kebijakan pembangunan Iptek pada tahun 2004 diarahkan menuju 1 Penguatan interaksi dalam bentuk pelembagaan sistem komunikasi antara lembaga iptek dengan dunia usaha, 2 Pengembangan pola insentif dalam bentuk kemitraan 2 Mendorong tumbuhnya kegiatan litbang di industri, 3 Penyelerasan antara kebijakan iptek dengan kebijakan DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 22 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN industri, kebijakan fiscal, dan kebijakan lainnya, 4 penerapan standar mutu yang mengacu pada sistem Measurement Standardization Testing and Quality MSTQ; 5 Peningkatan aliran informasi iptek antara lembaga iptek dan dunia usaha, serta 6 Pengembangan indikator BERD business expenditure on research and development. Kesenjangan teknologi menyebabkan kita selalu tertinggal dengan negara negara lain baik dari kemajuan teknologi maupun kapasitas penangkapan, kondisi tersebut sudah tentu merupakan ancaman bagi kita dan sesegera mungkin kita harus melakukan perbandingan dengan pemantauan terhadap kecenderungan perubahan teknologi terutama yang berkaitan dengan sektor usaha yang merupakan salah satu pemberi kontribusi terbesar terhadap devisa Negara.

a.6 Ekologi

Faktor ekologi merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dan hal tersebut berkaitan dengan persepsi konsumen yang concern terhadap masalah ekologi. Terutama di eropa, konsumen sangat peduli terhadap produk-produk yang ramah lingkungan environmentally friendly. Berkaitan dengan masalah lingkungan, produk-produk yang dihasilkan oleh UKM dalam sentra bisnis kebanyakan produk-produk yang berbahan baku lokal seperti kayu, bambu, rotan. Untuk itu perlu diulas mengenai kondisi ekologi kita yang merupakan main resource atau sumber utama terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh komunitas usaha dalam sentra bisnis UKM.

a.7 Kondisi hutan

Kondisi hutan di Indonesia berada dalam kondisi yang krisis dan sangat mengkhawatirkan. Pembalakan hutan, baik yang legal maupun illegal, tidak terkontrol dan telah menyebabkan kerusakan hutan yang masif di hampir seluruh kawasan hutan Indonesia. Tingkat deforestasi saat ini telah mencapai 3,8 juta hektar per tahun, meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. Ini berarti Indonesia kehilangan hutannya seluas 7,2 hektar setiap menitnya. Dampak pembalakan DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 23 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN hutan yang merusak ini tidak saja telah menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, hancurnya habitat-habitat satwa endemik serta semakin merosotnya kualitas sumberdaya Indonesia, namun juga menghasilkan seri bencana ekologi di seluruh Indonesia, seperti banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan, yang merenggut ratusan korban jiwa setiap tahunnya. Lebih jauh lagi, kehidupan lebih dari 40 juta masyarakat adat dan lokal yang hidupnya tergantung langsung sumberdaya hutan terus memburuk dan miskin akibat kehancuran hutan tersebut. Berbagai upaya penyelamatan hutan Indonesia kenyataannya belum berhasil karena tidak pernah mengatasi akar permasalahan kehutanan di Indonesia, seperti korupsi, tidak diakuinya hak-hak masyarakat adat dan banyaknya industri-industri kayu bermasalah. Di tengah krisis ini, WALHI percaya hanya solusi radikal yang mampu menghentikan kerusakan tersebut, yaitu dengan memberikan ruang ekologi dan kesempatan hutan untuk bernafas dan membenahi pengelolaan sumberdaya hutan yang lebih berkelanjutan. WALHI berkampanye untuk diberlakukannya jeda moratorium pembalakan hutan yang harus diikuti oleh implementasi seluruh rencana aksi dan pembaruan kebijakan kehutanan di Indonesia. WALHI menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mendukung upaya penyelamatan hutan Indonesia dengan melakukan aksi konkrit untuk tidak mengkonsumsi kayu dan produk yang berasal dari kayu Indonesia. WALHI juga menyeru untuk tidak mengkonsumsi kayu tropis dari Malaysia karena dikhawatirkan sebagian kayu-kayu tersebut diselundupkan dari hutan-hutan Indonesia. Jeda pembalakan hutan yang dapat menyelamatkan hutan Indonesia yang tersisa dari kehancuran total, serta menjadi solusi bagi bencana ekologi saat ini dan menyelamatkan jutaan dolar pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan untuk biaya penanganan bencana-bencana yang terjadi dalam lima tahun terakhir ini. Jeda pembalakan hutan juga dapat meminimalisir hilangnya devisa akibat pencurian kayu DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 24 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN b. Lingkungan industri b.1 Hambatan masuk Melejitnya harga bahan bakar minyak dunia rupanya telah mulai berdampak pada industri dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Jika kondisi yang terjadi tidak segera diatasi, publik mengkhawatirkan perekonomian yang sudah kritis akan semakin terpuruk. Kekuatan pembeli Kekuatan pemasok

b.2 Persaingan Persaingan di luar UKM

Sebagaimana diketahui bahwa Asean Free Trade Area AFTA akan dimulai tahun 2003 dan Asia Fasific Economic Corporation APEC akan dimulai pada tahun 2010 untuk negara maju dan tahun 2020 untuk negara berkembang. Hal ini berarti sejak terlaksananya liberalisasi perdagangan berbagai barrier bidang ekonomi dan perdagangan akan dihapuskan dan terjadi pergerakan arus barang, uang dan modal secara cepat. Kondisi ini menuntut kesiapan semua pihak, baik pemerintah, pelaku bisnis maupun anggota masyarakat. Sekitar setahun belakangan ini, sebagian produsen mebel mengeluh. Selain mesti bersaing ketat dengan mebel buatan Cina, Thailand, Malaysia, dan Vietnam, untuk pasar ekspor, pasar dalam negeri pun mulai dibanjiri mebel buatan Cina. c. Lingkungan operasional c.1 Persaingan internal dalam sentra bisnis UKM Pesaing memberikan informasi yang penting mengenai kondisi perusahaan yang menghasilkan barang yang sejenis, selain itu pesaing juga dapat merupakan ancaman bagi sentra bisnis UKM, untuk mengetahui pesaing dari sentra bisnis UKM dapat dilihat pada tabel 5.1 dan table 5.2 berikut ini. DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 25 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Tabel 5.1 Persespsi responden mengenai persaingan dalam sentra pasca Sumber data diolah Tabel 5.2 Persepsi responden mengenai persaingan dalam sentra on going Sumber : data diolah Dari data pada tabel 5.1. dan 5.2 diatas menunjukkan bahwa tingkat persaingan dalam UKM dalam sentra sangat tinggi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa pelaku usaha dalam sentra bisnis UKM tidak saling bersinergi, antara satu sama lain terjadi persaingan yang sangat merugikan sentra itu sendiri, padahal kita tahu bahwa tingkat persaingan di luar daerah pada usaha sejenis juga sangat tinggi. Adanya tingkat persaingan yang ada dalam sentra bisnis UKM pada 10 sektor sudah demikian tinggi. Bagaimana suatu sentra tersebut mampu mengatasi persaingan di level internasional kalau dalam sentra bisnis UKM itu sendiri terjadi persaingan yang sangat tinggi. Tingkat persaingan pada tabel 5.1 dan 5.2 diatas menunjukkan persaingan dalam sentra itu sendiri dan hal tersebut tentu akan sangat DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA +,-.01,, 5 - 26 L A P O R A N A K H I R PENGKAJIAN STRATEGIS TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN menyusahkan sentra untuk bersaing di tingkat lokal apalagi di tingkat internasional.

5.1.4 P

ERAMALAN L INGKUNGAN Salah satu trend di industri pada abad ke-21 adalah era mega kompetisi antara perusahaan perusahaan internasional yang diikuti dengan globalisasi bisnis, industri maju kebanyakan mengurangi aktivitas mereka dan meningkatkan investasi. Sektor bisnis yang akan berkembang adalah mikro elektronik, komputer, software, telekomunikasi, biotechnologi dan pengembangan sumber daya baru. RD merupakan hal yang sangat penting guna menjembatani proses pencapaian tersebut, kondisi masyarakat pada abad ke-21 lebih menekankan pada kenyamanan dan perdamaian. Pada abad ke-21 negara maju memfokuskan pada beberapa bagian penting yaitu : Kemajuan standar hidup Lingkungan dan daur ulang Utilisasi personal Informasi dan pengetahuan Penelitian dan pengembangan yang kreatif

5.1.5 P

ERAMALAN S OSIAL Perilaku sosial sangat berpengaruh terhadap orientasi kebijakan suatu lembaga terutama lembaga bisnis dalam mengadakan suatu inovasi terhadap produk produk yang dihasilkan oleh suatu komunitas usaha. Kemajuan teknologi, dan perubahan kondisi dapat merubah gaya hidup suatu komunitas seperti MEE yang saat ini sangat peduli terhadap masalah lingkungan terutama yang berkaitan dengan produksi bahan-bahan makanan. Standarisasi bahan makanan juga menjadi pertimbangan dan kualifikasi yang harus dipatuhi oleh produsen. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap output dari produsen itu sendiri. Indikator faktor faktor yang mempengaruhi perubahan sosial masyarakat dunia adalah : Pertumbuhan populasi yang tinggi Peningkatan kebutuhan air bersih Ancaman konflik nuklir regional dan teroris DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN SUMBERDAYA KUKM